Saat aka menciumi kain-kain lembutmu langit-langit mulai menutup diri memejamkan matanya menyelimuti tubuhnya Kupinang tulisanmu di jidatku terjejal dalam kenangannya di sana sejuk dari tubuhnya sampai kemana-mana mendekap hatiku erat Aku lagi-lagi merindukanmu di antara mulutku yang basah, kakiku yang kebas sibuk mengeluh dan kata-kataku yang menggigil Aku merindukanmu aku sadar, rinduku sebatas saat pintu langit berganti warna saat gelap melahap habis terang membarternya dengan senyummu Aku tidak cukup hanya sebagai perindu menjadi usang di suasana sore yang egois pada malam kata, bisikan di telingaku mengalahkan gemuruh siapapun Aku masih merindukanmu mesin aku meminang dirimu untuk dahiku yang senantiasa memujamu Pamekasan, 15 September 2022