Langsung ke konten utama

PUISI "NEGERI DONGENG", Oleh: Erka Ray


Bahkan malam itu, aku tersenyum begitu lebar 
Amat lebar di belakangmu yang sedang menggunakan helm
Aku tersenyum
Melihat kanan kiri lampu kota yang sedang menyala dengan berbagai warna
Hingga kita berhenti di salah satu toko dengan Merk ternama

Kita pun masuk ke dalamnya setelah kau melepas helm
Mbak-mbak kasir tersenyum ramah saat kita mendorong pintu kaca 
Ke sana kemari dengan dirimu yang tak kunjung menemukan barang yang pas 
Hingga akhirnya setelah sekian banyak pertimbangan,
Kau memilih tas berwarna army
Sekian ratus ribu rupiah, 
Lembaran-lembaran itu berpindah tangan pada mbak-mbak kasir
Kita keluar dari toko itu
Dan kau tersenyum amat lebar memamerkan tasmu

Perkataan yang hari-hari sebelumnya masih membekas
Kau kebingungan hendak mencari di mana harumanis yang kau bilang waktu itu hendak membelikanku
Hingga di menit kesekian, uang sepuluh ribuan telah berpindah tangan dari tanganmu pada tangan penjual harumanis
Dan aku yang kegirangan memeluk harumanis di belakang tubuhnya yang menggunakan helm telah siap melajukan kendaraan

Sepanjang jalan,
Jiwa kekanak-kanakanku muncul, 
Masih dengan pelukan yang erat pada harumanis yang baru saja dibeli
Kau berkata, kita akan membeli minum sebentar
Dan aku berkata, aku ingin memotret harumanisku saat kita menunggu penjual minuman meracik rasa 
Dan kau, mengusulkan tasmu ikut dipotret 

Malam itu taman kota seperti halaman di buku-buku dongengku yang kutulis sendiri
Aku tertawa memakan harumanis itu atas dasar saranmu yang melihat harumanisnya mengempis
Dan kau ikut memakannya

Malam itu aku jatuh cinta dengan negeri dongeng yang kubuat sendiri
Layaknya ada seorang pangeran (itu dirimu yang memakan harumanis di hadapanku)
Aku tersenyum girang 
Malam itu,
Tangan, gigi serta lidah kita membiru
Kau bilang, aku salah memilih warna biru di harumanis itu
Aku hanya tertawa atas dongeng-dongeng yang kubuat sendiri di kepala kala itu

Malam itu aku jatuh cinta dengan kota ini dan dirimu
Malam itu aku jatuh cinta dengan harumanis yang bungkusnya kita tinggalkan di bangku taman 

Untuk esoknya
Dongeng-dongeng ini hanya terjadi kala malam itu saja



Sumenep, 15 Januari 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...