TELAH MATI
Kamu bilang, "Menulislah sampai mati kalimat akhirmu."
Aku menjawab, "Aku mati di lidahmu."
Demikian aku menyebutnya sebagai 'Kita'
Kamu berkata lirih,
"Buatlah aku mati di matamu."
Aku menjawab,
"Aku membuat diriku sendiri mati di ucapanmu."
Aku urung bertemu malam
Aku urung bertemu siang
Aku bertemu tanah
Butuh menjerit,
Kalimat akhir yang pahit
"Apa aku yang membuatmu mati?"
Demikian pertanyaanmu
Jelas aku yang membuat kalimatku mati
Bersujud menghambakanmu
Bertempat paling tinggi di paragraf pertama
Hingga akhirnya,
Tanah-tanah menjadikan aku salah satu warnanya yang coklat
Menghamba padaku yang telah mati
Pamekasan, 01 Juni 2023
***
SISA BASAH DI WAJAHMU
Hujan katanya mampir di dekat matamu
Air mata lebih tepatnya
Riuh resah terbalut hampa
Namun bibirmu yang mulai mengering
Tak ku temui lagi warna merah merekah
Hujan berkata,
"Aku ujung nadimu yang sunyi."
Bisa berteman
Terbiasa menyapa, "Hai."
Lantang suara
Lancang tangan
Aku hapus sisa-sisa hujan itu
Dahulu gerimis,
Masih tenang di dekat dekapanmu
Mulai gelisah
Ditinggal pergi
Teduh menjadi harap-harap cemas yang luncur
Berkecimpung di genangan
Kenangan tabu
Ambigu diberi imbuhan
Hujan berkata, "Aku hanya basah yang membuatmu tak lagi kering."
Demikian,
Entah bermaksud menyesatkan
Atau menuntun pulang
"Aku hapus sisa-sisa basah di wajahmu," katanya
Pamekasan, 01 Juni 2023
Komentar
Posting Komentar