Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

PUISI "PEMBERI NODA", Oleh: Erka yang

Jika bukan kita Lalu siapa  Kertas putih jadi hitam  Bernoda  Kita pemberi noda itu  Lalu tak berdosa Seakan tidak ada apa-apa  Maaf Mulut terlontar Kita tak bermuka nyatanya Perih mulut mengukir senyum  Ujung pena tak patah masih bersyukur Ruang hampa Kertas putih tak merata  Hitam dominan di warna  Kita, Iya itu kita Jika bukan, lalu siapa Yang akan jadi pemberi noda  Ujung lidah hitam dosa Memanfaatkan sesama  Kita tak baik  Hanya manipulatif Kertasmu sampai tak putih nama sekali  Telah bernoda Masih diberi noda Tak merasa bersalah kah kita?  Berhenti Pamekasan, 30 Maret 2023

PUISI "HENDAK ISTIRAHAT", Oleh: Erka Ray

Istirahat Lelah? Iya, Perjalanan jauh Ujung mata bergerilya Lancang sudah Nestapa dikobarkan Ujung nadi pergi mencari nyaman  Berhenti Sepeninggalan Sendiri Sepi tak berujung menyudahi Beralas ucapan Janji manis di gelas tadi  Hambar ludah saat ditelan    Tak perlu menengadah Tangan sudah  Berhenti, Istirahat, Membimbing tidur Di mana? Gelas tadi terhapus sudah janjimu  Tak diingatkan Memang sebaiknya tidak Meringkuk saja, Selimut kumal tak berharga Bisa kita sudahi  Lelah Aku hendak istirahat di tepi-tepi jadi Yang untuk digenggam pun tak punya Pamekasan, 30 Maret 2023

PUISI "NOSTALGIA RINDU", Oleh: Erka Ray

Siluet malam  Alam membungkuk memberi penghormatan Tak gencar Tangan kananmu cerah  Berirama, Bibirmu mengatup  Awan sebelah timur masih tak menguning  Meski dari sudut desa  Suara sayup-sayup Samar soal pernyataan diri Pada diri yang merindu sujud paling syahdu Bernostalgia lagi  Tak harap, tak gencar, Memposisikan diri pada sebelah barat  "Allahu Akbar." Mata-mata terbuka Melawan malam  Sedang meringkuk pada dekapanmu menjadi candu  Lama tak bersua Aku berpelesir rindu  Dengan menggunakan celengan rindu Koin masuk, Koin keluar membeli tanganmu  Sisi rindu  Nostalgia subuh  Aku meringkuk Tak melihat langit masih gelap Tutup mata, Telinga juga  Di luar masih gelap  Aku genggam tanganmu lama Pamekasan, 30 Maret 2023

PUISI "KOSONG", Oleh: Erka Ray

Sayup-sayup Kisi-kisi jendela tak luput  Ikut masuk melewatinya Lampu-lampu satu persatu menyala  Piring dibalik, Air dituang, Matamu masih tak sempurna menatap Sedang apa kamu?  Diluar gelap  Tak ada ujung jari di pelukis yang hendak menciptakan cahaya Kamu telah membaca doa, Sendiri di kamar persegi Tak lengkap Meski kunyahan pertama yang bernafsu Luas kamar yang sunyi menemani Masih sayup  Saat kamu bangun  Ingin melanjutkan hari esok Makanlah, Habiskan semua Energi esok yang kau genggam Tangan basah mengingatkan Sedang di rumah-rumah yang lain juga sama Membalik piring Anak yang susah bangun  Dilanjutkan dengan suapan pertama Kenyang di suapan terakhir Kamu ikut terlelap lagi setelahnya Pamekasan, 29 Maret 2023

PUISI "KITA HAMBA YANG BERTEMU", Oleh: Erka Ray

Hampir pupus di kakimu Menyerahkan diri  Iba?  Tidak ada  Kita berlumur lumpur  Yang basah badan  Jadi kotor semuanya  Tak perduli Kaki tangan dilepas  Raib di bingkai matamu Malam syahdu Tak terbesit  Keinginan menghambakan Luluh hati  Riang diri  Pulang tak berarah  Hingga asing tak lepas dari jemari Kita tak bersama pada akhirnya Kakiku tak tentu  Barat yang dituju, Timur yang disambangi Ujung jari tak nyaman  Gelisah, Hamba yang tak patuh  Berlari menuju titik temu  Bernostalgia, Penuh dosa  Bersujud, "Ampuni aku yang tak tahu." Berhari-hari Kita berjumpa Temu tak berujung Kita pergi Sedang aku berduri dan berdarah  Pemujaan untuk diri  Pamekasan, 29 Maret 2023

PUISI "CEPATLAH PERGI JIKA MAMPIR", Oleh: Erka Ray

Ingin mampir?  Silahkan Jalanku tak mulus  Bisa dilihat Aku duduk  Kursiku hanya tersisa satu  Mampirlah, Jika kau sanggup Berdirilah lama  Aku tak pernah mempersilahkan duduk  Kamu ingin mampir Silahkan, Namun segeralah pergi Aku tidak terbiasa menerima tamu yang basa-basi Cukup ke inti  Jika tak betah  Tanganku terbuka kanan kiri  Jangan mampir  Rumahku lantainya rusak  Kakimu nanti terluka Tak pernah ke sini  Aku tak ingin kau datang  Siapa?  Kamu siapa?  Jangan ke sini  Tapi mampirlah, Lihat aku iba di matamu Pandang saja  Tak ada yang istimewa Kamu ingin mampir  Jangan terlalu lama  Aku takut mengurungmu  Atau aku yang terkurung tanganmu Cepat pergi Tak baik berlama-lama di sini  Pamekasan, 28 Maret 2023

PUISI "GERIMIS SEBINGKAI SORE", Oleh: Erka Ray

Gerimis di luar sana Senyum di gulung bak tikar  Rentan basah sang pipi  Sering dihapus  Gerimis depan rumah, Cukup bahas tanah Cukup lembab dinding Jendela-jendela tak terbuka lebar  Dingin katanya Gerimis tak berhenti Apalah daya Sore hari lapangan futsal sepi  Beberapa pengendara menerima Emperan toko yang hanya membisu sendiri Tanah lapang tak ramai Yang biasa menenteng sarung tak diperbolehkan keluar Hujan seharian  Selimut dari primadona dadakan Ujung lidah terjulur Napas tersengal-sengal Rupanya semangkuk yang sedang hangat terhidang Mangkuk putih Senyum dan gigimu yang juga putih Tangan mengibas-ngibas  Sepertinya Mie cukup mendinginkan kita  Sedang di luar, Gerimis masih liar Pamekasan, 28 Maret 2023

PUISI "TAK PULANG, GELISAH", Oleh; Erka Ray

TAK PULANG  Tua mata  Rambut putih  Tangan rapat Takut-takut menyeberangi jalan Sudah murka  Guntur di dahi Tak bertuan tangan ini  Lalu-lalang pikiran  Ramai, Sisa peluh di pelipis Saksi bisu tua usia Hingga mengantar diri  Duduk paling tepi  Menautkan jari  Tak pulang saat dicari  Hujatan dan makian  Lancang sekali mengatasnamakan diri  Pamekasan, 27 Maret 2023 GELISAH Kosong pangkuan Tidur hamba sahaya Menjahit mimpi  Koyak ujung  Sisi kanan kiri  Berporak-poranda, Lancang tangan merobek tadi  Tak bisa diperbaikinya Kosong pangkuan  Kosong penglihatan Objek hanya formalitas Menepi dari pikiran tak kuat  Hamba tak luluh ditopang pada pangkuan Gelisah diri  Tak kunjung berharap lega  Pamekasan, 27 Maret 2023

PUISI "TERLANJUR SORE", Oleh: Erka Ray

Hari mulai gelap  Selembar kertas koyak badannya Merintih sakit  Kita telah usai  Topang usia  Yang tak layak merajut asa lebih lama  Ujung pena patah Tergambar apakah? Kita pulang  Kembali bercerita Di kertas yang tak putih, Pula tak hitam Semangat menggebu warna abu-abu Biru yang jadi, Kita putih yang kekuningan Senja ini pulang  Hari sudah semakin sore  Buka mata, Jangan tertutup di dekat mataku Kayaknya yang kemarin Giat menulis, Tanpa embel-embel imbalan  Sedih, Sakit, Tetap kutuai panjang Lama, Hingga sudah di penghujung sore  Ramai teriakan  Pulang pada pangkuan  Akhir untuk diciptakan Lama pun tak apa Kita akan bersujud kembali pada-Nya Pamekasan, 26 Maret 2023

PUISI "BISA MENOLEH AKU TERTINGGAL", Oleh: Erka Ray

Bisa berbalik sebentar, Aku tertinggal Tanganku tidak diambil  Di mana aku?  Aku siapa? Bertanya pada sebelah kanan, Aku disuruh bertanya pada sebelah kiri Dua-duanya membuatku tersesat  Menolehlah sebentar Aku tertinggal Di dekat lipatan bajumu yang baru ditata Diangkat dari jemuran Hujan, Kamu lama mengambilnya  Aku membantu,  Suka rela kataku pada dirimu Tapi aku malah ditinggal Bisa menoleh?  Aku di sebelahmu  Tidak terlalu jauh  Kenapa tak mau? Apa aku tak dibutuhkan Aku sedang memperbaiki senyum  Berharap sedikit meluluhkan Meski sebenarnya tak berpengaruh apapun Pulang, Pergi, Entah apa maksudnya Semakin jauh Aku di belakang, Tertinggal oleh tubuhmu Pamekasan, 26 Maret 2023

PUISI "SIAPA PERUSAKNYA", Oleh: Erka Ray

Iya, Nanti  Kain bajumu berlubang Akan kuganti  Denyut, Detak, Kita berirama Biar aku cari kain baru  Tak lapuk badan, Tak lapuk tangan Meski aku tak tahu paku mana Atau siapa yang membuat koyak Rusak, Dingin kulit berlumuran angin Berlama-lama tak baik juga  Aku segerakan Dingin semakin jadi di kulitmu Renggang waktu Gaduh soal kulit melepuh Tak terjaga  Kain kotak tak dapat berbaju bagus Akan kuganti secepatnya  Nyamanlah kamu untuk selamanya Entah siapa Rusakmu mengkhawatirkan Aku tatap, Dengut dingin semakin menjadi  Tak luput dari pandang Akan kusegerakan  Indah nanti,  Hanya kamu yang punya  Pamekasan, 25 Maret 2023

PUISI "HUJAN MASIH TURUN", Oleh: Erka Ray

Hujan turun  Sedang kamu riang Selesai penantian panjang Teduh, Dingin, Jatuh di tanah-tanah depan rumah  Bunga, Pupus warna  Menerima nasibnya  Hujan datang  Riang tawa-tawa berkecipak air  Diguyur Kelabu atas kepala Penglihatan juga Duduk anggun bak angsa di rawa-rawa Hujan turun kayaknya kakimu Petir Sambar-menyambar kertasmu Gagak menulisnya syahdu Cukup, Kita tokoh penikmat Hujan datang, dirimu riang Hujan pulang, kamu senggang Tak bertuan  Bernapas lega Angin sedikit linglung Hujan tak berhenti Manja di genting-genting yang menghitam Usia menjadi penyebabnya Sudah,  Kita tawari hujan agar reda  Cinta kasih yang terkasih  Pamekasan, 25 Maret 2023

PUISI "TAPAK-TAPAK RINDU MALAM", Oleh: Erka Ray

Hancur kaki Lebur di jalan setapak  Anak tak pulang dimarahi Ibu  Petang datang anak tak jumpa Peluh asik mengucur di tanah lapang  Datang terbirit-birit, Bilah rotan terangkat Pulang, teriakan kencang  Hingga sore  Tapak kaki makin menjadi  Pulang ke rumah, Berangkat ke surau  Berlindung memohon ampun dengan saf-saf rapi  Saling sikut Jahil, Kopiah jatuh teman sebabnya  Tertawa, Ditahan,  Hingga halaman pertama kembali dibuka  Kaki bersila, Nampak silau rembulan dibalik pintu  Menganggur menunggu sampai menjamur Sedang malam masih tertahan Sampailah pada halaman akhir, "Shadaqollahu maulanal 'adhim."  Tertutup Kembali tapak jejal-menjejal  Tanah-tanah rindu hantarkan pulang  Setelah isya' berkumandang Rindu usang di sajadah tak bertuan  Pulang rindu saat jendela ditutup rapat  Tarik selimut, Esok yang kembali rumit Pamekasan, 25 Maret 2023

PUIIS "TIDURLAH SEBELUM MENGUNING ARAH TIMUR", Oleh: Erka Ray

Tidurlah Dalam dekap Harap yang masih cemas  Tak karuan menentukan posisi Tenang, Arah timur masih tertidur Masih tidak ada prasangka lain selain rindu  Larik-larik yang menguning  Semakin meluas di kala tangan kita bersentuhan Datang dan pergi  Tak apa  Kamu bisa tidur di sampingku Masih tak bernyawa bumi ini  Padi masih tertidur di kelokan dekat rumahmu Bersenandung sunyi sepanjang malam  Kala dangkal pikiran Tak sampai pada tanganmu Tidur saja  Aku dekap dirimu dengan tenang  Telinga ditutup Kamu harus lebih tenang  Jika esok menguning di dekat bibirmu  Aku bangunkan, Perlahan, Hingga matamu benar-benar terbuka Pamekasan, 25 Maret 2023

PUISI "TANGAN-TANGAN REZEKI", Oleh: Erka Ray

Indah, Masih lebih hitam pekat kopi pagi  Tuan-tuan tanah pergi  Mencari rezeki Lebih di tangan  Dada dilapangkan  Lengkap pula topi lebar Sarung yang tersampir angan  Berangkat pagi tubuh-tubuh perindu  Hingga agak siang, Meninggi mentari di samping  Tak berhasrat Lebur bercampur kuah kaldu Opor ayam yang tercium  Lalu di manakah yang tersirat Kuah kuning yang bukan penyemangat Tuan nyonya melalang buana Jauh di pesisir Garis pantai lurus tak terjamah  Tangan jauh, Dangkal pikiran Kita beritahu hari esok  Pulang dengan semangat baru  Ambil manfaat Kejar angan  Saat pagi masih didekap Tak berkutik, Sebab rindu telah dibawa pada ladang Padi menguning  Atau sayuran yang siap panen Pamekasan, 25 Maret 2023 

PUISI "SISI BIBIRMU YANG MANIS", Oleh: Erka Ray

Antara manisnya senyummu pagi ini  Masih terbilang rendah aku di ampas-ampas sana  Berharap sedikit nikmat Atas syukur yang baru dilontarkan Berlabuh pada bibirmu  Mengecap manis  Senyum tulus terhipnotis Siluet pagi Bermanja Chat panjang semalam, Aku menyukai itu  Caramu berbicara lewat telepon, Membuat sisi malam minder  Aku berkecimpung dalam di kalimat akhirmu Bila saatnya telah tiba Pagi hanya pajangan di bibirmu  Manis yang bercengkrama lama, Aku singkirkan alang-alang yang menghalang Jangan ubah, Jangan perkecil  Lihat aku,  Aku terjun pada dua matamu Mencari arti di tepian-tepian  Asa, Harap, Dan menjaga Aku terduduk di sisi kehangatan yang kau tawarkan Sumenep, 24 Maret 2023

PUISI "JADIKAN AKU RUMAH", Oleh: Erka Ray

Bahkan malam tadi, Suara serak, Merintih, Matamu yang tak terbuka  Mulut ikut berbisik, "Aku ingin tidur." Kita bertabrakan dengan nuansa khidmat Malam kelam Pagi kelabu  Malam tadi aku suka, Kau berpamit  Pulang pada dekapanku Beberapa kali, Nyaman katamu terang-terangan Kita lama saling berprasangka Hingga buruk tiba di ujung lidah paling tajam  Jeli, Layaknya mata, Tapi sayang matamu terpejam Aku ikut demikian Malam tempatmu pulang  Jadikan rumah, sayang Aku lah orangnya Bisa kau temui aku  Di gelap malam yang membuat resah Tak henti di jari Melang-lang jauh di pipimu  Sumenep, 24 Maret 2023

PUISI "BUNGA RUSAK", Oleh: Erka Ray

Apa kau kejam? Aku bunga mekar yang baru matang usia Gelap tanganmu tak pamit  Petik tubuh  Petik kelopak Merahku jatuh di tanah coklat Aku kau berpikir Aku masih kuncup Pada usia yang kutawarkan Namaku tertolak Lancang katamu menjadi bagian salah satu bunga  Padahal aku, Dicaci maki Puas hasrat menginjakku Aku pulang kayaknya pemulung  Lusuh baju, Lusuh kelopak Bisa kau liat aku Bunga ternistakan  Tak khayal lagi, Ujung bibir bergetar Meminta maaflah padaku Bisa? Kau layaknya serabut akar Mencekik ujung bibir  Aku bunga mati  Bunga rusak hati Kelopak tercabik habis Mekar usia di tanganmu yang tak iba Sumenep, 24 Maret 2023

PUISI "MALAM GELAP TAPI RIANG", Oleh: Erka Ray

Pulanglah Malam ini ramai sekali Burung yang terbang rendah  Di telinga menjadi panorama dan menggoda  Dari selepas tertidur tadi  Langit indah tertapak pada sandal-sandal kecil yang terburu-buru Sarung diangkat tinggi Katanya, takut tertinggal Bacaan bismillah mulai beradu  Padahal tadi, Mangkuk es terlihat banyak isinya Penuh, Lancangkah aku mencicipi sesendok  Piring-piring bersih mulai kotor, "Berbuka," katanya Hingga mukenah berwarna berhiliran menuju surau terdekat Rapatkan barisan  Meski saling senggol antar siku  Malam semakin malam  Dari toa ujung kelam  Bibir-bibir lembut mengetuk telinga  Kalimat bismillah menjadi pembuka  Hingga hari benar-benar tertidur di sisimu  Mengeluh oleh menu buka yang membuat kenyang  Sumenep, 23 Maret 2023

PUISI "MALAM KHIDMAT", Oleh: Erka Ray

Kita tiba malam ini  Berangkat terburu-buru Berebut saf awal yang sering keduluan Malam meringkuk Mukena putih dan warna lainnya  Warna bibirmu yang pudar Lipstik dihapus Penghambaan yang netral Dari ujung jalan Berlari-lari kecil Sarung ketinggian Mukena miring kanan  Berteriak, Malam ini berbeda  Rembulan angkuh menginginkan sujud  Paling anggun, Dan paling khidmat Entah aku rabun atau bagaimana Malam ini kelabu di mukenahmu  Beralih pada sajadah-sajadah baru  Baru keluar dari lemari Berebut pundak  Hendak dibawa pada surau-surau Malam ini khidmat Mulut terkunci, Biarkan aku memelukmu lewat kedinginan di bacaan "Allahuakbar" Lalu ruku' beserta sujud  Dan di akhir mengucap salam  Pamekasan, 22 Maret 2023

PUISI "ADA YANG TIDAK SENANG", Oleh: Erka Ray

Ada yang tidak senang  Menatap depan  Berbasis rindu  Katanya,  Entah nyatanya, Topik yang dibahas melenceng Salip kanan, salip kiri  Membunuh secara terang-terangan Rambut yang ku rapikan, Milikmu, Kita masih saja mempertanyakan kenapa di sekeliling kita berembun Salah juang, Salah tempat, Kita penari di surau-surau kosong  Yang seharusnya tenang  Memanjakan pendengaran Pamit,  Kita pulang  Agar tak semakin banyak isi pikiran kita  Sudahlah, Kita bertarung lagi untuk mendapatkan penjelasan Hanya soal waktu, Kita tak lagi menjadi debu di depan mata Tak lagi memikirkan pembahasan yang tak mengenakkan Pamekasan, 22 Maret 2023

PUISI "TAMAN KOTA BERDRAMA", Oleh: Erka Ray

Bangku taman kota yang diduduki Terlihat kokoh Apa daya, Ada lidah yang tergelincir Di dekat senyum  Menghambakan mentari Kenapa membias wajahmu yang separuh Melilit jari  Padahal terpasang cincin Kita berdua Menatap depan dengan menantang Tidak rapi lagi model duduknya Hanya berbincang ringan Sedang sisi kanan,  Sedang membentuk momen bahagia  Bersama yang tercinta Walau hanya sebentar Kita jadi ujung pena yang akan tajam Memuja pertemuan kesekian Hanya bermodal duduk Tekad yang sesekali ada  Kita berani menempuh jalur  Beda, Tapi kita sedang jadi penikmat Taman kota ini, Lancang menghambat Bibir-bibir ditunjuk menjadi pembaca Lama, Hingga kita berkelit  Lantang, Lancang, Kita buru-buru mengakhiri Pamekasan, 22 Maret 2023

PUISI "KELAHIRAN", Oleh: Erka Ray

Biarkan aku lahir  Dari mulut-mulut pemberontak Tangan yang kasar  Tukang las kayu yang membungkuk  Biarkan aku lahir  Di tanah merah  Tempat hamba-hamba menopang nista  Langkah kaki yang tertatih  Pulang harap diterjang samudera Pasang surut, Aku lahir di pangkuan Ibu  Malam yang tertidur Puas atas dongeng pengantar tidur yang monoton  Aku akhirnya lahir, Di tangan yang bertepuk  Entah sebelah tangan, Atau bertepuk penghormatan Keambiguan Aku dilahirkan  Di dusta yang penuh di mulut Kaki yang hanya bermain dengan beceknya tanah sawah  Pulang sore  Datang pagi saat mata-mata mengucek kehidupan Anggun, Bagian luarnya saja Aku lahir di tengah tenggorokan kering  Air di ceret tak ada  Apalagi di mulut, Telah lama kehausan Pamekasan, 22 Maret 2022

PUISI "PULANGLAH", Oleh: Erka Ray

Mentari masih bergerilya di dekat bibirmu Yang tak bersih Masihkah berbekas kasihku di sana? Tentu, Saat binar siang yang terlalu lancang merenggutmu  Bermain bersama temen Aku yang kesana kemari mencari Tak mendapati Tapi pada akhirnya pulang menggenggam tanganmu Tidurlah,  Meski bukan aku yang rindu Aku yang merawatmu Kelak, Jika tak ada yang memintamu pulang  Terhipnotis oleh ajakan teman  Dengan mainan mobil-mobilan  Pulanglah, Nak Rumahmu masih beratap Pun bernyawa, Itu aku Bisa kau cari pangkuanku Sumenep, 05 Maret 2023

PUISI "AMARAH", Oleh: Erka Ray

Sore yang menjadi siluet Indah, Sedang motor biru tuamu melaju  Jalanan yang milik kita, Mungkin demikian Entahlah, Emosi memuncak Bibir yang lebih sering terbuka  Mengoceh soal ini itu  Kamu tak suka?  Silahkan tidak ada pintu, Kamu bisa dari mana saja mengakhiri Aku tak suka Wajah yang jelas menunjukkan Kita, Entah masih layakkah untuk disebut demikian Aku berjalan terlebih dahulu, Tak usah Aku bisa  Kamu membuntuti Seakan aku akan pergi  Katamu, "Takut." Entah kenapa  Ini bentuk lain yang lebih dari kemarin  Mengoceh soal ini dan itu  Kamu paham kan? Aku tidak menyukainya  Jadi bisa kita baik-baik saja Pamekasan, 21 Maret 2023

PUISI "PENJELASAN, TIDAK NYAMAN", Oleh: Erka Ray

PENJELASAN  Akal sehat di pikiranmu Jauh tangan Jauh hati membatin  Hanya seutas  Kita akan mengurung diri  Tak lagi ada, Untuk hari-hari yang disebut Sabtu, Minggu, Senin Pada akhir, Garis lurus yang temaram Mata redup  Pikiran yang menjadi pengemis Menengadah penjelasan Bibir yang digulung Oh ya,  Kita hanya menanti  Soal redup yang sebentar lagi gelap Pamekasan, 21 Maret 2023 TIDAK NYAMAN  Menguning Jingga di matamu  Tak tentu arah  Fajar kah ini?  Iya, Masih bergerilya di samping rumah  Arah timur Duduk menepi sejenak dari mimpi  Menatap Akankah menguning juga Tidak nyaman  Kamu mengeliat Mengecup dinding langit pagi  Masih sama Kita maling tadi malam  Langsung kabur Tak meninggalkan petunjuk Duduk tenang di rumah kecil  Datang bersembunyi Tangan ditarik  Lain kali saja Hingga datang pagi Dan cemburu lagi  Pamekasan, 21 Maret 2023

PUISI "TERBURU-BURU, MAU KEMANA?", Oleh: Erka Ray

Hari masih pagi  Kenapa kamu terburu-buru  Apa pintu rumah belum dibuka Atau jendelamu lupa ditutup tadi malam  Angin lancang Isi saku yang hilang  Atau yang lain  Masih pagi Kamu terburu-buru Sandal jepit dipakai Hendak kemana? Kamu ingin mencari apa Langit di luar masih tertidur Tidak perlu terburu-buru membangunkan Duduk saja, Berbereslah, Kamu butuh membuka jendela  Butuh melihat aku  Ada di mana aku? Tanyakanlah  Kamu terlalu terburu-buru  Jangan kemana-mana Kita masih bisa berbasa-basi Entah apa kemudian percakapannya Kita masih pandai memotong lidah Berharap darah lebih manis dari gula Terburu-buru, Kamu hendak kemana  Di luar masih gelap Lampu gantung di teras rumah masih memanipulasi mimpinya Pamekasan, 20 Maret 2023

PUISI "AKHIRNYA HANYA KAMU", Oleh: Erka Ray

Baju Koko  Abu-abu, Itu yang ditangkap mataku Senyum  Rembulan di atas sana minder  Katanya, kamu segalanya malam ini  Berjalan di tengah-tengah sunyi  Pikiranku sebenernya Meski terbesit selarik Bertemu dan pertemuan Sama saja, Kamu pada akhirnya  Kamu rapi malam ini Rambut yang sedikit berantakan Angin lancang rupanya Suara kita juga rapi  Bukan hanya sarungmu  Bukan cuma celana Gamisku juga Kita malu Malam yang menutup mulut untuk pembacaan kita  Hingga sepakat, Bertemu esok Atau melalui dunia Maya  Warna abu-abu pada bajumu  Perlahan menjauh  Tak menoleh  Terima kasih, Malam mengurung diri dibalik kepergianmu  Pamekasan, 19 Maret 2023

PUISI "MALAM HANYA SOAL WARNA", Oleh: Erka Ray

Seakan malam hanya bayang-bayang hitam di balik roda motormu  Melaju di tengah orang-orang yang sibuk membeli makanan  Aku mengirim pesan, "Tidak usah."  Kamu tetap menyembunyikan tangan  Datang, Mengulurkan kantong plastik Hingga malam hanya warna Soal hitam dan putihnya cahaya Tidak untuk hatimu  Tetep pergi Katanya hendak menemui  Datang, Tersenyum Kulit yang menyatu  Kita bersalaman  Sepakat untuk malam ini soal cerita baru  Kita tersenyum Malam yang cemburu Lagi-lagi dia hanya warna Motormu tetap melaju Merk yang sering kueja Warna biru tua  Menyembunyikan malam untuk jalanmu Hendak bertemu aku katanya Embel-embel makanan  Orang-orang yang ramai katanya di salah satu stand Berbicara soal pesanannya yang tak kunjung datang  Pamekasan, 19 Maret 2023

PUISI "DILEMA", Oleh: Erka Ray

Ingin bisa Dengan sembunyikan tanganmu Aku meminta di dekat Dan mulut yang mulai terbuka  Di dekatmu, Di sampingmu, Aku gak lagi bisa menggapai  Seakan jauh Tangan yang sembunyi  Tak ingin dipegang Adalah batas  Dan arah barat yang menjadi pedoman Ingin santai  Kayaknya pagi di sepetak tanahmu  Kita yang lewat Dan dihormati Warna perpaduan Indah bak matamu yang tak berkedip Lalu-lalang pikiran Yang berhenti katanya, Entah kata siapa  Padahal di depan pekaranganmu ramai  Aku diam  Mungkin harus mundur Maju, Tidak bisa Pamekasan, 19 Maret 2023

PUISI "ADA YANG BARU", Oleh: Erka Ray

Iya,  Di dekatku bangkunya kosong  Baru di cat Baru, Matamu berbinar Objek nyata selanjutnya Tanpa berpura-pura Ini kualitas yang sama  Lalu duduk, Ini kursi baru  Yang kemarin sudah hancur  Kakinya patah  Terlalu kuat  Atau rayap yang menyergap Maaf, Untuk esok  Kucarikan kursi baru Yang baru Warnanya,  Merk-nya, Bentuknya, Yang kau mau  Meski bukan lewat aku  Baru, Duduklah Ini aku persiapkan untukmu Sudah lama  Meski tak bisa ku jadikan milikku Setidaknya duduk  Dan bercerita Soal hari esok mentari merah atau kuning di dekat matamu Pamekasan, 19 Maret 2023

PUISI "ISTIRAHATLAH DENGANKU", Oleh: Erka Ray

Istirahatlah di sebelah kananku Aku tidak paham  Kenapa kamu mengejar panas  Mengeluh di telingaku Duduk lama  Aku mengajakmu tertidur Sebentar Setidaknya kamu tidak perlu lagi memasang muka  Ruangan yang panas Baju batikmu yang mulai kusut Muka yang sama  Duduklah,  Bersamaku saat ini Ceritalah soal panasnya lidahmu Celana bahan berwarna hitam  Sepatu yang juga senada  Pelipis yang berpeluh  Sembunyikan saputangan di saku orang Jangan diambil  Kamu lancang Istirahatlah, Di sisi kananku Lebih nyaman  Mungkin samping kiri  Tak perlu berharap banyak  Masih panas di atas kepala  Kamu bisa melindungi diri dengan kerudungku Atau tanganku yang kecil Cari aku, Lalu istirahatlah Pamekasan, 19 Maret 2023

PUISI "DERING TELEPON", Oleh: Erka Ray

Terima kasih Untuk pagi yang mengharu biru Suara dering telepon Menjadi satu di telinga Antara suaramu yang masih serak Protes soal mata yang belum benar-benar terbuka  Duduk, Aku menatap dinding Seolah-olah kamu di sana  Aku bilang, "Bangunlah, hari sudah pagi di depan pintu rumahmu."  Dering telepon  Nomor yang diharapkan Manis, Sampai awan datang di dekat mata  Membuat mendung nan syahdu Kita berhasrat Dering telepon selanjutnya Kita mulai berbicara  Suara yang masih berat  Bantal yang masih merayumu untuk pergi jauh  Guling-guling yang menipu seakan nyaman Alam mimpi yang entah seperti apa Aku membangunkanmu  Hari sudah pagi  Mari bangun Uluran tangan  Pegangan yang kuat  "Terus ada di sampingku," pintaku pada dirimu Terima kasih Hingga telepon ditutup kembali  Pamekasan, 19 Maret 2023

PUISI "AKU MENCINTAIMU", Oleh: Erka Ray

Kita pulang  Bermotor, Ricuh pikiran  Sedang mentari masih malas-malasnya untuk pergi Menetralkan perasaan masing-masing Kita mulai merajut Sepanjang jalan  Kamu menunjukkan pemandangan baru  "Terkesima." Mata berbinar, Terang, Jalang menatap depan  Senyummu yang juga tak berhenti menjadi hiasan  "Aku menyukaimu," kataku dalam hati Sepanjang jalan yang penuh cerita  Dan satu dua orang yang asyik dengan sendirinya Kita lewat dengan bermotor merk lama Antara lentiknya jemari Atau bingungnya menentukan garis tangan Kita searah pulang, Kamu mengantarku Sampai kernet bus benar-benar menutup pintu  "Pulanglah," bisikmu  Aku mengiyakan Kaca-kaca bus yang berembun Dan kamu yang melambaikan tangan Pamekasan, 18 Maret 2023

PUISI "SANDALMU", Oleh: Erka Ray

Sandalnya lepas  Bisa aku pasangkan?  Eh, tidak Aku akan membelikanmu yang baru  Lebih bagus  Lebih berwarna Tidak mencolok Netral Nyaman dipakai Pas di kakimu  Ini bukan sepatu Ini sandal  Entah sandalmu yang tertukar dengan milik siapa  Hingga salah warna  Kamu memberitahu itu padaku Kamu kemana Mungkin tertukar di sana  Akan aku belikan yang baru  Sandalmu, Yang lebih nyaman  Lebih pas  Lebih dari yang dulu Pamekasan, 18 Maret 2023

PUISI "SEDEKAT JEMARI KITA", Oleh: Erka Ray

Kabut yang berenda  Di matamu dan mataku  Membelah jalanan layaknya kue coklat pesta kita  Hijau yang menguning  Memberi hormat sepanjang perjalanan Kaki yang kedinginan bercengkrama dengan angin  Jalan-jalan yang tak mulus Kemana perhatian?  Entahlah, Kabut masih berenda Bak tirai di rumahmu yang tebal  Namun tak lama memberikan hidangan Gunung-gunung yang diagungkan mata Tangan yang ingin lancang menyentuhnya Seakan jarak sedekat jariku dan jarimu  Angin yang mulai berbisik, "Indah." Kerudung yang diterbangkan  Bajumu yang terbawa angin  Pula, aku yang berpegang erat  Sedang di depan sana,  Puncak gunung terhalang kabut  Kita yang hanya mereka-reka Pamekasan, 18 Maret 2023

PUISI "APAKAH BISA, KEPALSUAN", Oleh: Erka Ray

APAKAH BISA Kita apa, Kita siapa, Yang mana, Yang itukah Mulut merah  Leher tercekik Manja? Tidak, Hanya tenang tempat membuang sampah Hingga banyak yang bertanya, Siapa? Apa? Lalu bagaimana? Mata yang mencari jawaban Senyum yang dipasang  Bisakah? "Tentu," lantang orang berteriak Telinga menyakini Mata berbinar Mulut mengiyakan Dan pikiran mempertanyakan Bisakah? Pamekasan, 15 Maret 2023 KEPALSUAN  Ditabur dipinggir jalan  Tempat roda mengais rezeki Tempat peluh sedikit meronta Nasib kenapa begini, Matahari meninggi Pulang dengan makanan basi Perut lupa, Lapar telah hilang Terganti jauh tenggorokan yang membutuhkanmu Kemarin, padahal berjanji Lebih bersih dari baju yang baru dicuci Lebih putih dari cat tembok di rumah Sekarang, Kusam pudar  Lapar, Mulutmu, Hingga yang terikat di jari manis Tak lagi menghiraukan Pamekasan, 15 Maret 2023

PUISI "MENDUGA ABU-ABU", Oleh: Erka Ray

Angin sore itu sedikit lancang menerbangkan kerudung Hampir menutupi mataku Yang bersyukur sepanjang jalan Meski kaki kedinginan, Tapi senyum mengembang Kita di sepanjang jalan Meski sedikit ada resah Langit abu-abu yang kita dapat Kita tidak menghiraukan apapun Asal bersama Bukankah begitu? Duduk, Santai, Angin masih lancang, Kini berpindah pada gamis yang digoda Dan rambutmu yang sedikit menutupi dahi Kita mulai mereka-reka kemungkinan-kemungkinan Soal langit yang mungkin tidak akan kita dapatkan Dan cerita-cerita yang selanjutnya Masih soal kemungkinan kita Kita, Dan tawa yang ada di bibir kita Duduk, Berdua, Memaki, Mengomentari, Anak-anak yang bersepeda Sedikit jahil, Jangan pedulikan, Itu background kita Dan lihatlah, sore yang hampir tidur Tapi akhirnya kita berjumpa, Langit yang diduga jadi tersangka utama Memberi senja Ditelan perlahan Kita berdiri, Tersenyum, Arah barat yang memukau Pamekasan, 15 Maret 2023

PUISI "LATAR SENJA WAKTU ITU", Oleh: Erka Ray

Aku tokoh utamanya hari itu Dengan senja yang manja di pelupuk mata Menggelayut seakan berbisik, "Potret aku." Menjadikan mata ikut bermanja  Sedang aku di sampingmu Deru napas yang ikut berpacu menyaingi senja  Di dekat impian yang sudah menggambar langit  Senja yang diratukan, Sedang kita duduk dengan dua botol kopi  Menduga-duga langit akan kelabu  Di dekat bibirmu menarik panjang senyum-senyum Yang ternyata, senjanya ikut sumringah Kita berdiri  Saling menusuk pedang pada pikiran Langit yang putih kuning  Seakan sengaja dicoret abstrak Orang-orang satu dua berlalu-lalang di jalanan Senja yang duduk tersenyum Mentari yang ditenggelamkan pelukanmu  Lirih, Menyentuh, Mendeskripsikan rindu  Tapak kaki yang bergetar "Indah,"  Berbisik di telinga Pamekasan, 14 Maret 2023

PUISI "SORE ITU BERALAS HIJAU, BAHAGIA", Oleh: Erka Ray

SORE ITU BERALAS HIJAU  Malu-malu Kita sama-sama menapakkan kaki  Di perasaan yang meraba Senja yang anggun bertengger Matamu yang berbinar Berbicara lewat denyut "Sore ini milik kita." Datang, Hanya menduga Kita berdua  Beralas hijau  Angin mendayu bernyanyi di telinga Yang pikiran yang ricuh Tawa yang tak mau mengalah Beradu nyaring di telinga "Milik kita," kata kita Pamekasan, 14 Maret 2023 BAHAGIA  Bunyi sepeda Dengan warnanya yang biru tua  Tidak berdasi  Berkuda apalagi, Tidak ada Menuduh langit mendung Berkeliling, Rentang tangan yang mulai menyapa angin  Bibirmu yang ikut tertarik  Melirik kaca spion beberapa kali Aku tahu Kita angkuh menjadi abu-abu Bersembunyi di balik tubuh-tubuh langit  Menguning dibajumu yang putih  Kita tenang, Tersenyum, Menduga-duga soal satu jam  Kemungkinan yang diputar berfilm Kita penikmat yang sedang terlena Pamekasan, 14 Maret 2023

PUISI "KAMU (BUKAN) MILIKKU", Oleh: Erka Ray

Aku telah mengambil separuh senyummu kemarin Saat bintang masih tak tentu kapan datang Jangan tanyakan soal rembulan, Tentu tidak ada  Aku telah mengambil Mengatakan itu milikku Tidak untuk siapapun Siapa dan apa Aku tidak butuh pertanyaan itu Kamu milikku Tapi kemarin, Aku telah mengambil senyummu Hanya untukku Tidak untuk siapapun Background hijau berpadu kuning  "Kamu milikku," kataku lirih Nyatanya kamu bukan hanya untukku Aku tidak bisa mengambil senyummu setiap saat  Ada kalanya Terang memudar  Senja tertidur Atau fajar datang "Kamu bukan untukku," lirihku tadi  Seutas senyum  Sejari kelingking Kita hanya bayangan dibalik mentari yang angkuh Pamekasan, 10 Maret 2023

PUISI "ANTARA SEMANGKUK BAKSO", Oleh: Erka Ray

Semangkuk bakso tadi Terlalu kental kuahnya Terlalu banyak dagingnya Malah yang sedikit ucapan kita  Menikmati, Satu suap dua suap  Menduga-duga langit akan hujan atau tidak Kita sibuk, Mangkuk putih  Menatap gerobak di depan mata  Orang-orang yang berlalu-lalang pergi menyerahkan uang bayaran Anak-anak yang tersenyum dengan semangkuk besar, Hendak makan sampai kenyang Kita akhirnya pergi,  Setelah satu dua candaan Mangkuk yang sudah kotor, Tissue yang disobek, Pelipis yang bermandikan peluh  Kuah yang tandas  Kita ribut, Lebih ribut dari suara denting sendok  Lalu pulang  Motor yang seakan hendak meminang senja  Orang-orang yang berkumpul untuk menyaksikan mentari tidur Kita hanya lewat  Setelah semangkuk benar-benar tandas  Pamekasan, 09 Maret 2023

PUISI "KITA HANYALAH", Oleh: Erka Ray

Iya kita mulut yang terlalu sibuk mengunyah Kita kaki yang terlalu banyak berjalan  Tangan yang terlalu banyak bekerja Dan pikiran yang terlalu banyak maunya Kita warna Oren yang kadang-kadang kecut jika bentuk buah jeruk Kita tak benar-benar warna merah muda yang seakan-akan lembut Kita juga bukan warna merah yang kuat, Cuma punya skil untuk memanipulasi Kita juga bukan bunga di depan rumah yang selalu dipuja kecantikannya Pot yang dijaga, Bukan pohon yang ditunggu buahnya Entah manis atau tidak Pun bukan halaman yang senantiasa disapu bersih Apalagi jendela yang dilap Kita bukan apa-apa  Kita hanya sesekali menjadikan diri sebagai tokoh protagonis  Meski tak bergamis Atau pun klimis Kita tak renyah, Bahkan masih lebih renyah potongan merupak di toples-toples ruang tamu Pamekasan, 09 Maret 2023

PUISI "RENCANA DIBALIK KATAMU", Oleh: Erka Ray

Katamu, esok pagi Di depan rumah yang sepi Dengan satu dua lampu yang masih menyala di rumah-rumah tetangga Atau mungkin juga lampu jalan di perempatan rumahmu Tawa-tawa yang tak mau kalah nyaring dengan bunyi kendaraan Antara rindu dan kenangan yang pasang surut Mengalir di jemari kita Tak pupus, Tak renggang Katamu, Esok pagi saat matahari terbit Kita telah tak lagi berteman malam Kita sama-sama berjalan Jauh, Di dekat rumahmu yang kusebut sederhana Dan atap genting yang ikut menguning pagi ini Nyatanya, Tidak ada esok pagi untuk kita Antara selimut yang menjadi jalang yang meniduri kita Atau awan yang tak berhenti memaksa langit berdansa Kita akhirnya membatalkan rencana Pamekasan, 08 Maret 2023

PUISI "KATAMU ESOK PAGI", Oleh: Erka Ray

Kamu bilang, Esok pagi akan datang Bukan pangeran berkuda Hanya bersepeda Berkemeja Bertata busana Rapi mempesona Meski tak berdasi Setidaknya otak tak bertekstur besi Katamu esok pagi, Kita berdansa Entah di atas fajar, Atau hanya di atas pasir Kaki kita bertemu Menyatukan pertemuan lama Katamu, Esok pagi di depan rumah Berbusana rapi lah Kita akan menyeduh mentari pagi Menabur melati sepanjang jalan Terlindas kenangan lama Tak berupa pada akhirnya Semoga esok pagi benar Katamu, Kamu datang Aku yang tersenyum di bingkai pagi yang masih tertidur Yang kubentuk puisi pada akhirnya Sambil lalu kita pergi Mengejar mentari yang datang pergi Pamekasan, 07 Maret 2023

PUISI "SEDANG AKU, BERSYUKUR", Oleh: Erka Ray

Saat mentari justru menguning tadi di dekat bibirmu Menjadikanmu objek mata yang kutatap lama Memukau di dekat padi-padi yang badannya menunduk hormat Terpancar cerah Tawa-tawa yang menggema di telinga Berasal dari anak-anak yang berlari di atas tubuh senja Berlari, Bercanda, Sepanjang jalan Tak beralas kaki, Beralas tanah Sedang aku, Aku mengucap syukur Senja mulai mengecup dahi Hendak pulang ke dekat pelukanmu Mengintrogasi soal hari-harimu Entah kosong, Entah penuh Berlangsung lama Hingga benar-benar terlelap matamu Sedang aku bersyukur, Senja tadi, aku memasung wajahmu di dekat tubuhnya Membungkuk, "Aku ingin mempersuntingmu dengan warna kuning di tubuh padi." Sedang aku, Menutup senja dengan senyummu tadi Pamekasan, 07 Maret 2023

PUISI "MEMBINGUNGKAN", Oleh: Erka Ray

Kerlap lampu di ruangan ini seperti tertawa Di bawah aba-aba darimu Aku hanya diam Tertindih kenyataan pahit Yang sering kali kubiarkan luntur di pipiku Tak bisa tetap Kerlap kerlip lampu ini terlalu manja menentukan warna Antara hijau, biru atau merah Sudah bingung menentukan arah Tanpa pandangan Tapi sekali lagi, Seperti menyudutkanku Tertikam senyum, Tertawan wajahmu Di tengah lampu gantung yang terletak nyawa-nyawa yang tak adil Aku penuh keambiguan Tidak ada yang berbaik hati menjelaskan Di sela-sela bibirmu yang tak kunjung mengatub takjub Sedang aku, Coba tanya kabarku sekali Aku sedang berantakan Atas kabarmu yang semrawutan Tidak adil Tidak pantas Hingga aku tak lugas berbicara padamu Aku tak berbahasa lagi Kamu hanya membuat ambigu Pamekasan, 06 Maret 2023

PUISI "TANGIS DI DINGINNYA MALAM", Oleh: Erka Ray

Tentang waktu Aku yang jenuh Melintir di senyuman Berharap kasih Lebih halus dari kapas di meja rias Waktu tak bicara Bukan kita yang berdasi atau kerudung tanapa peniti Berbibir merah Lantang soal esok yang mungki akan terang Padahal mendung Tentang waktu Yang wara-wiri di depan mata Berjanji, Soal sore yang diseduh senja Namun nyatanya, Senja sedang berselingkuh Hingga langit berembun Dini hari Meski banyak yang mengadu Kita tidak termasuk ke salah satunya Kita sedang berselimut Dingin, Bumi tengah menangis Entahlah, Mungkin langitnya yang sedang merana Tanah basah Menghilangkan jenuh tadi siang Tak ikut berselimut Hanya diam mengamati wajahmu Yang sedang bermesraan Namun bantal yang sayu Kamu menangis? Hingga alam ikut diam Sumenep, 05 Maret 2023

PUISI "DUA SUKU KATA", Oleh: Erka Ray

Depan rumah yang berkabut pagi ini  Ukiran tangan yang sepi  Riuhnya justru di kepala  Menyelipkan anak-anak rambut yang manja  Berkeliling pikiran Mencari jalan keluar Namun tak ada, Singgah, Singguh, Dan resah, Aku bisa  Meski menyembunyikan wajah dari mentari pagi  Yang angkuh mencintai dirinya Aku bisa  Bisa, Dua suka kata yang dieja Dengan lantang Aku memotong jari  Merendah Lidah ditepikan  Mendingin, Hawanya semakin dingin  Tersirat Maupun tersurat Aku menyelipkanmu makna di ujung rambut yang kecoklatan Sudah lama Bisa dipertanggung jawabkan Aku bisa  Dengan dua suku kata Tulus, Sampai pipimu merona  Meski tangan gemetar Apakah benar-benar bisa? Pamekasan, 03 Maret 2023

PUISI "BERSAMAMU, NAK", Oleh: Erka Ray

Dari kita yang awalnya berjarak Aku sering berbicara denganmu Meski tidak bisa berpegang tangan Hingga jarak dikikis Kita bertemu Matamu mengerjab Hingga doaku terlalu mahir menyebut namamu Setiap hari dirimu menangis  Aku mengaduh, Lesu, Mulai dari pagi, Siang hingga malam  Kamu di sampingku Menyuapi mengantarkan sekolah Hingga malam mengantar kita tertidur di selimut yang sama  Bangunlah untuk hari esok, Nak Sumenep, 05 Maret 2023

PUISI "BU, AKU DI DOAMU", Oleh: Erka Ray

Bu, Aku tengah mengintip di balik anak rambutmu Melirik pipimu apakah merona atau tidak Bu, Aku juga tengah mengintip dari balik kerudungmu Melirik pangkuanmu tempatku dulu Meski aku tak bisa menyatakan rindu lebih dingin Dari kain tipis yang mengecup mesra dahimu Yang berlatar waktu sepertiga malam Aku hanya mempu bertengger bersama rembulan yang ikut mengaminkan kalimat dari mulutmu Tentang aku yang menjadi temanya Sampai tanganmu mengelus langit Agar aku menjadi tokoh utama di sana Bu, Aku ingin bermain di samping kananmu Hanya ingin bermesra dengan doamu tadi Sumenep, 04 Maret 2023

PUISI "ADALAH", Oleh: Erka Ray

Kita berpuisi pagi ini Melepas malam yang masih bermalas-malasan Menunggu mentari meninggi Di sebelah timur rumahmu Yang tak bisa kulirik Lebih jauh, Ataupun lebih detail kurengkuh Angin-angin pagi yang lancang menyapa Menurunkan sisi rambut sebelah kanan Saat pagi ini telah sibuk memulai sarapan di piring-piring bersih Mula jauh memandang lancang ke arah barat Seperti ingin bertemu malam Padahal kita adalah tangan-tangan yang masih kotor habis membajak sawah Belum membasuh kaki Meski mata berbinar menyambut arah timur Tak luput menjamah sinarnya Berbisik soal pagi yang tak pernah indah Berbisik soal malam yang menangisi nasib Selamat pagi, Piring-piring sudah hendak dicuci Jendela-jendela dibuka Sedikit udara mulai masuk Menyapa meja-meja kaku Pamekasan, 04 Maret 2023

PUISI "IDEALNYA SUATU PERASAAN", Oleh: Erka Ray

IDEALNYA Di mana arah yang ideal Jam angka satu Atau angkat dua yang sedikit meleset Mencari serbuk-serbuk harap yang terbakar sifat Membias wajah di keheningan Lama, Tidak bersua kata, Dekat, Kita tidak bisa dekat, Di mana aku? Mungkin aku salah satu angka itu Meleset di angka dua Lalu tidak dilihat sejarahnya Aku tersenyum, Menoleh pada dinding yang merana pada waktu Pamekasan, 02 Maret 2023 SUATU PERASAAN Aku akhirnya lapuk Termakan mulutmu Yang mencari api dalam gundah gulana Ingin menyatakan perasaan lama Tapi tak luluh Meski membakar diri Menabur debu di dekat jendela rumahmu Bentuk yang paling sederhana Kita tidak tahu, Seperti apakah Atau hanya pelampiasan, Kemarahan, Menunggu kemarau di rinai hujan Tenanglah, Kita bisa Pamekasan, 02 Maret 2023

PUISI "HUJAN, SENJA DATANG", Oleh: Erka Ray

HUJAN Riak air berbisik di atap genting Menyatakan perasaan Paling halus Paling sederhana kertas tulismu Menangis di atas kaca Pilu membuka tudung saji di dapur Menyendok lauk, Sambil bisik-bisik hujan yang tak berhenti Antara genting yang ingin tubuhnya terlepas Dicaci siang, Sayangnya hujan Mendulang mimpi semakin lama Di dipan persegi, Di dalam selimut yang tipis senyumnya Pamekasan, 02 Maret 2023 SENJA SEDANG Depan rumahmu seperti sendiri Aku hanya menilik sekilas Melupakan sebentar Merajut hari yang kian senja  Di antara senyummu yang digulung Aku pilu  Merentangkan tangan untuk nestapa Aku masih berkelana di jalan depan rumahmu Ingin mengetuk pintu Namun senja telah datang  Mendorong tubuhku untuk bersujud Berteriak di telinganya, "Aku mencintaimu" Pamekasan, 02 Maret 2023

PUISI "ARAH BARAT MELIRIK TIMUR", Oleh: Erka Ray

Hingga aku membuka mata pagi ini Melirik ke arah timur wajahmu yang mulai sumringah Aku ikut menrik bibir Seulas senyuman Lebih manis dari kopi atau te di mejamu saat ini Tapi lebih rumit dari koran-koran pagi Jangan mencariku di paragraf pertama di sana Aku ada di halaman akhir Mendesah resah Meski wajahmu dari arah timur membungkusku Berusaha menenangkan, Kita sama-sama berjuang Meski tak terikat mentari Kita tahu, Kita sama-sama ingin berjalan di setapak jalan yang penuh kerikil Mulut yang mengaduh, Mulut yang terluka Aku mengeliat Memupuk tinggi-tinggi semangat Meski sebenarnya, Kita hanya berani menatap dari jauh Kamu yang di arah timur Aku di arah barat yang akan segera terlelap Pamekasan, 02 Maret 2023

PUISI "NYATANYA AKU BUKAN APAPUN", Oleh: Erka Ray

Aku berdiri di depanmu Bertanya soal bentuk pernyataan yang kau inginkan Aku tidak bisa menyatakan lewat daun-daun yang sudah coklat warnanya Yang mungkin akan jatuh di depan pintu rumahmu Aku juga tidak bisa seikhlas debu saat melihatmu tidak bersamaku Aku apa? Aku siapa? Aku bukan apapun Jangan harapkan aku Akan bersujud dan semakin membungkuk layaknya pagi Memujamu dengan rapi di pandanganku Aku tidak akan begitu Jika lusa aku jauh Aku menyerah mencari jalan menuju dirimu Aku dibalut tersesat Tanpa kau tolong Jika harus menjadi api Aku tidak bisa membakar tubuhmu untuk me jadikan aku sebagai bentu cinta Aku tidak bisa Aku siapa? Aku apa? Bukan apapun Pamekasan, 01 Maret 2023

PUISI "KEPILUAN PENAKU", Oleh: Erka Ray

Menulislah pagi ini Meski penamu merajuk tak karuan Antara titik koma yang salah tempat Atau tanda tanya yang terlalu banyak ditempatkan Lupa tanda seru, Ataupun tanda petik yang memulai dialog kita Menggunakan dialog tag "Katamu" Sayup-sayup terdengar decit pena yang tergores Entah lukanya, Atau tubuhnya Mengaduh perih di sujud-sujud pilu Antara kertas yang ingin memeluk santai Soal perasaannya yang hanya didekap lama Tidak ada tutur di paragraf terakhir Hanya sedikit deskripsi tentang kepiluan yang hadir Memanipulasi warna putih Meminta hitam dari pena yang tandas setengah isinya Lalu memutih di rambutnya dengan perasaan yang tak kunjung datang Entah kita penyair yang sedang menunggu apa Pamekasan, 28 Februari 2023