Kabut di matamu
mendung di wajahmu
ilalang menghalangi di telingamu
busa di mulutmu
Tanganku menjulur
ingin membuatmu sedikit mundur
kamu tinggi yang masih kusebut dangkal
atas yang lupa bawah
kiri yang meninggalkan kanan
yang tadinya dua menjadi satu
Kabut di matamu
aku hapus dengan mataku
aku tulis sedikit cerita di sana
embun pagi yang berebut jadi alat tulisnya
bisa dibaca di kaca hitam katanya
ditulis dengan tangan
matamu merundukan pandangan
Pipimu,
tidak terlihat lagi karena kabut
tidak setuju jika disebut merona
padahal berulang kali menampakkan warna merah mudanya
samar-samar di balik air mata
tipis-tipis di ujung senyum
Pamekasan, 06 September 2022
Komentar
Posting Komentar