Langsung ke konten utama

PUISI 21 MEI, Oleh: Erka Ray

KALIMAT MATI

Jika kertas tak putih di pandanganmu
Luntur imajinasi di kata pertama
Pula aku yang kini bimbang
Tak patut kau sebut aku ada 

Bila kertas putih tulang dipandang mata 
Mataku akan kuberikan 
Riuh gaduh soal imajinasi
Tak bisa kuhantar dirimu pada ujung kalimat

Tak khayal,
Aku malu berkerudung hitam 
Duka atas tulisan akhir 
Aku tabu,
Ambigu,
Sesal harap berbuah sesak 

Kalimatku runtuh
Kertas koyak dengan sengaja
Aku si perobek dan perubah warna 
Aku mati di kalimat akhir


Aula mini Fakultas Tarbiyah IAIN Madura Pamekasan, 21 Mei 2023

***

TERKECOH 

Padi kuning
Kau sebut ada 
Padi hijau 
Kau bilang merunduk 
Bohong,

Mulut merah 
Lipstik pilihan
Pipi merah
Tersipu malu karena seseorang
Merah kerudung
Tak lagi merah warna darah 

Warna awan hitam
Hujan tak jadi 
Awan putih
Panas depan rumah 
Mengeluh,
Kaca hitam berjemur, 
Panas kulit tersentuh 
Panas pula hati 
Panas mata sepanjang hari

Hujan tak hadir 
Padi tak membungkuk
Justru merah berkorban
Pun panas depan mata 

Aula mini Fakultas Tarbiyah IAIN Madura Pamekasan, 21 Mei 2023

***

HITAM TAK PEKAT 

Bu,
Hitam bajuku salah beli 
Penadah yang menjual mahal 
Bu,
Aku mencuci 
Hitam bekas airnya
Bu, 
Lahirlah aku Januari lalu 
Kau pasangkan aku baju hitam
Berharap sama pekat 
Bu,
Aku salah warna
Tak layak berbaju hitam
Pun tak layak memangku bahumu
Aku tak pekat 
Aku tak kuat 

Aula mini Fakultas Tarbiyah IAIN Madura Pamekasan, 21 Mei 2023

***

SI PENGGODA TIDUR 

Subuh tadi
Api masih membara di tungku
Nasi dimasak 
Matang baru setengah

Subuh
Selimut adalah jalang paling aktif
Bantal adalah si wanita penggoda
Air hanya sepintas di wajahmu

Gelap malam membuat tergiur
Fajar tak berarti
Meski orkestrasi suara burung-burung nyaring 
Jendela terbuka,
Malam masih salah satu dari penggoda 

Subuh
Dinyakan kompor
Gorden sudah menepi mempersilahkan matahari
Kepul asap tinggi di dekat wajah 


Aula mini Fakultas Tarbiyah IAIN Madura Pamekasan, 21 Mei 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...