Judul Buku: Janji
Penulis: Tere Liye
Bahasa: Indonesia
Penerbit: Penerbit Sabak Grip
Tahun Terbit: 28 Juli 2021
Jumlah Halaman: 488 halaman
ISBN: 9786239726201
Harga Buku: -
Peresensi: Erka Ray*
Penulis dengan nama asli Darwis ini terkenal dengan nama pena Tere Liye. Dunia buku dan tulis menulis tentu tidak akan asing lagi. Pria kelahiran Lahat Sumatera Selatan 21 Mei 1979 ini sudah mulai menulis sejak masih sekolah dimulai dari koran-koran lokal. Selain seorang penulis dia juga merupakan seorang Akuntan dan juga lulus Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Tere Liye memilih berbeda dengan penulis lainnya, dengan tidak terlalu mengumbar identitas dan jarang menghadiri seminar, workshop kepenulisan dan lain-lain. Novel Janji ini merupakan novel ke sekian yang telah ditulisnya. Mulai menulis sejak tahun 2005 dengan karya pertamanya yaitu "Hafalan Salat Delisa" yang telah diangkat menjaga film layar lebar. Selain itu juga ada novel lain yang diangkat menjadi film layar lebar seperti "Moga Bunda Disayang Allah", "Bidadari-bidadari Surga", dan "Rembulan Tenggelam Di Wajahmu"
Sinopsis:
Kita semua adalah pengembara di dunia ini. Ada yang kaya, pun ada yang miskin.
Ada yang terkenal, ternama, berkuasa, juga ada yang bukan siapa-siapa. Ada yang seolah bisa membeli apapun, melakukan apapun yang dia mau, hebat sekali. Ada yang bahkan bingung besok harus makan apa.
Tapi sesungguhnya dimanakah kebahagiaan itu hinggap? Di manakah hakikat kehidupan itu tersembunyi? Apakah seperti yang kita lihat dari luar saja? Inilah kisah tentang janji. Kita semua adalah pengembara di dunia ini. Dari hari ke hari. Dari satu tempat ke tempat lain.
Dari satu kejadian ke kejadian lain. Terus mengembara. Dan kita pasti akan menggenapkan janji yang satu ini: mati.
***
Novel yang diisi tentang perjalanan tiga sekawan yang sangat nakal bernama Hasan, Baso dan Kaharuddin, yang mana mereka bertiga mendapatkan tugas dari Buya mereka di pesantren untuk mencari seseorang yang bernama Bahar. Ayah Buya bermimpi bahwa kelak Bahar adalah seseorang yang akan masuk surga dengan mengendarai kereta emas, sehingga membuatnya menyesal telah mengusir Bahar dari pesantren karena kenakalannya.
Ketiga satri tersebut akhirnya menyanggupi permintaan Buya untuk mencari seseorang yang bernama Bahar karena tergiur dengan tawaran dari Buya yang akan memperbolehkan mereka bertiga untuk pergi dari pesantren jika mereka berhasil menemukan Bahar. Maka berangkatlah ketiganya dengan bekal uang dari Buya dan beberapa dokumen yang bisa membantu selama perjalanan.
Saat melakukan perjalanan ini Hasan, Baso dan Kaharuddin mengikuti pola berpikir Bahar yang juga sama nakalnya dengan mereka. Perjalanan pertama mereka yaitu dengan mengunjungi Capjiki yang merupakan tempat orang-orang untuk mabuk sudah aja sejak 1938, karena Bahar merupakan pemabuk. Disitulah mereka bertemu dengan Bos Acong yang ternyata mengenal Bahar. Bahar adalah teman mabuk bos Acong dan Bahar yang selalu menolong bos Acong.
Kemudian di tempat selanjutnya mereka bertemu pak Asep yang berupaya tetangga kontrakan Bahar yang juga mengenal bos Acong. Pak Asep menceritakan bagaimana baiknya Bahar terhadap tetangganya, Bahar yang tanpa ragu menolong tetangganya. Namun Bahar tiba-tiba menghilang dan pergi.
Di perjalanan ketiga mereka bertemu dengan pak Mansyur yang merupakan mantan sipir di tahun 80an. Beliau mengenal Bahar selama di penjara. Keduanya adalah teman yang cukup akrab di penjara. Pak Mansyur menceritakan kehidupan Bahar selama di penjara yang mana Bahar menggunakan nama Bahrun selama masuk penjara karena kesalahan pencatatan nama saat masuk penjara. Bahar yang ternyata masuk penjara menggantikan tetangganya bernama Mas Puji yang disuruh bos Acong untuk membakar pasar induk.
Diperjalanan keempat Hasan, Baso dan Kaharuddin bertemu Muhid, Etek dan rombongan pernikahan Muhid. Di dalam bus, Etek dan Muhid bergantian menceritakan soal Bahar. Bahar yang menjadi tukang reparasi setelah keluar dari penjara, karena selama ada di penjara Bahar belajar memperbaiki alat apapun dan juga belajar memasak. Di situlah Bahar bertemu dengan Demila, seorang keturunan China yang orang tuanya mempunyai toko emas. Keduanya kemudian menikah. Namun sayangnya Delima meninggal terbakar di dalam toko emasnya saat aksi demo yang dilakukan sekelompok orang yang benci terhadap orang-orang asing.
Hingga akhirnya Bahar memilih pergi lagi setelah meninggalnya Delima. Kehidupan Bahar selanjutnya dimulai dengan kehidupan yang paling berat dengan menjadi penambang emas, bekerja siang malam tanpa berhenti hanya untuk melupakan wajah istrinya yang terus saja ia ingat. Hasan, Baso dan Kaharuddin mendapatkan kisah Bahar di pertambangan dari Bu Surti dan Pak Budi yang menjadi saksi perjalanan Bahar selama di pertambangan. Bahar yang mujur sekali sekali menemukan emas di tambang itu, hingga disebut penambang bertuah. Namun sayangnya semuanya berakhir, saat gempa bumi terjadi di tambang emas terbesar. Dan anak buk Surti dan pak Budi yang bernama Haryo yang sangat dekat dengan Bahar ikut meninggal dalam kejadian tersebut. Setelahnya Bahar memilih pergi lagi.
Kehidupan selanjutnya hampir mendekati akhir kehidupan Bahar. Bahar yang telah berdamai dengan semuanya termasuk atas kehilangan istrinya, akhirnya menyewa sebuah tempat untuk dijadikan rumah makan Padang. Bahar memang pinter memasak, dia belajar saat masuk penjara. Kehidupan ini menjadi yang paling menyayat, Bahar yang baik hati kepada siapapun dengan memberikan makanan gratis, Bahar yang tidak jadi naik haji karena uang tabungannya digunakan untuk anak-anak yatim piatu, Bahar yang ringan tangan membantu tetangganya. Bahar yang akhirnya meninggal dunia.
Kisah ini didapatkan oleh Hasan, Baso dan Kaharuddin dari Pak Sueb orang yang pertama kali berkenalan dengan Bahar yang baru tiba di ibu kota provinsi. Pak Sueb juga menceritakan mimpi Bahar yang ternyata sama dengan mimpi dari ayah Buya tapi dari versi Bahar. Mimpi yang mana ia mengendari kereta emas untuk menjemput Buya, Delima, Haryo dan orang-orang yang dia sayangi.
Kisah itupun selesai. Hasan, Baso dan Kaharuddin kembali ke sekolahnya dengan membawa kelapangan hati dan tetap memilih melanjutkan berada di pesantren.
Epilog novel ini ditutup dengan dialog antara ayahnya Buya dengan Bahar. Bahar diizinkan pergi dari pesantren dengan diberikan sebuah pusaka yang mana terdapat lima pusaka, pertama selalu menghormati dan membantu tetangga. Kedua, selalu melindungi yang lemah dan teraniaya. Ketiga, senantiasa jujur dan tidak pernah mencuri. Keempat, bersabarlah atas apapun ujiannya. Kelima, bersedekah, bersedekah dan bersedekahlah. Bahar dituntut untuk berjanji melaksanakan lima pusaka tersebut. Dan Bahar menepati janjinya dengan memegang teguh lima pusaka tersebut di setiap perjalanannya. Begitulah muasal judul novel yang diberi nama Janji.
KELEBIHAN:
Novel ini banyak sekali sisi positif yang bisa diambil. Petuah-petuah hidup diselipkan dalam setiap alur dalam novel ini. Nilai plus-nya juga terdapat di alur saat Bahar berada di penjara. Penjabaran tentang penjara di tahun 1980-an begitu detail. Pembaca seakan-akan diajak ikut masuk untuk merasakan kehidupan dalam menjara. Dikutip dari postingan akun Instagram Tere Liye sang penulis novel ini. Bahwa dia melakukan riset yang mendalam untuk menjabarkan kehidupan di dalam penjara, salah satunya dengan bertanya langsung kepada orang-orang yang pernah masuk penjara dan membaca informasi yang bersangkutan dengan narapidana dan penjara.
Tidak hanya itu, saat memasukkan fase di mana Bahar menjadi seorang penambang emas. Latar tempat di sebuah pertambangan dijabarkan tak kalah detailnya, bagiamana proses tambang emas beroperasi dan sebagainya. Dengan demikian novel ini tidak bisa diremehkan, dan bukan termasuk novel asal-asalan. Novel ini menekankan kepada pembacanya untuk saling tolong-menolong, untuk ikhlas, membantu dan memuliakan tetangga, tidak berharap lebih, jujur dan tidak mencuri serta bersedekah. Nilai-nilai relijius bertaburan dalam setiap alur novel ini.
KEKURANGAN:
Nyaris tidak ada kekurangan dalam novel ini. Sejauh yang saya baca. Novel ini lebih banyak menonjolkan kelebihannya dari pada kekurangannya. Pembaca yang terpesona dengan alurnya, otomatis akan melupakan apa sisi kekurangan dalam novel ini. Hanya saja novel ini tidak bisa dibaca oleh semua kalangan, terdapat banyak unsur kekerasan salam novel ini, hal-hal yang tidak senonoh dan menjijikkan, terutama dalam bab kehidupan dalam penjara, pertambangan emas dan saat Bahar memakan makanan anjing di rumah bos Acong untuk membebaskan mas Puji tetangganya. Selebihnya novel ini aman-aman saja dibaca asal lebih banyak diambil sisi positifnya.
KESIMPULAN:
Novel yang bisa dikatakan sebagai novel yang nyaris sempurna ini, direkomendasikan sekali bagi kalian-kalian yang suka merenung soal kehidupan. Novel ini tidak kekurangan ilmu untuk dipetik di dalamnya. Novel yang cocok dibaca saat santai, sebab novel ini tidak termasuk dalam kategori novel yang berat. Lagi-lagi penulisnya pintar sekali penulis novel dengan sudut pandang yang berbeda dari novel-novel yang lain. Membuat pembacanya terhipnotis dan ikut masuk dalam novel karyanya yang kali ini. Dikutip dari akun Instagram Tere Liye yang merupakan penulis novel Janji ini, bahwa novel ini merupakan novel karyanya yang mendapatkan rating tertinggi setelah novel Tentang Kamu.
*Peresensi merupakan seorang mahasiswi yang sering gabut dan banyak ngeluhnya.
Komentar
Posting Komentar