Langsung ke konten utama

5 PUISI 18(19) JANUARI 2024 - Oleh: Erka Ray

ANAK KECIL DAN MALAM HARINYA

Suatu ketika
Malam-malam yang syahdu
Angin semilir siang hari
Agaknya ini terlalu berlebihan bukan
Tangan-tangan kecil baru saja merangkak
Merengek meminta asi
Akankah dia tahu,
Dunia sedang ingin ikut becanda di bawah gelang kakinya yang berbunyi nyaring
Iya, jika ada gelang kaki di sana
Tapi matamu mengerjap-ngerjap di jam-jam rawan 
Mulai mengangkat tangan ke atas 
Kehidupan sedang membasuh kakimu untuk berjalan esok pagi

Cepatlah tidur,
Malam-malam begini 
Ibu akan bercerita perihal makhluk-makhluk yang iseng menjewer telinga
Bukankah itu nyamuk 
Hingga angka 21 tertiup angin malam ini
Kau terlelap dengan kisah-kisah yang hanya ada dalam puisi ini 


Sumenep, 18 Januari 2024


***


BERBINCANG SEMU

Apa yang dicintai dari kehadiran
Bukankah senyum-senyum tersipu saat suatu ketika menyeruput kuah bakso
Atau saat mengomentari roti-roti yang sudah mengeras di etalase toko

Apa yang dibenci dari kepergian
Bukankah saat malam-malam mematikan lampu kamar 
Lalu menangis sesenggukan
Terbayang wajah
Atau saat sepanjang hari tak lagi bertukar kabar

Bukankah semuanya amat biasa saja
Seperti waktu itu aku bilang,
Kau kehilangan bajumu
Saat melihat ke dalam lemari, kau masih memiliki setumpuk baju yang masih terlipat
Esok lusa yang hilang terlupakan

Bukankah saat itu aku bertanya apa perasaan berwarna merah muda seperti pipi yang merona
Kau membantah,
Pipi yang merona berwarna merah,
Bukan merah muda seperti baju-baju boneka Barbie 
Dan perasaan hanya titik-titik yang dirawat hingga banyak 
Bukan seperti kuah bakso yang diseruput tempo hari


Sumenep, 18 Januari 2024


***


TERISI PENUH 

Aku begitu mencintai langit,
Tapi ia tak bisa kujamah saat aku bertelanjang
Aku begitu mencintai malam 
Tapi pula tak bisa kupeluk saat badan tengah panas demam

Apa aku harus memeluk api
Demi melanjutkan kisah-kisah kayu yang telah dibakar
Mengambil abunya yang hitam 
Bukan abu kremasi,
Hanya segelintir perasaan yang ikut hangus

Malam-malam,
Langit cerah berbintang 
Terbesit membeli teropong besar 
Hendak bercinta dengan rembulan 
Bukankah aku menduakan kecantikan yang lain termasuk dirimu 
Malam itu, sambil lalu aku membawakan air dalam bak yang diisi penuh 
Bukankah cintaku sepenuh itu pula?


Sumenep, 18 Januari 2024


***


SAAT KAMU MATI

Laut mati
Genggam tangan
Karang laut keras kepala perihal takdir 
Kau mati apa pentingnya berduka

Bendera kuning
Kerudung hitam
Ruang tamu yang tak suka dirimu
Pergi,
Lusa kau diberkati sebab menangis
Sudah usang rupanya sapu tanganmu


Sumenep, 18 Januari 2024


***


HANYA BUKAN AKU

Warna itu bukan aku 
Terlalu hitam untuk menjadi abu-abu
Dan terlalu terang di sekitar mata

Itu bukan aku
Aku tak sibuk memilih warna tembok
Aku tak sibuk merangkai bunga
Aku pun tak sibuk dengan memilih merk tissue di toko-toko

Itu pula bukan aku
Aku tak seperti dirimu bukan
Aku bukan lampu yang salah dinyalakan saat siang hari 

Sebenarnya aku tidak tahu aku seperti apa
Itu hanya bukan aku 


Sumenep, 18 Januari 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...