Biarkan aku lahir
Dari mulut-mulut pemberontak
Tangan yang kasar
Tukang las kayu yang membungkuk
Biarkan aku lahir
Di tanah merah
Tempat hamba-hamba menopang nista
Langkah kaki yang tertatih
Pulang harap diterjang samudera
Pasang surut,
Aku lahir di pangkuan Ibu
Malam yang tertidur
Puas atas dongeng pengantar tidur yang monoton
Aku akhirnya lahir,
Di tangan yang bertepuk
Entah sebelah tangan,
Atau bertepuk penghormatan
Keambiguan
Aku dilahirkan
Di dusta yang penuh di mulut
Kaki yang hanya bermain dengan beceknya tanah sawah
Pulang sore
Datang pagi saat mata-mata mengucek kehidupan
Anggun,
Bagian luarnya saja
Aku lahir di tengah tenggorokan kering
Air di ceret tak ada
Apalagi di mulut,
Telah lama kehausan
Pamekasan, 22 Maret 2022
Komentar
Posting Komentar