Langsung ke konten utama

PUISI "UNTUK MENCINTAIMU - SINGKAT - NASIB MALAM YANG TAK SAMA", Oleh: Erka Ray

UNTUK MENCINTAIMU 

Aku memilih mencintaimu dengan sederhana
Tidak serumit kata pertama saat aku membuat puisi yang selalu asal
Pun tak serumit cara tukang cat rumah menentukan warna

Aku akan memilih mencintaimu dengan tidak rumit 
Tidak harus pasang surut seperti lautan yang sibuk bersandiwara di balik ombaknya
Aku akan menjadikanmu dengan begitu sederhana
Tidak perlu serumit tukang jahit menentukan motif di bajunya

Jika aku harus memilih,
Aku memilih mencintaimu dengan apa adanya 
Apa yang kau punya,
Itu yang kucintai


Sumenep, 13 Januari 2023

***

SINGKAT

Jika malam adalah gelap
Maka siang adalah terang
Jika selimut hanya untuk penghangat
Lalu aku sebagai apa
Jika sedih diemban terus-menerus
Jika senang kau lupa akan aku
Bisa aku terkubur
Apa kau siap mendatangi
Membacakan ayat-ayat suci

Singkat saja,
Adalah malam yang ingin kuperpanjang
Hanya siang yang ingin kupersingkat
Bukankah demikian katamu pula?


Sumenep, 13 Januari 2023

***

NASIB MALAM YANG TAK SAMA

Seorang anak yang menangis di gelap malam
Usap ungusmu wahai anak kecil
Malam pengap menutup telinga akibat tangisanmu
Seorang anak yang terlantar akan kasih
Lekas pulang,
Kau terlalu lama mencari kaki Tuhan
Hendak kauapakan memangnya?

Hendak apa kau sebenarnya?
Sebelum gelap kau mencari terang
Saat terang kau kebingungan mencari damai 
Apa menyeduh teh di pagi hari adalah bentuk ketenangan bagimu anak kecil?
Sama layaknya seperti lansia yang hanya duduk menyeruput teh menunggu sarapannya

Malam tidak akan berbaik hati memberikan dongeng-dongeng si kancil dan buaya
Kau harus merangkainya sendiri
Malam tak akan keluar pelangi sebab hujan yang tiba-tiba
Mustahil kau melihat malam mengulurkan tangan lalu berkata jika ia senasib denganmu

Percuma kaumenangis
Kau ditertawakan malam sebab kau hanya ingin bernasib sama



Sumenep, 13 Januari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...