Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

PUISI "MURAHAN - CERITA PUTRI RAJA - YANG TAK BERTAPAK - KEHILANGAN", Oleh: Erka Ray

MURAHAN  Si murah sedang menulis kisah-kisah baru di buku yang menguning Si murah sedang menyatakan dengan lantang soal dirinya yang murahan Si murah tak bermoral menjilat sepatu sendiri yang kotor di depan halayak Si murah baru saja menghapus air mata sendiri Apakah si murah sudah tak layak menempatkan harga tinggi?  Semisal setara semangkuk mie yang mengepul asap baru dimasak Sumenep, 30 Januari 2023 CERITA PUTRI RAJA Aku pintar berbual Jika aku adalah seorang putri raja Gaunku indah sekali  Kalau disuruh ketika mungkin aku akan lepaskannya  Berbaring sendirian dalam pengaduan Aku tak tahu, aku putri yang seperti apa Aku pandai membuat cerita  Biar kukisahkan lagi soal tahtaku yang tinggi Saat menoleh aku telah terlampau jauh dari kalian Akulah putri raja yang tiaranya berdarah Nyawaku tersangkut di sana Suatu ketika di ceritaku Aku meninggal memeluk kain-kain lusuh Agaknya aku baru saja menulis Akulah yang akhirnya membuat cerita diriku yang mati  Malang...

HUMO "ANGGOTA KPPS", Oleh: Erka Ray

Malam yang sejuk, rembulan menggantung di langit desa, bintang gemintang tumpah ruah ikut menghiasi. Malam itu pukul setengah tujuh, baru saja lepas isya', terdengar percakapan keluarga kecil dalam sebuah rumah. "Kau hendak kemana Dun malam-malam begini, bersarung dan berpeci pula kau?"   Maimunah, itulah namanya, ia sedang bertanya pada anaknya yang tengah bersiap-siap, mematut-matut diri sampai rapi. "Ohhh aku pamit sebentar ya, Mak. Nanti jam 10 pastilah aku balik ke rumah mamak ini."  Ini Kardun, dia adalah anak semata wayang Maimunah dan suaminya Sarmuji.  "Hendak kemana pula kau hingga mau pulang begitu malam?"  "Aku ikut KPPS mak, sekarang ada kegiatan di masjid kampung."  "Bahh... Sejak kapan KPPS mengurus masjid? Bukankah itu tugas remas?" Maimunah bertanya heran. "Dan bukannya pendaftaran KPPS itu sudah ditutup dan pelantikannya juga sudah selesai minggu kemarin. Setahu mamak kau tak daftar itu sebelumnya." Maim...

HUMOR "PELANTIKAN KPPS", Oleh: Erka Ray

Di balai desa Makmur pagi ini jam 08:30, para anggota KPPS beserta ketuanya mulai berdatangan ke balai desa. Melewati meja cek in untuk kemudian duduk di kursi yang telah disediakan oleh panitia pelantikan.  Marsono, dia salah satu anggota KPPS dari dusun kalang kabut yang sudah kali keduanya menjadi anggota KPPS setelah pemilu tahun 2019. Dia tahu betul bahwa di desa Makmur setiap ada pelantikan KPPS pasti mendapat uang transpot jadi ia paksakan hadir walaupun sebenarnya malas.  Acara dimulai. Mulai dari pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia raya , pengucapan sumpah sampai pada akhir acara yaitu pembacaan doa.  Setelah acara itu selesai barulah anggota KPPS diberikan Bimtek (bimbingan teknik) untuk pemilu nanti.  Pemberi bimbingan mulai berbicara menampilkan power point sembari menjelaskan. Marsono yang sudah keburu pengen pulang menyela penjelasan pemateri.  "Lanjut saja, Pak, saya sudah paham." Marsono menyela. "Iyaa sabar pak ya, biar yg lain tidak gagal pah...

PUISI "BODOH", Oleh: Erka Ray

Lalu, jika ada seribu elang dengan mata menyala di langit kota yang sedang berpesta, Apakah kau akan dengan bodohnya menggelar tikar, Memetik sayur lalu menjualnya pada elang itu Bahkan tubuhmu jauh lebih beraroma daging yang lezat untuk disantap Lalu jika elang itu pergi, Apa kau masih bersikukuh menjual sayuran yang sudah basi Bahkan orang orang-orang yang berlalu lalang hafal mati rentetan kualitas yang kamu bualkan untuk menarik pembeli Sumenep, 27 Januari 2024

PUISI "AKU ADALAH PENYIMAK - WARNA PERASAAN YANG LEBIH BANYAK - KENAPA AKU TIDAK BISA", Oleh: Erka Ray

AKU ADALAH PENYIMAK  Lalu aku disebut apa Ketika aku hanya memeluk lutut Mengintip di balik jendela kamar  Menghembuskan napas pada kaca sehingga terbentuk embun di sana  Lalu menulis namamu dengan lengkap  Aku disebut sebagai apa olehmu nanti  Mungkin suatu kebetulan yang tak sengaja tersandung oleh sandalmu Sebagai pengganggu bukan Buktinya kamu terjatuh  Aku rasa, kau harus harus mengatakan demikian Aku hanya bisa menepi di balik hingar-bingar yang cukup mengusik Bukankah aku sempat ingin meminjam bajumu sebagai penyumpal  Mungkin kisi-kisi jendela kamarku juga perlu disumpal agak tidak terus menyuarakan dirimu Aku sebagai apa di kemudian Mungkin kamu bisa menjadi aktor yang baik Berpura-pura aku lah tokoh antagonis yang membuat ceritamu berantakan Atau kau bilang saja, Aku adalah tokoh figuran Sebagai penyimak  Menyimak dari jendela kamarku Sumenep, 25 Januari 2024 WARNA PERASAAN YANG LEBIH BANYAK  Ternyata warna bunga di halaman rumah te...

HUMOR "PEMILU", Oleh: Erka Ray

Maisaroh wanita janda anak lima umurnya masih 50 tahun dia terkenal cerewet dan blak-blakan ketika berbicara suaminya yang meninggal 2 tahun lalu terkena stroke akibat omelan Maisaroh.  Suatu ketika di bulan pemilu maisaroh mengikuti serangkaian acara pemilu atas hak suara yg ia punya. Ada 3 kandidat di sana, paslon 01 adalah pak Basedan, paslon 02 adalah pak Subanto dan paslon 03 adalah pak Parnawo.  Karena tabiatnya yg cerewet ia pun blak- blakkan akan mendukung paslon 1, karna si paslon 2 yaitu pak Subanto merupakan mantan kekasih Maisaroh yang kemudian meninggalkan Maisaroh. Akhirnya dendam kesumat sakit hati tumbuh membara di hati Maisaroh. Waktu pemilihan pun tiba, Maisaroh duduk diantara orang orang yg juga akan mengikuti pemilihan. Petugas TPS juga sudah sigap di sana. Akhirnya bagian Maisaroh pun tiba, ia berjalan menuju kotak suara dan membuka surat suara lalu mengangkat paku kemudian memilih salah satu paslon. Ia memasukkan surat suara tersebut kedalam kotak TPS sa...

PUISI SEBULAN JANUARI 2024, Oleh: Erka Ray (BELUM DIREVISI)

SEBARU HARI INI DIJANJIKAN - (Hari ke 1) Lihat lampu-lampu depan rumah Agaknya malam teramat hidmat menanti pulang  Tubuh dengan sejuta tuduhan Membungkuk lama dicangkul perasaan Tanah sepetak  Direbut hampa sebab rakus yang dijunjung setinggi-tingginya Bahwa esok Janji-janji larut di kopi bapak yang terletak di meja ruang depan Konon, jadilah baru di hari ini Sebaru baju di lemari Putih bersih Sebab tanganku tak menyentuhnya Terbuai kasih Hingga esok berubahlah kasih  Sebab kita yang mau demikian Lihat bohlam dahulu yang kemerahan Tak pelak warnanya tergantikan hari ini  Putih bajumu Putih bajuku Putih bohlam di ruang tamu Sebab kita menggantinya Sebab apa yang kau sebut usai Kau tuai hari ini  Ubah rindu dipetik dengan masamnya raut wajah Ubah langit  Ubah senyummu menjadi lebih lebar  Cukup sekian Kau resah lama di balik selimut ibu Menggigil malam menung...

PUISI "PERAYAAN ISTIMEWA", Oleh: Erka Ray

Aku bahkan meniup terburu-buru lilin di atas meja  Kali ini istimewa sekali lilin itu  ; berbentuk angka  Sebuah angka kelahiran  Bukankah yang selama ini diidamkan Aku bahkan riang memotong kue  Tak sabaran memberikannya padamu sambil berbisik, “Semoga tidak sepahit kejadian kemarin.” Meski sebenarnya aku tidak tahu betul kejadian kemarin seperti apa Selanjutnya tepukan tangan ramai sekali seusai tiupan lilin Mungkin mereka antusias sekali perihal bertambahnya usia Hadiah-hadiah yang dibawa Mungkin berbungkus rindumu pula  Tak ternilai harganya Meski beberapa ada yang menjatuhkan harga diri  Aku mengaduh, Ah sialnya kepalaku terbentur lantai, ; aku terbangun dari perayaan istimewa tadi Sumenep, 22 Januari 2023

PUISI "YANG LEBIH DEKAT DENGAN KAMI", Oleh: Erka Ray

Jika ternyata tanah lebih dekat dengan kami dari pada udara Apa kami sanggup menerima tanah-tanah yang terasa senang mengotori baju putih  Jika ternyata detak jantung bahkan lebih menepi dari orang-orang yang terkena tempias hujan Apa akan lebih menegangkan dari pada melihat hewan-hewan buas Kelakar yang berusaha dibuat lucu Jika suatu ketika Ternyata kami tidak pernah lebih dekat layaknya baju dan kulit-kulit warna sawo matang  Atau malah kami sejauh fajar dan senja Harus menunggu sore  Atau harus menunggu pagi-pagi buta sebelum matahari terbit dan lampu jalan masih menyala  Bagaimana jika dinginnya keramik rumah lebih dingin dari pada udara yang dingin  Saat badan-badan kami yang kelelahan dibaringkan perlahan di sana Kemungkinan kami akan mengaduh akibat kedekatan ini  Mungkin esok lusa, Tanah akan jauh lebih dekat Diberi papan-papan kayu yang lebih tipis dari pintu rumah kami  Atau mungkin bisa setara Sumenep, 21 Januari 2024

5 PUISI 18(19) JANUARI 2024 - Oleh: Erka Ray

ANAK KECIL DAN MALAM HARINYA Suatu ketika Malam-malam yang syahdu Angin semilir siang hari Agaknya ini terlalu berlebihan bukan Tangan-tangan kecil baru saja merangkak Merengek meminta asi Akankah dia tahu, Dunia sedang ingin ikut becanda di bawah gelang kakinya yang berbunyi nyaring Iya, jika ada gelang kaki di sana Tapi matamu mengerjap-ngerjap di jam-jam rawan  Mulai mengangkat tangan ke atas  Kehidupan sedang membasuh kakimu untuk berjalan esok pagi Cepatlah tidur, Malam-malam begini  Ibu akan bercerita perihal makhluk-makhluk yang iseng menjewer telinga Bukankah itu nyamuk  Hingga angka 21 tertiup angin malam ini Kau terlelap dengan kisah-kisah yang hanya ada dalam puisi ini  Sumenep, 18 Januari 2024 *** BERBINCANG SEMU Apa yang dicintai dari kehadiran Bukankah senyum-senyum tersipu saat suatu ketika menyeruput kuah bakso Atau saat mengomentari roti-roti yang sudah mengeras di etalase toko Apa yang dibenci dari kepergian Bukankah saat malam-malam mematikan ...

PUISI "ORANG-ORANG PENGGANGGU", Oleh: Erka Ray

Orang-orang itu menggangguku Aku hendak membaca cerita  Katanya ceritaku tidak menarik Orang-orang itu bilang sampulnya kumuh Mulutku bagai dukun mengucap mantra saat membacanya Orang-orang ini menggangguku  Pagi-pagi seharusnya embun-embun yang kusebut fasih di puisi-puisi Terganti oleh mulut-mulut mereka yang bernoda Busuk mengomentari perihal banyak hal Orang-orang ini tidak diam Kesana kemari menggesekkan sandal dengan aspal Kesana kemari mencari muka untuk menebalkan muka sendiri Orang-orang mahir menyeduh kopi pagi hari Mengumpat pahit Mengumpat manis Dalam sekali Sumenep, 18 Januari 2024

HUMOR "IMPIAN MASA KECIL", Oleh: Erka Ray

Paijo, Asep dan Tugimin mereka bertiga adalah sahabat sedari masih kecil, mereka sering bermain bersama. Mulai dari main kelereng, main sepeda, petak umpet. Bahkan mereka sering mandi hujan bersama saat turuh hujan di kampung, sampai sakit karna hujan pun mereka bersama. Mereka juga belajar mengaji di satu langgar yang sama.  Ketika sholat selesai mereka berdoa atas keinginan masa kecil mereka. Paijo yang berdoa agar kelak ketika dewasa ia ingin jalan jalan namun tetap mendatangkan uang. Asep ingin hanya duduk sambil kipas kipasan lalu uang pun datang. Impian Tugimin mun tak kalah asik, ia ingin kelak hanya menggoyangkan kaki saya bisa mendatangkan uang.  10 tahun kemudian "Hai, Sep. Hai, Min." Paijo menyapa Asep dan Tugimin yang kebetulan sedang mengobrol di posko kampung. Paijo baru datang bergabung setelah sedikit sok sibuk dengan ayam-ayam di rumahnya yang tak berhati berkokok namun tak kunjung bertelur. Sebab ayamnya adalah ayam jantan.  "Eh, Paijo." Keduanya k...

PUISI "MENDUNG DAN PERPISAHAN", Oleh: Erka Ray

Angin ribut sekali di halaman Daun-daun terbang Ah, aku lupa baju pula terbang dari jemuran di samping rumah Angin kencang, Mungkin amarahnya Saat surau-surau mulai menyalakan toa  Memutar alunan mengaji yang mendayu syahdu  “Bergegas pergi mengaji, Nak." Teriakan renyah ibu tetangga yang berkacak pinggang Yang diteriaki, Bebal sekali ke sana kemari membenarkan sarung yang tak rapi Langit agaknya siap sekali menuju malam Memutar kenangan aku dan dirimu Malam itu, apa yang kau bilang? Ya, kita mengejar rembulan Namun mendung 'kan Akhirnya aku dan dirimu pun berpisah di malam itu Sumenep, 17 Januari 2024

PUISI "HATI-HATI DI JALAN", Oleh: Erka Ray

Yah,  Aku menangis malam ini Bukan karena apa, Anakmu memang tidak sekuat itu, Yah Yah, saat malam-malam aku berulangkali mengintip kautidur  Anak kecil ini masih ingin tertidur di sampingmu sebenernya Tapi teramat gengsi dan malu, Yah Yah, jika malam ini angin malam membuat bajumu terasa dingin  Kaulapisi dengan selimut, Yah Meskipun tak seberapa hangatnya Setidaknya satu yang harus kau tahu,  Hatiku menghangat saat dulu kau tersenyum memakan buah yang baru kita beli di sebuah toko Yah, Anakmu hanya pandai merangkai puisi Namun tak pernah pandai berbincang denganmu meski hanya untuk bertanya kopimu habis atau tidak Apalagi saat bertanya bajumu yang mana yang harus aku cuci Aku harus merangkai kalimat terlebih dahulu  Yah,  malam ini jauh sekali kau pamit pada orang-orang rumah secara tiba-tiba Baju-baju telah kaulipat Kau berhasil pula melipat hatiku Aku tak pandai berpura-pura mencari pembahasan hanya untuk sekedar mengulurkan tangan, ; hendak...

PUISI "MIE MALAM ITU DAN JUGA KITA", Oleh: Erka Ray

Kita dan menu mie malam itu dan malam-malam selanjutnya Kau mungkin hanya memakan mie Sedang aku melahap habis perasaan ini untukmu, Sampai tak tersisa (untuk yang lain) Kau ber-hah kepedasan Mie kali ini benar-benar gila Aku kira hanya perasaanku yang gila, Ugal-ugalan mencintaimu, Tidak tahu malu Aku kira taman-taman kota hanya sibuk menyambut orang-orang dengan berbagai perasaan Nyatanya memang demikian, Lihat sudut kiri Lihat sudut kanan Sepasang kekasih sedang tertawa Apa salah taman kota? Atau salah mie yang teramat pedas hingga aku memilih angkat tangan  Membagi porsiku padamu Atau salah kita yang malam itu duduk di sana berhadapan Sumenep, 15 Januari 2023

PUISI "NEGERI DONGENG", Oleh: Erka Ray

Bahkan malam itu, aku tersenyum begitu lebar  Amat lebar di belakangmu yang sedang menggunakan helm Aku tersenyum Melihat kanan kiri lampu kota yang sedang menyala dengan berbagai warna Hingga kita berhenti di salah satu toko dengan Merk ternama Kita pun masuk ke dalamnya setelah kau melepas helm Mbak-mbak kasir tersenyum ramah saat kita mendorong pintu kaca  Ke sana kemari dengan dirimu yang tak kunjung menemukan barang yang pas  Hingga akhirnya setelah sekian banyak pertimbangan, Kau memilih tas berwarna army Sekian ratus ribu rupiah,  Lembaran-lembaran itu berpindah tangan pada mbak-mbak kasir Kita keluar dari toko itu Dan kau tersenyum amat lebar memamerkan tasmu Perkataan yang hari-hari sebelumnya masih membekas Kau kebingungan hendak mencari di mana harumanis yang kau bilang waktu itu hendak membelikanku Hingga di menit kesekian, uang sepuluh ribuan telah berpindah tangan dari tanganmu pada tangan penjual harumanis Dan aku yang kegirangan memeluk ha...

PUISI "UNTUK MENCINTAIMU - SINGKAT - NASIB MALAM YANG TAK SAMA", Oleh: Erka Ray

UNTUK MENCINTAIMU  Aku memilih mencintaimu dengan sederhana Tidak serumit kata pertama saat aku membuat puisi yang selalu asal Pun tak serumit cara tukang cat rumah menentukan warna Aku akan memilih mencintaimu dengan tidak rumit  Tidak harus pasang surut seperti lautan yang sibuk bersandiwara di balik ombaknya Aku akan menjadikanmu dengan begitu sederhana Tidak perlu serumit tukang jahit menentukan motif di bajunya Jika aku harus memilih, Aku memilih mencintaimu dengan apa adanya  Apa yang kau punya, Itu yang kucintai Sumenep, 13 Januari 2023 *** SINGKAT Jika malam adalah gelap Maka siang adalah terang Jika selimut hanya untuk penghangat Lalu aku sebagai apa Jika sedih diemban terus-menerus Jika senang kau lupa akan aku Bisa aku terkubur Apa kau siap mendatangi Membacakan ayat-ayat suci Singkat saja, Adalah malam yang ingin kuperpanjang Hanya siang yang ingin kupersingkat Bukankah demikian katamu pula? Sumenep, 13 Januari 2023 *** NASIB MALAM YANG TAK SAMA Seorang anak y...

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERBINCANGAN MALAM", Oleh: Erka Ray

Biar kupeluk rembulan malam ini  Meski sebenarnya mendung Sebab hujan tadi siang di desaku Lama merintik seharian  Yang hanya bisa kusaksiksan lewat jendela kamar Biar kupeluk rembulan yang tertutup awan badannya Hingga Tuhan berbaik hati untuk duduk bersamaku  Dengan memulai perbincangan singkat yang berisikan dirimu Hingga larut malam tak kunjung usai memaparkan keindahan rembulan, Pun dirimu di sela-sela satu dua kalimat yang terkantuk-kantuk Biar suatu saat, rembulanlah yang memelukku lama Tidak harus aku bukan? Kuizinkan tubuhku kotor sepulang dari perbincangan serius dengan Tuhan Kuizinkan pula kauberakhir dari basahnya bibir Tuhan Dan tubuhku yang telah berbalik badan hendak tertidur dalam kamar Sumenep, 09 Januari 2024

PUISI "REMBULANKU YANG MILIKKU", Oleh: Erka Ray

Mataku tak bisa dengan telanjang meminangmu Kusebut kau sempurna kala itu Kusebut kau tak terganti Kusebut kau indah lewat bibirku Engganlah untuk berpindah kasih Sebab dari mata, kau hanya menjadi mataku Sebab dari tangan, kau kembali pada tanganku Sebab kala itu kau lincah bercerita rembulan yang akan bulat di atap rumahmu  Kau fasih melukis kisah-kisah di balik rembulan Jatuh kau bangun, Luka kau obati Aku di sini ucapmu kala itu Bersamalah rembulan Pikiranku meminangmu Kusebut kau milik dia yang sedang menjadi di tangan-tangan Tuhan Pun milikku yang tak bernama Yang juga merona menanti kabar di sinarnya Rembulan anggun, Rembulan tak pamrih mengukir senyum Jangan kau bungkam aku  Jangan kau pindah tanganku Pun tangan-tangannya yang lama mengusap dada Berdiri di halaman rumah, Duduk di atap rumah, Mencari tempat paling tinggi Jangan kau punahkan aku Demikian Sumenep, 30 Desember 2023

PUISI "KAU TAK BERTANYA", Oleh: Erka Ray

Aku kabur berlari di basahnya embun pagi Tak lagi bernostalgia Kau bilang, lincah lidahmu mengotori bajuku  Semalam, aku kelelahan berjalan di sisi Tuhan yang tertidur pulas Aku kau injak Jika apa yang kau cari tak ada Pergilah, Tanganku dan Tuhan di belakangmu menuntun pergi  Jauh dari peradaban Kau pincang, Kau pun kalah, Menarilah setelah aku menangis Kau bilang,  Aku terdoktrin bacaan itu Kau tak bertanya apa aku bisa berjalan sesudahnya Kau lincah memotong nadi Aku sakit mengemis nyawa Kau tak bertanya bagaimana aku menghirup udara Kau bilang,  Akulah si gila Memeluk luka Menaburkan di buku bercerita Kau tak bertanya aku telah sejauh apa Tuhan dan aku menjahit bajumu Kau lupa perihal benang dan tangan kita tak tak sempurna Kau lupa aku tak sepertimu yang segar dipetik dari bunga bunga pagi Basah embunnya  Hanya basah di bajuku saja Sumenep, 30 Desember 2023