Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

PUISI "MALAM TAKBIRAN ", Oleh: Erka Ray

Surau-surau ramai Sorak ramai anak-anak bersarung, Pun berkerudung, Duduk rapi di saf-saf terdepan "Allahuakbar", tangan diangkat  Bersikap santun tunduk patuh  Malam pun ikut patuh bertakbir Speaker di surau dan masjid menggema Silang menyilang, Hilir mudik,  Telinga pekak  Takbir di segala penjuru Anak-anak riang dengan petasan Samping rumah ramai  Pun depan rumah Kerlip lampu  Bibir tersungging senyum Elok hati berbaju baru esok pagi  Bernada syahdu Meja-meja tertata toples terisi  Siap menyambut tamu esok pagi  Malam bernyanyi  Ikut syahdu terbuai rindu  Membungkus hati berhari raya esok pagi  Mangkuk berisi opor tersaji  Penuh tangan menerima hadiah rupiah Esok pagi baju rapi di setrika malam ini  Anak-anak depan rumah masih ramai bersorak sorai Lantang ikut bertakbir mengagungkan Senang esok berbusana Berlenggak lenggok bercermin diri Sumenep, 28 Juni 2023

PUISI "HARI RAYA", Oleh: Erka Ray

Lantai rumah sepi kaki Tak diinjak lama sekali Tetangga hilir mudik membawa nampan  Kosong pulang saat dituang  Berbaju dinas bergamis menawan Sanggul rapi  Kerudung di peniti Sarung-sarung dilipat rapi  Kopiah gagah bergaya megah  Ukuran baju tak mau kalah  Bersalim tangan maaf-maafan Cium tangan ibu tercinta Peluk jauh anak rantau pulang pada kampung halaman  Hari riang  Padang sepi tak ada petani Jalan di laju menuju atap langit-langit tinggi Mendongaklah kepala dengan hati-hati Berpikir, esok mungkin akan seperti ini  Jalan-jalan sepi  Ramai di halaman masjid Motor tak melaju di jalan Parkir depan rumah menyambut sanak famili   Pulang sayang, Ibu di rumah menantimu dari kota seberang Anak sodara berlari meminta uang Rupiah di saku celana habis berpindah tangan  Sumenep, 28 Juni 2023

PUISI "MATAMU MENGUNING BERSAMAKU", Oleh: Erka Ray

Matamu berbalur jingga Semburat kuning yang merangkak Malu-malu menyapa, "Hai." Untuk esok bermesra tak henti  Matamu anggun turun menyapu nadi  Mulut yang sahur menyahut lirih  Jendela terbuka  Wajahmu sumringah muncul di sana  Pipimu merona  Lincah tangan mewakili rasa  Unjuk diri menyatakan cinta Bunga-bunga hambamu yang berikutnya Mencetak jati diri yang mempesona Aku suka warna bajumu hari ini Meski putar  Tak samar matamu memuja   Aku suka caramu menyaingi Warna bunga-bunga yang mulai bersujud di bajumu  Aku memujamu selanjutnya Matamu mengerjap  Aku menguning di pucuk-pucuk embun Meratukan dirimu Sampai bertemu Saat halaman rumah sudah disapu bersih  Dan lantai rumah dipel Aku mendatangimu untuk mengucap "Hai" Mari bersenandung mengenang bibirmu yang kusanjung Sumenep, 27 Juni 2023

PUISI "MATI SI PENDOSA - SATU ASUPAN", Oleh: Erka Ray

MATI SI PENDOSA  Sekat Jarak sejengkal Perih jari Pisau tak mati  Mengisahkan siapa Aku bertanya Darah merah  Mawar pun merah  Sujud si hamba penuh dosa Lesu kaki  Mata sayu  Meninabobokan dosa Tidur cepat  Aku tak kuat  Datang sembilu Tusuk nadi  Aku mati di matamu  Selimut tak cukup mengafani Mati, Tutup usia di bahumu Sumenep, 27 Juni 2023 *** SATU ASUPAN Harap-harap Cemas mata Mengerjap-ngerjap Kuning depan rumah Mentari sebab muasalnya Tudung saji dibuka Sudah saatnya piring berdenting Menyuap satu dua asupan  Piring-piring putih ternoda Sudah tandas Kepul asap bakaran tetangga Berlidah dua  Berkisah dusta Halaman bersih  Duduk santai menyeduh kopi  Koran baru abu-abu warnanya Berita kriminal di halaman pertama Sumenep, 27 Juni 2023

PUISI "PULANG - SAMPAI JUMPA", Oleh: Erka Ray

PULANG   Burung-burung pulang  Terbang di atap rumah Pohon-pohon pinggir jalan ditebang Panas sore hari mengantar senja  Saat pulang si petani bertulang bengkok Pelipis berpeluh  Baju lusuh  Sampai di rumah Pintu dibuka  Bakul tak bernasi  Harap-harap perut terisi  Berkisah soal panas tadi siang  Menyiram tubuh dengan air  Mulai beristirahat Sumenep, 27 Juni 2023 *** SAMPAI JUMPA  Mawarku mulai membuka jubahnya  Merah tak lagi merah Pudar di bibirmu  Pun aku takjub akan hal itu  Aku tau, Kita sama yang sudah berbeda Raup kisah dahulu Pun mawarku tak lagi membungkuk Layu di bahumu  Memek ya ditemani sesaat  Tidur setelahnya  Malam mulai angker bercinta dengan kisah kita  Terpaut di jemari  Kala hanya aku yang mau  Kita sudah tak beriringan lagi  Pulang dipenutup Ending yang tak terpenuhi Sampai jumpa lain hari Sumenep, 27 Juni 2023

PUISI "MALAM BERSAMA KITA", Oleh: Erka Ray

"Lihat aku di depanmu," ucapmu malam itu Aku yang mendongak Melihat warna-warna yang tak lagi asing  Dengan senyum yang tak mau kalah dengan lampu jalan Dan deru kendaraan yang menjalang di telinga Pun orang-orang yang sibuk dipinggiran  "Terlalu lama," ucapmu Saat menungguku membeli menu baru untuk simpang siur percakapan kita selanjutnya  Malam itu meski dingin  Tanganmu menunjuk ke langit  "Lihat layang-layang itu, berlampu", ucapmu Seperti bertabur Lampu-lampu mengukir janji di sekitarnya yang terang Sedang motormu bersenandung Tak merdu, Membelah kisah-kisah selanjutnya yang akan ada  Pun aku yang melihatmu dari belakang Punggung yang membelakangi, Sampai pada tujuan, Berburu tempat paling redup  Santai mulai memetik satu dua dana soal malam Dan orang-orang asing berikutnya  Anak-anak bermain ayunan  Sedang kita melahap menu baru  Berkisah soal ayunan dan orang-orang baru  Mata kita menatap objek di depan  Silu...

PUISI "SUATU TEMPAT", Oleh; Erka Ray

Siang itu, hujan tiba-tiba turun  Kita berteduh  Baju-baju kering mulai basah  Kita berdiam diri Satu dua botol minuman Kita berpikir akan kemana  Siang itu, Hujan menari di depan mata Kamu terburu-buru ke kamar mandi  Punggung-punggung ikut berteduh  Mengibaskan baju basah  Dan wajahmu yang terkena tempias Siang itu, Tiba-tiba langit cerah Kita bermotor ke arah timur  Langit menggelar senyum lebih lebar Panas, Pelipismu berkeringat Kita mendatangi suatu tempat yang sering orang-orang datangi  Kita berdua, Kau bilang, "Ini tempat yang indah." Kita duduk Bekas-bekas lahan petani garam Air yang menggenang Hijau di kejauhan Pun putih di depan mata  Awan satu dua seperti memasung diri dengan sengaja  Hijau kanan kiri,  Tempat yang kita duduki Beralas rumput Siang itu pun, Kisah-kisah anggun tersenyum Mengenakan gaun terbaik  Meski sedikit khawatir akan dua tiga hal  Namun tanganmu mengalihkan pikiran Kita ters...

PUISI "KITA KISAH YANG MATI", Oleh: Erka Ray

Apa yang bisa kukisahkan dari benda mati  Diam menghambakanmymu yang juga mati  Membeku, Terbujur kaku, Hening bibir dibekap tangan  Berhenti berbicara Apa kisahku cukup mati  Sedang tubuhmu melata di nisan-nisan tua Siap menulis namamu dan namaku Bertinta hitam  Sedang kain putih cukup bersih melindungi tangis-tangis di atas tubuh kita  Apa kisah ini telah benar-benar mati? Mati bersujud pada kisah lama  Berteriak saat tanah-tanah mulai angkuh tanpa pamit  Memeluk tubuhku,  Pun tubuhmu  Kita diiringi tangis  Aku kisahkan ulang kisah yang mati  Bunga melati yang mengantarkan kita tertidur Nisan-nisan putih berikrar atas namaku, Pun namamu  Sudahi  Aku rasa kita sudah cukup mati  Berjalan, Bernapas, Hidup bertaruh soal mainan-mainan penghibur diri  Melata hampa di bibir kita  Mari mati di angka-angka yang mulai bersujud pasrah Sumenep, 26 Juni 2023

PUISI "AKU DI DEPANMU", Oleh: Erka Ray

Aku bibirmu  Yang tak lagi berucap rindu  Aku matamu Yang telah kehilangan objeknya Aku kulitmu Yang telah lama tak disentuh Aku bahumu Tempatku dulu bermanja Aku pulang  Bibirmu mengatup Tak berkata, "Masuklah." Aku datang  Tak kutemukan tubuhmu  Sedang apa mawar-mawar membungkuk dibalik siluet malam  Beradaptasi dengan dinginnya sikapmu Aku berbaring Sendiri, Tak lagi kau temani  Aku di depan matamu yang terpejam Sedang apa bunga-bunga dan juga aku berdiri tegak Namun tak mau lihat Sedang apa angin-angin mengetuk jendela, Sementara tanganmu telah diajak berdansa oleh yang lain  Aku di pundakmu Tempatku dulu, Tempat teduh bawah pipimu  Mengaduh sakit, Sedang esok masih bermusuhan dengan mentari  Awan yang sengaja menghalangi bibir ranummu untuk berwarna Sekian dariku Sumenep, 24 Juni 2023

PUISI "AKAN MEMELUKMU", Oleh; Erka Ray

Siapa yang akan memelukmu Jawabannya aku Siapa yang akan memelukku Apakah juga kamu Aku akan memelukmu Kala rindu pasang surut di mata  Mewakil cabikan asa yang tak sampai ke pipimu Aku memelukmu disamping kiri  Tempat nyaman yang tak menuntut lebih  Kasih usang ditangan  Buku-buku bertema dirimu  Aku bait sepi  Puisi ini akan memelukmu suatu saat  Kala hari hanya datang untuk tertidur pulas Aku datang  Setangkai mawar yang tanpa sengaja mengaduh sakit Aku pelaku utama  Akan datang memelukmu di sebelah kanan Jangan bertanya, Aku ikhlas paling ikhlas memelukmu erat  Meski mawar-mawar tak lagi anggun saat ku paksa menyelinap di rambutmu Atau sekedar tebar pesona Aku memelukmu Pulang bawa aku, Aku pulang membawamu pada dekapan Sumenep, 23 Juni 2023

PUISI "JIKA ESOK TIDAK ADA", Oleh: Erka Ray

Jika esok matahari justru tertidur lebih lama Tak mengetuk jendela kamarku  Tidak membuka percakapan di antara kepul asap nasi panas  Pun tidak lagi menyapa orkestra burung-burung di dahan pohon  Mungkin embun telah berduka sejak semalam  Tidak bisa kembali pada rerumputan di depan rumah Dan mentari melipat janjinya di tangan  Tak lagi menemani mengoceh soal siang yang panas  Jika esok tak ada lagi kata-kata romantis, Peluk erat bantal-bantal kumal di sudut-sudut kamar  Tempat menjerit soal pagi yang tak lagi ada kepul asap dari tungku Pun asap bakaran sampah pagi-pagi Peluk aku saat terbangun Membangunkan diri, Membuka mata, Tak membuka jendela Apalagi tanganmu yang tak lagi bisa ku minta datang ke tanganku Sumenep, 23 Juni 2023

PUISI "KURANG", Oleh: Erka Ray

Tak ada aku Aku pengemis kata  Kurang kalimat Kurang jati diri  Tak ada aku dalam dekapmu Saat pipi basah tak ada tissue Aku kekurangan kata Mangkuk-mangkuk kecil  Telah berisi air Aku hendak memberinya kata-kata Ucapan terima kasih  Aku kurang kata  Hendak ditempel pada muka-muka tanpa lidah Bak pedang, Mukaku tersayat  Berdarah  Aku kurang kata, Sepi hidupku menantimu Padukan kata untukku Saat aku hendak tidur malam ini  Ucapan selamat Pada muka-muka tanpa dosa Api yang bersujud membakar kayu  Aku yang bersimpuh, Hendak meminang perkataanmu  Lidah-lidah lihat menyapa tangis  Dijilat menjilat muka-muka berbau tanah  Aku kurang kata menjadikanmu ratu Aku bujang sendiri di kata-kataku  Mulai meringkuk Aku tak berdaya  Sumenep, 23 Juni 2023

PUISI "YANG TERLUKA", Oleh: Erka Ray

Runtuh  Dekap harap Lapang tak kunjung datang  Pulang pergi kaki terseok Baju koyak  Lupa tak dijahit Ramah tamah depan rumah Menyapa hati kian pahit Musuh tiba Genderang perang lantang  Air mata bercucuran Anggun, Lantang suara  Namun segera tercekik iba Pulang pergi sang nahkoda Laut pasang  Ombak tak ampun memberi luka Hilang ujung jari  Terkikis layaknya bibir pantai  Urung hati  Tak susah lagi  Hanya pura-pura Putih mata  Putih tulang  Aku datang  Kaki pincang  Pulang lagi tak henti-henti Harap cemas mata terlelap Malam berpamitan Aku tak jadi untukmu Sumenep, 23 Juni 2023

PUISI "PANGKUANMU MILIKKU", Oleh: Erka Ray

Bila aku memintamu Akankah bisa aku memiliki pangkuanmu  Aku hendak meletakkan kepala Sayup-sayup tangis hanya pengiring Aku terdiam Kala meja makan hanya berisi kita  Piring putih, Sendok senada  Bernada sayu nan syahdu Saling denting soal sesuap nasi yang hilir mudik ke mulut  Bisa peluk aku? Melihat pangkuanmu  Selepas makan, Nasi yang tak habis  Bisa aku rebah rehat melepas penat Aku tak risau  Nada-nada tanpa ampun hanya memiliki lagi sedih  Menangislah Ucap pada diri sendiri Pangkuanmu tampaknya kosong  Bisa aku meminta izin  Sebentar, Bisa kau jamin, Aku si penjahat  Urung pulang meminta kasih Luka dibagi sendiri Sumenep, 23 Juni 2023

PUISI "BEGINI CARAKU", Oleh: Erka Ray

Berpikirlah, Bagaimana aku menghapus peluh sendiri Jalan-jalan depan rumah tidak mulus Jalan rumahmu lebih bisa kutapaki  Aku pincang  Kidal, Tuli dan buta  Perihal mengeja,  Ucapanku tak fasih  Bagaimana caraku mengusap peluh Sedang tanganku tengah sibuk Mengetuk rumahmu yang sepi  Berdiri di terasnya sendiri Aku hanya ingin memberi tahu, Bagaimana aku harus pulang sore  Hanya ingin agar jalan di rumahmu cukup ramai  Dengan pintu yang terbuka  Pun bisa ku pandangi sebentar harapan rumputnya Kamu tahu caraku menghapus hari mata  Dengan tidak menoleh lagi pada punggung yang telah memalingkan badan  Aku tak punya kain seperti di rumahku  Pun tissue yang kau sediakan di kamar Sumenep, 21 Juni 2023

PUISI "AKU TELAH KEMANA-MANA", Oleh: Erka Ray

"Kamu bisa bersamanya."  Tidak,  Angin berbisik, "Melangkahlah, tapi bukan kearahnya." Daun-daun mati menyatakan cintanya Peluk erat, Pernyataan cinta si api yang menangisi abu "Bersamamu."  Aku memahat kata itu dipikirin  Mundur kaki  Duri di depan  Abu pun terbang Aku lupa tidak menutup mata  Perih, Mengaduh lama Beberapa bertanya, "Kemana dia." Aku yang telah memutuskan kemana-mana Pun kaki, berat berkasih dan berkisah Soal langkah  Soal jiwa-jiwa yang mengubur bibirnya agar tidak menyebut namamu "Bisa bersamamu." Mimpi yang aku paksa bangun Aku tidak ingin tertidur lama Pun sampai lama melihat punggung yang menjauh Sumenep, 20 Juni 2023

PUISI "ISTIRAHAT", Oleh; Erka Ray

Terlepas aku ada  Pun aku jatuh  Daun merobek cinta dengan terpaksa  Seperangkat jabatan dicopot  Aku berlindung Menghamba dengan hina  Ekor matamu melihatku Aku sedih menghapus air mata sendiri Aku pulang Tertatih  Hampa Sendiri Merebahkan tubuh untuk bisa lepas dirangkul malam  Bisa temui aku  Aku sendiri Kala api harus membakar kekasih atas nama cinta  Abu terbang sebagai perwujudan  Daun tua menghitung usianya  Selamat, Akhirnya maut jodoh paling pasti Aku tertidur pulas Bangunkan aku  Lusa tak apa Aku tak benar-benar istirahat Sumenep, 19 Juni 2023

PUISI "AJAK AKU BERBICARA", Oleh; Erka Ray

Panggil aku  Malam-malam masih ramai teras rumah  Aku di kamar tidak kemana-mana Menulis Mungkin demikian Panggil aku  Orang-orang tertawa membahas hasil panen mereka Aku menyimak tak tahu apa-apa Aku menyibak jendela Bisa aku ikut berbicara Sedang kesiur angin Masih menjadi definisi angkuh malam ini Dengan ocehan malam yang telah terbungkam Aku duduk di dipan tua  Mungkin asal menulis abstrak soal deskripsi masalah  Pun latar belakang kenapa malah ini demikian  Panggil aku, Mungkin duduk dengan sua paling lembut biar mengobati aku  Teras-teras rumah mulai sepi satu persatu Tetangga pulang, Untuk bangun esok pagi  Sumenep, 19 Juni 2023

PUISI "TUNGGU PULANG", Oleh; Erka Ray

"Tunggu aku pulang," ucapmu malam tadi Pintu rumahmu terbuka Pun aku demikian Meski kaca-kaca belum ku lap pagi ini  Cukup bersih tangan ini menyambutmu Pulanglah Resah rumahmu kehujanan kemarin "Tunggu aku pulang," ucapmu tanpa sadar  Aku mengiyakan Menyungging senyum  Aku menunggumu Di tapak kaki yang tak pernah berhenti menginjak harga diri  Lebur terpaut bersama namamu Aku si pecundang yang membersihkan tanganmu yang kotor Membuat diri sendiri kotor Pulang, Aku hanya bisa menunggu Sambil merawat rumah sendiri Tidak perlu menunggu Aku dengan suka rela menunggu Berharap cemas-cemas Pudar senyumku "Tunggu aku pulang," ucapmu tanpa sengaja Sumenep, 19 Juni 2023

PUISI "USAI, MENGGANTI", Oleh: Erka Ray

USAI Jika di mulutmu tersisa makanan Mari lap bersama Bersihkan sisa-sisa di meja Pun denting sendok yang tadi Kita suruh diam Adegan makan telah usai Meja-meja telah bersih Tanganmu pun terlipat Salah, Maksudku lengan kemejamu Sumenep, 18 Juni 2023 *** MENGGANTI Entahlah, Mataku tertutup Pun tangan tak lagi menggenggam apapun Lusa mungkin bercerita Singkat Tak perlu kusebut dirimu lagi Kita berganti peran Pun tokoh Sudah akhir Kakimu telah cukup jauh Sama, pun kakiku Kita tak mendapatkan peran baik Sumenep, 18 Juni 2023

PUISI "MAWAR MENGAKHIRI DEMIMU", Oleh: Erka Ray

Mawar menghamba padamu Tidur yang panjang Merah yang akhirnya untukmu Aku kelak hanya akan menjadi asing  Usang saat menyebut warna Bukan siapa Aku yang terkena durinya Mawar-mawar melepas jubahnya Anggun menyembahmu Sepaket dengan rasa sakitnya Tandas dipersembahkan padamu Tutur batin dihapus Mengisyaratkan aku sebagai hambamu Mawar-mawar mengakhiri hidupnya untuk mencium matamu Sumenep, 18 Juni 2023

PUISI "CEPAT TIDUR CEPAT PULANG", Oleh: Erka Ray

Aku pelupa Lupa menjemputmu  Untuk tersenyum Sisi ternyaman yang akan kuajak tertidur malam ini  Katanya, Esok malam  Pulanglah Jauh kau membentuk jarak  Tubuhmu mengaduh  Menjerit Sedang daun-daun masih lancang mengotori halaman rumahmu Beberapa kali disapu Rupanya tak berguna Hingga sekian, Dan cukup sudah Jarak lama, Jarak baru, Benar-benar jauh rupanya Cepat tidur malam ini Lelah matamu menulis puisi Tema yang salah, Kamu lancang masuk kedalam  Lekas tidur Esok pulang Rumahmu kosong Halamanmu kotor Aku pelupa, Lebih lupa dirimu untuk pulang Sumenep, 18 Juni 2023

PUISI "AKU DAN DOAKU", Oleh; Erka Ray

Bu, Kakiku kesakitan hendak ke surau  Malam-malam anak-anak nyaring tertawa Membaca Alif Ba Ta Menyikut teman sebaya Langgar ramai seramai hati ini Bu, Aku berangkat bersama teman sebaya Mampir ke toko berebut mainan  Berseru soal hadiah-hadiah Membeli minuman berbungkus plastik Dan Al Qur'an yang kupegang Temanku berkata, "Aku sampai di mana." Aku bilang, "Sudah cukup jauh." Suara anak-anak lain cukup nyaring, Bu Aku kebingungan mencari suaramu Tenggelam Sedang rembulan malam ini gompal Bersinar di matamu Aku hanya tanah hitam bekas injakan  Mengaduh pun aku salah Bu, Doaku lancang Meminta tidur lebih lama Dan meminta rumah kita sepi  Aku yang kebingungan Lancang mulutku, Bu Bibir pun mengamini dengan egois    Sumenep, 18 Juni 2023

PUISI "PETANI PULANG SENJA", Oleh: Erka Ray

Punggung masih membungkuk di ladang Cangkul mencari binar senyum Tanah ikhlas mencabik tubuh Peluh-peluh mengucur deras  Kopi dalam termos telah tandas  Tak ada layaknya aku  Petani menanam bibit Kali ini berbunga, Namun tak sepertiku yang tak berwarna Air-air dibawa menggunakan timba  Mulai disiram  Saat malam ini, Punggung diluruskan Untuk esok bengkok  Pun bertekuk lutut  Petani pulang bersama senja Saat anak-anak ramai tertawa menggoes sepeda Sudah ramai tanah lapang dengan orang bermain bola Menggerakkan tubuh agar tak malas katanya Meski di tudung saji kosong, Kopi hitam masih sisa setengah dalam cangkir besi Sisa siang tadi  Menyeruput, Mengecup malam untuk diajak tidur Pun aku demikian  Sumenep, 18 Juni 2023

PUISI "TIDAK BAIK-BAIK SAJA", Oleh; Erka Ray

Sebut apa Pulang tangan  Berdarah di jari Ditanya, Diam tak menjawab Siapa? Ditanya berulangkali Tak mau, Luka sendiri katanya Tak hanya hari Pipi kanan Kenapa? Terlalu merah Warna bajumu sampai kalah  Tunduk, Menunduk, Akhirnya tumpah Diam bahasa Tak bisa mengeja lebih lama Diam, Dibiasakan Pulang, Tubuh utuh  Entahlah, Tak bertanya yang lain  Hanya terlihat baik Gugur ternyata lututmu Tak mampu agaknya Hanya kulihat Pernah, Siapa?  Menggenggammu, Aku hamba yang paling patah hati Sumenep, 18 Juni 2023

PUISI "KITA MENYELESAIKAN", Oleh: Erka Ray

Tak cukup lama Nasi-nasi di piring telah tandas  Pun aku, Akhirnya berdiri dari sisimu  Mengambil minum  Sedang di luar panas sekali  Kita menepi  Teduh mata  Tak bisa kupungkiri Sebut kita dua orang  Sedang beristirahat Mungkin perlu, Lelah, Didampingi denting sendiri Irama mendayu  Piring-piring akhirnya dicuci bersih  Pulanglah kita, Kemungkinan Berpamitan? Tidak Pergi tiba-tiba Pintu terbuka  Silahkan, Aku tidak keberatan Meja makan telah lama sepi  Tak ada apapun Wajah-wajah bagai selaput tipis yang gampang koyak  Menangis tumpah  Singkat, Demikian, Kita, Aku, Kamu, Yang akhirnya tak bisa disebut sesuatu Kita telah menyelesaikan satu piring penuh  Pun, telah kuberikan bekasnya  Sumenep, 18 Juni 2023

PUISI "LIHATLAH NELAYAN YANG MELEPAS HARAP", Oleh: Erka Ray

Tenang, Aku sebenarnya tak ada di kananmu Menoleh saja Aku telah jauh  Saat pagi-pagi sekali pelaut melepas jangkar di sampannya Aku telah berombak terhantam Tak ampun saat meminta ampun  Jika kau menoleh kesebelah kiri Tak ada aku Saat kait pancing ataupun jaring-jaring dilepaskan Aku ikut melepasnya tubuh dari mengharapmu  Lihat, Penat tangan nelayan berulang kali mengusap peluh  Aku tak kau sebut lagi untuk bersaing dengan debur ombak Kau mencariku? Sepertinya tidak Aku tahu yang demikian Terlepas dari sore hari air yang surut Aku ikut terseret ke tepian Entah apa utuh tubuhku jika definisikan  Jika kamu melihat aku,  Mungkin saat kail-kail pancing milik nelayan yang sudah membuang harapannya dengan terpaksa Sumenep, 18 Juni 2023

PUISI "AKU UCAPKAN SELAMAT", Oleh: Erka Ray

Lapuk Tangan jauh  Bentang mata  Menelanjangi Pupus harap Padi nanar ditatap senja Sudah luput  Jauh pergi Aku tak pulang  Selamat Ucap tangan menjabatmu Lusa, Mungkin aku  Tak apa Bila bukan  Aku tetap mengucapkan selamat  Bibir kering  Tak risau Hapus pandangan Tak ingin berobjek  Maaf Aku lupa pulang Sebut nama  Tak mungkin namamu Terima kasih Tanganku masih sama Terulur Ucap bibir  Lirih perih di hati Selamat Esok lusa kuucapkan lagi Sumenep, 18 Juni 2023

PUISI "YANG DISEBUT USANG", Oleh: Erka Ray

Aku memang usang di matamu pagi ini Terlepas dari bajumu yang tak kau cuci Pun, bisa dari mukamu yang tak dibasuh  Aku terlihat rendah di kakimu Padahal kaki-kaki yang menjejal pematang sawah pagi-pagi Sudah mengharu-biru di dekatku Berbisik soal tak lagi ada rendah yang rentan direndahkan Aku rabun dipandang matamu  Bila aku tak terang Atau mungkin tak seharusnya demikian Jika kau ingin aku ke barat, Jangan suruh aku menatap timur dengan lama Usang yang kau sebut kemarin  Aku terdiam lama menghambakanmu dengan hidmat Meski kau tak bergelar maha Aku lebih rupanya memandangmu Sumenep, 18 Juni 2023

PUISI "SELAMAT SAMPAI TUJUAN", Oleh: Erka Ray

Aku mengerjap mata pagi ini Menyebut namamu dengan hati-hati Embun yang mulai berselingkuh dengan dedaunan Satu pesanmu masuk, "Aku kedinginan." Dari seberang ke seberang Ada kita yang saling mengetik layar pipih cukup lama Berucap satu dua hal  Tuan berpulang hangat Selimutmu tebal saat disentuh  Hari menyelinap di kisahmu "Aku akan memulai berjalan pagi ini," ucapmu Aku iyakan  Kita berpisah  Aku bertuan pada khayalan Dan kamu yang menjadikan kenyataan Menelanjangi hadapan dengan egois Berjalan tapak menapak tak ingin berhenti "Hati-hati," ucapku Kamu akan kedinginan Berkisahlah dengan kasih Berpulanglah pada tanah kelahiran Lekas sembuh urat diperjalanan Tak menyisahkan kisahmu lagi  Selamat sampai tujuan Tuan pulang tersenyum mengetuk pintu rumah Sumenep, 17 Juni 2023

PUISI "DINGIN DIBISIKKAN OLEHMU", Oleh: Erka Ray

Aku berpaut jauh Jangkauan tangan yang tak lagi sampai  Untuk menghapus air matamu aku kesulitan Mendekap dingin Ya, tadi kamu berbisik soal dingin Pun dari jendela rumahku Sama-sama dingin  Kita hanya beratap yang beda  Masih membedakan banyak hal Cepat bersiap-siap Menghibur jalanan yang akan kamu jalani Berteduhlah jika terlalu panas  Berangkat cemas, Pulang tak harus demikian Satu dua kata, Aku suka menjadi pembaca  Apalagi pesan lewat yang sering menghamba pada mata  Rindu akhirnya lapuk sebab tak berkasih  Pun tak bertuan  Hanya dingin yang lagi-lagi dibisikkan olehmu Sumenep, 17 Juni 2023

PUISI "ANAK PULANG PADA PANGKUAN IBU", Oleh; Erka Ray

Bu, dingin bajuku  Agaknya tipis  Bu, Pulang aku dengan mengetuk pintu Merebahkan tubuh di kasur  Kamarku lumayan sepi  Bu, Aku ada di kota orang  Menyelinap di petakan kesibukan  Entah aku sudah mahir atau tidak, Aku tidak tahu, Bu, Aku memakai baju tipis Ternyata kulitku kedinginan Tak cukup hangat menangkal ucapan orang  Bu, Jika aku pulang  Hangat di pangkuanmu tak ingin kubeli Hanya ingin ku kasihi Bu, Anak pulang dari hari sok sibuk Mengejar mimpi di ujung matamu yang menetes  Aku ada sedikit kisah, Bu Tentang aku yang rindu Bu, Anakmu pulang  Bukalah pintu Sumenep, 17 Juni 2023

PUISI 15 JUNI, Oleh: Erka Ray

SUDUT PANDANGKU Dari sudut mana bibirmu menguning  Arah timurkah? Yang saat ini tengah mengkal  Tidak mengikhlaskan mundur  Maju pun tak bisa  Dari sudut mata akan ku tagih lagi pandanganmu  Saat tak lagi ku pertahankan objeknya Pagi murung menggulung diri  Matamu yang tak lagi dia sebut sebagai aku  Pagi luput tidur di kasurmu  Aku yang tak lagi di sana  Mulai  Dari sudut pandangku kamu kutagih soal pagi  Yang melipat mimpi kayaknya tikar Aku punya sudut pandang Meski bukan aku maha tahu Mungkin aku tokoh kedua Sumenep, 15 Juni 2023 *** BERANGKATLAH SAAT DIJEMPUT PAGI  Sepi di sepotong jalan ini  Kepul asap masih malu-malu ditutup nasi  Mampir sejenak menyuruhmu bangun  Halaman yang disapu  Bersih mempersilahkanmu berjalan  Masih melipir Siapa? Aku yang tadi malam takut-takut menutup jendela Masih berdrama menutup gorden Hingga saat ini  Kaki-kaki sudah jauh berselancar pada pematang sawah  S...

PUISI 14 JUNI, Oleh: Erka Ray

JARAK Tanganmu yang telah ber kafan  Air mata yang juga demikian Menjerit, Melukis jari-jari sendiri di tangan orang  Tubuhmu berkafan Penutup akhir Pulang pada arah barat  Jarak yang juga sendu menatap sekat-sekat rumahmu yang tak lebar Pulang, Kain itu meninabobokan dirimu malam ini  Hidup untuk tuan rumah Hendak diketuk Pintu malah tertutup duluan Sumenep, 14 Juni 2023 *** PULIHKAH? Sandal putus Tali kurang Kokoh dahulu Kini?  Membisu layaknya dirimu  Demikianlah  Sebut aku usai  Usai kalimat akhir yang bertanda seru Sandal rumahmu aku pinjam Hendak ku tiru saja Mungkin memakan roti panggang lebih manis bekas gosongnya Dari sudah Kita sesenti Sekian untuk pulih  Pulihkah?  Pulihkan  Patahkan Pulih juga  Sumenep, 14 Juni 2023

PUISI "DEMIKIANLAH", Oleh; Erka Ray

Bajuku berwarna hitam  Aku yang menyebutnya Aku mematikan namaku di sana  Aku menyebut rambut juga hitam Demikian ucapku Aku menyebut langit rumahmu berwarna biru  Pun cat dinding rumahmu yang demikian Aku menyebut hitam warna yang salah kuambil  Hitam yang demikian Bisa mata bertemu  Menyinggung soal malam kesekian yang pernah kuketuk belakang helm-mu  Yang ku sebut bajumu juga hitam sisi lengannya Mungkin yang demikian Dan sekian Pamekasan, 05 Juni 2023

PUISI 04 JUNI, Oleh: Erka Ray

SEMAKIN GELAP  Gelap warna  Mata tajam mempertanyakan Apakah ini gelapmu? Aku berterima kasih Rembulan ikut terlindas  Tangan-tangan mulai kedinginan Angin pelan bercerita di kulit-kulit malam  Merengkuh sedikit kisah Usang, Pasang, Gerbang, Menghilang, Tak apa  Gelap kisah kemarin Pun malam ini Senyap  Berpulang akhirnya pada jalan-jalan yang mulai ramai  Kita sebut kebetulan Tersenyum Berfokus pada depan yang mulai tertelan malam  Pamekasan, 04 Juni 2023 *** BERKISAH MALAM TADI Aku memang tidak memotret rembulan tadi malam Pun aku tidak mengetuk kaca helm mu Apalagi berkisah panjang soal tanganmu yang dingin saat digenggam Bisa kusisipkan sebentar helaian rambutmu Berharap ada aku di salah satu matamu Aku memang tidak menjadi pencuri  Yang berobjek pandanganmu lewat kaca spion Hanya sesekali kerudung beterbangan, Mengangan tinggi Aku dibelakang punggungmu Menolehlah Aku tidak meninabobokan kisah tadi malam  Biarkan terjaga  Biarka...

PUISI 01 JUNI, Oleh: Erka Ray

TELAH MATI Kamu bilang, "Menulislah sampai mati kalimat akhirmu."  Aku menjawab, "Aku mati di lidahmu." Demikian aku menyebutnya sebagai 'Kita' Kamu berkata lirih, "Buatlah aku mati di matamu."  Aku menjawab, "Aku membuat diriku sendiri mati di ucapanmu." Aku urung bertemu malam Aku urung bertemu siang Aku bertemu tanah  Butuh menjerit, Kalimat akhir yang pahit  "Apa aku yang membuatmu mati?" Demikian pertanyaanmu Jelas aku yang membuat kalimatku mati Bersujud menghambakanmu  Bertempat paling tinggi di paragraf pertama Hingga akhirnya, Tanah-tanah menjadikan aku salah satu warnanya yang coklat Menghamba padaku yang telah mati  Pamekasan, 01 Juni 2023 *** SISA BASAH DI WAJAHMU Hujan katanya mampir di dekat matamu Air mata lebih tepatnya Riuh resah terbalut hampa Namun bibirmu yang mulai mengering  Tak ku temui lagi warna merah merekah Hujan berkata,  "Aku ujung nadimu yang sunyi." Bisa berteman  Terbiasa menyapa, "...

PUISI "BUKAN KERUDUNG", Oleh; Erka Ray

Kerudungmu terjauh Mari aku ambilkan Ternyata sudah kotor Mari aku bersihkan Kerudungmu diterbangkan angin  Jatuh pada wajahnya ternyata Bisa aku gantikan peran Kerudungmu putih Adakan warna lain? Cepat kotor Robek, Aku yang tidak sengaja Kerudungmu masih yang waktu itu  Aku kira hilang,  Ternyata masih di rambutmu Pamekasan, 30 Mei 2023

PUISI "AKU MEMINTA MAAF", Oleh; Erka Ray

Jika aku dahan patah yang tidak sengaja mencium kakimu Maafkan aku Jika aku daun coklat yang lancang menua  Aku meminta izin menua bersama usiamu Jika aku tak sengaja melukaimu, Maafkan aku Dahan patah yang kemarin, Ternyata masih bagian dari daun coklat yang kemarin Aku minta maaf Ternyata masih aku sebab muasal luka lama Masih aku daun hijau yang tertawa tanpa sengaja Pun nyatanya aku, Aku yang menjadi patah selanjutnya Sumenep, 29 Mei 2023

PUISI 21 MEI, Oleh: Erka Ray

KALIMAT MATI Jika kertas tak putih di pandanganmu Luntur imajinasi di kata pertama Pula aku yang kini bimbang Tak patut kau sebut aku ada  Bila kertas putih tulang dipandang mata  Mataku akan kuberikan  Riuh gaduh soal imajinasi Tak bisa kuhantar dirimu pada ujung kalimat Tak khayal, Aku malu berkerudung hitam  Duka atas tulisan akhir  Aku tabu, Ambigu, Sesal harap berbuah sesak  Kalimatku runtuh Kertas koyak dengan sengaja Aku si perobek dan perubah warna  Aku mati di kalimat akhir Aula mini Fakultas Tarbiyah IAIN Madura Pamekasan, 21 Mei 2023 *** TERKECOH  Padi kuning Kau sebut ada  Padi hijau  Kau bilang merunduk  Bohong, Mulut merah  Lipstik pilihan Pipi merah Tersipu malu karena seseorang Merah kerudung Tak lagi merah warna darah  Warna awan hitam Hujan tak jadi  Awan putih Panas depan rumah  Mengeluh, Kaca hitam berjemur,  Panas kulit tersentuh  Panas pula hati  Panas mata sepanjang hari Huja...