Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

CERBUNG "12:19", Oleh: Erka Ray

(Bagain 3 ...) Hari ini tepat hari Senin sore, di mana pesanan roti ibu itu sudah siap dan harus antarkan. Sesuai dengan alamat yang diberikan oleh ibu itu, maka roti itu akan diantarkan. Dila yang akan mengantarkan roti itu ditemani oleh supir dari toko roti.  "Seperti tidak asing dengan jalannya." Itu yang dikatakan Dila sepanjang perjalanan ke rumah ibu itu.  Persis memasuki gang untuk menuju ke rumahnya, dengan view persawahan yang hijau kekuningan. Di situlah Dila sadar. Ini adalah jalan ke rumah Zidan. Dila pernah ke rumah ini dua kali waktu hubungannya dengan Zidan baik-baik saja di masa kuliah itu. Apa ibu itu tetangganya Zidan? Salah, Dila salah, ibu itu bukan tentangnya Zidan. Ibu itu adalah Bundanya Zidan.  Di depan rumah dengan halaman yang cukup luas, mobil yang membawa roti pesanan itu berhenti. Persis di depan rumahnya Zidan. Rumah yang sudah berubah dari bentuk yang dulu. Tidak lagi sederhana, rumahnya sudah di renovasi. Mencerminkan sekali jik...

CERBUNG "12:19", Oleh: Erka Ray

(Bagian 2 ....) Hari sudah malam, jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh. Lampu-lampu di rumah penduduk mulai redup. Satu dua mulai mati. Hemat listrik katanya. Suasana di luar mulai temaram dan sunyi. Hanya sesekali terdengar suara tetangga sebelah barat rumah Zidan yang masih terjaga di jam segini.  Zidan sibuk dengan pikirannya malam ini. Dila. Perempuan itu sukses membuat fokusnya teralihkan. Padahal di depannya saat ini sedang berserakan beberapa berkas yang harus dia periksa.  Entahlah. Pikirannya sekarang sedang bergerilya kemana-mana. Kenangan lama itu, masalah itu, semuanya bagai kaset rusak yang diputar pada ingatannya. Saat dia berkata dengan berat hati pada Dila waktu itu.  "Aku harus menghapus perasaan ini, Dil. Aku gak bisa jika harus mencintaimu lebih lanjut. Perasaan ini hadir di waktu yang salah, Dila. Gak seharusnya aku punya perasaan ini sama kamu." Itu yang dikatakan Zidan pada Dila waktu itu.  "Aku akan menyakitimu Dila jika perasaa...

CERBUNG "12:19", Oleh: Erka Ray

(Bagian 1 ....) Entah hari ini hari apa. Tapi yang jelas, hari ini bulan Maret, baru basuk awal bulan jadi masih segar-segarnya bulan ini. Sepagi ini jalanan sudah mulai padat oleh pengendara roda empat dan roda dua. Sibuk menuju tempat kerja masing-masing. Pasar-pasar, sepagi ini juga sudah ramai sekali. Tawar-menawar yang berlangsung sengit. Ancaman yang datang dari kembali, bahwa dia akan pergi jika tidak diberi harga segitu. Kehidupan yang mulai sibuk. Perkotaan yang padat.  Diseberang jalan sana, seorang laki-laki hendak menyebrang dalam dengan sepeda motornya yang berwarna biru tua. Hari ini dia akan pergi bekerja di salah perusahaan yang ada di kotanya. Perusahaan dengan gedung tiga lantai, bercat biru muda dan biru tua. Persis berada di jantung kota.  Berpakaian rapi, rambut klimis. Zidan, itu namanya. Seorang mahasiswa lulusan program studi Hukum tiga tahun lalu, tapi sialnya dia keterima bekerja di bea cukai yang ada di kotanya. Entah masih nyambung atau ...

PUISI "MUASAL PATAH HATI", Oleh: Erka Ray

Berlari Tak berhenti Daun patah hati  Tak mau menukar Biar diri yang menanggung Biar diri yang bersabar  Lalu tersadar  Berlari jauh  Hendak kemana  Kenyataan yang dikerja  Entah sejauh mana  Arah yang memberi petunjuk Aku hendak pergi jauh Sudah lama  Biarkan berhenti Namun tak kuasa  Sedang alas  Sering beralasan Berdiam hati Dan patah hati Berdesir  Lagu diputar Hingga terbuai  Lagu pengantar yang amatiran Berlari lagi  Di mana garis akhir Hendak rehat Peluh diusap  Sandal yang ganti baru  Lebih nyaman, Itu yang dicari Apakah demikian Nyata tidak ada  Patah hati Gelisah tak dipungkiri Hingga pulang tulang-belulang Pangkuan ternyaman Mencari punya sendiri Ternyata sudah jauh dari tangan Pamekasan, 02 April 2023

PUISI "KATA YANG KUDENGAR DARI GERIMIS", Oleh: Erka Ray

Di tengah rinai hujan  Suara air jatuh tak mau hinggap di telinga Bukan punyaku Katanya demikian Ujung bibir bergetar Tak gentar menyibak deras  Semakin deras di pipimu  Aku hapus  Izinkan aku  Hingga kau anggap aku lancang  Bukan punyaku Untuk digenggam kau tak layak Meski gamar sekali gerimis ini bernyanyi Hanya nyanyian sementara Mendua di ujung telinga Tak sempat Bukan tempat Bernostalgia Ujung jari meliuk  Izinkan aku mendekapmu Gerimis telah datang  Depan rumahmu jadi basah  Aku hanya izin mampir  Bukan punyaku Demikian kata yang diulang Disadarkan, Membuat sadar  Bukan aku  Namun tetap  Gerimis telah basah di lenganmu Aku tak bisa tidur di sana Sadarkah aku, Bukan punyaku Demikian kata-kata yang kudengar Pamekasan, 02 April 2023 

PUISI "BUANG SAYANG", Oleh: Erka Ray

Buang sayang Kita bukan penghuni rumah Sampah di tong sampah Kosong diisi sampah  Buang, Hendak bersih disapu Hendak mengkilap dilap  Rumah tak tapi  Tangan mana penghuninya Tak maju  Tak memberi perubahan  Buang sampah  Tempatnya di mana  Di sebelah yang mana  Mungkin di sana  Henda bersih dibuang sayang, Kita bukan menghuni rumah Atap bocor kita tak bertanggung jawab Buang saja hasil membersihkan tadi Kita bukan pemilik Entah tangan siapa  Milik yang mana  Buang saja Sampah di sela-sela Mengganggu pandang Membuat tak nyaman  Buang sayang, Kita pergi Yang kotor tak bisa hilang Noda telah dibersihkan Tak bersih bukan mau kita  Pamekasan, 02 April 2023

PUISI "HENDAK MEMPERBAIKI AKU", Oleh: Erka Ray

Kenapa serumit ini  Benang yang kau katakan hendak menjahit baju  Hendak memperbaiki Kain yang tak rapi Lusuh tubuh Lusuh diri  Tak berparas rapi  Hingga sempat kau duga  Akulah si pemberi bunga Untung datang  Kau membawa benang  Hendak menjahit Luka yang mana  Aku bertanya  Menilik muka  Mukamu yang tertekuk Mudah ricuh  Gaduh bibir tak sempet menafsir Lanjut menjahit Aku kain itu  Tak kayak pakai Tubuh hina  Tanah coklat berwajah coklat Ujung bibir tak pandai debat  Menjejak rindu  Perut ditusuk jarum  Hendak merapikan Malah berantakan Tak mahir ujung jari Kau bukan penjahit Aku tak diperbaiki Aku tak layak  Di mana aku kau anggap Kau penjahit tak handal Hanya mengandai Pamekasan, 02 April 2023

PUISI "SENYUMMU YANG AKU CARI", Oleh: Erka Ray

Gema mengaji  Masjid tak sunyi Aku datang di bibirmu yang anggun Menemani, Bisa kita bernostalgia untuk sesaat Pecimu yang tak rapi Baju Koko tak berdasi Sarung baru dirapikan di halaman  Menyikut lengan kanan kiri  Hendak lebih dulu masuk Mukena,  Jangan ditanya, Masih berusaha dibenahi  Tak pas di muka  Kaca dicari untuk merias diri  Sedang saf awal sudah penuh  Saling sikut kita waktu itu Berebut paling depan Bisa diulangi  Saat aku mencari senyummu di antar saf yang rapat  Allahu Akbar yang meniti pendengaran  Minta dimanja diujung lidah  Senyummu yang tak bisa kugapai  Tangan tak sampai  Menggema suara mengaji Alif Ba Ta Tersusun terbata-bata Peluk aku di ujung aminmu tadi  Pamekasan, 02 April 2023