Yah,
Aku menangis malam ini
Bukan karena apa,
Anakmu memang tidak sekuat itu, Yah
Yah, saat malam-malam aku berulangkali mengintip kautidur
Anak kecil ini masih ingin tertidur di sampingmu sebenernya
Tapi teramat gengsi dan malu, Yah
Yah, jika malam ini angin malam membuat bajumu terasa dingin
Kaulapisi dengan selimut, Yah
Meskipun tak seberapa hangatnya
Setidaknya satu yang harus kau tahu,
Hatiku menghangat saat dulu kau tersenyum memakan buah yang baru kita beli di sebuah toko
Yah,
Anakmu hanya pandai merangkai puisi
Namun tak pernah pandai berbincang denganmu meski hanya untuk bertanya kopimu habis atau tidak
Apalagi saat bertanya bajumu yang mana yang harus aku cuci
Aku harus merangkai kalimat terlebih dahulu
Yah,
malam ini jauh sekali kau pamit pada orang-orang rumah secara tiba-tiba
Baju-baju telah kaulipat
Kau berhasil pula melipat hatiku
Aku tak pandai berpura-pura mencari pembahasan hanya untuk sekedar mengulurkan tangan,
; hendak mencium tanganmu
Tapi percayalah
Hariku meguap,
Melebur,
Hancur
Saat kau mulai memakai sandal jepitmu yang sudah tak lagi baru
Sederhana, Yah
Meksi aku pula tak pandai menggenggam tanganmu
Kelak kau tambah menua
Biarkan pula puisi-puisi ini semakin tua juga
Meski tak bermajas hiperbola
Pun tak istimewa
Hati-hati di jalan, Yah
Aku tengah mengetik puisi ini di layar ponsel
Sumenep, 16 Januari 2024
Komentar
Posting Komentar