Langsung ke konten utama

Postingan

CERMIN - "KISAH MBAK RINDU", Oleh: Erka Ray

Aku tidak tahu siapa namamu, Mbak. Tapi kamu tampak lebih muda dariku. Tapi mungkin kamu lebih berpengalaman tentang luka. *** Entah siapa kamu, tapi aku memperhatikanmu sejak kamu masuk bus dengan tubuh yang oleng dan langsung permisi duduk di sampingku karena aku duduk di kursi paling depan dekat pintu bus.  "Permisi, Mas. Boleh saya duduk di sini?"  Kamu sopan sekali Mbak, tapi memang seharusnya permisi terlebih dahulu 'kan. Aku sebenarnya sengaja duduk di depan, ingin melihat kota yang aku kunjungi dengan jelas, ingin mengenangnya. Sebenarnya aku juga ingin duduk sendiri. Tapi aku mempersilahkan kamu duduk di sampingku, Mbak. Alih-alih menjawab silahkan, aku malah hanya mengangguk kikuk.  Kamu nampak kesusahan melepas tas. Berat kah Mbak? Kalau aku membantumu, nanti apa katamu. Pasti kamu akan mengira aku laki-laki yang modus, padahal aku tak tega saja terlihat kamu kesusahan. Lagipula kenapa aku memiliki sikap penolong yang tinggi dan bukan pada tempatnya...
Postingan terbaru

CERMIN - "KISAH MAS BULAN", Oleh: Erka Ray

"Seperti Anjani yang kehilangan Mas Laut dalam tragedi demo tahun 1998 dalam novel 'Laut Bercerita', semoga Mas Bulan tidak pernah kehilangan siapapun dan apapun. Itu doaku. Doa sepintas saat kita bertemu." Aku tidak tahu siapa nama Mas Bulan, tapi karena wajahmu teduh layaknya bulan saat ditatap, maka aku menamaimu 'Mas Bulan'. Laki-laki pertama yang kutemui di bus, yang tidak basa-basi menyapa perempuan yang duduk di sebelahnya. Kau tak menyapaku sama sekali, Mas. Tak seperti laki-laki lain. Mereka para lelaki baik tua atau muda masih sering basa-basi menyapaku di dalam bus dengan berbagai perangai modusnya. Aku tak suka laki-laki atau siapapun yang mengajakku berbicara saat di bus. Aku mual, Mas. Aku sakit kepala, ngantuk bukan kepalang. Dan mereka masih basa-basi menyapaku, menggangguku yang hanya ingin menatap pemandangan dari kaca bus. Padahal aku sama sekali tidak terbesit untuk basa-basi mengajak berbicara siapapun di dalam bus. Kecuali, or...

"PUISI-PUISI KETIDAKBERDAYAAN", OLEH: Erka Ray

PUISI-PUISI KETIDAKBERDAYAAN  Nak, Ku uji engkau dengan hal-hal yang kau suka  Ku sentuh hatimu dengan hal-hal yang kau sayangi  Nak, Kuberikan kau segala sakit ini Aku buat kau mendekatiKu lagi karena Aku rindu Aku membuatmu bernyawa karena Aku ingin kau hidup bersamaKu Nak, Jika kelam harimu Jika terkutuk duniamu  Dekatilah Aku Aku ada di setiap perasaan yang tengah engkau rasakan  Aku ada di raga orang yang kau suka Pun, Aku ada di ragamu Kau bisa peluk Aku malam ini Sumenep, 29 April 2025 *** Mak, aku dekat sekali denganmu Di spasinya huruf  Dihelaan napas Di setiap lintasan data seluler  Mak, Aku ada dibalik layar Mungkin aku terlalu kasat mata hingga tak terlihat  Tapi mungkin bisa kiranya kau rasakan sehadiranku Di antara cerita-cerita setiap harinya Di antara tanggapan suka Di antara kehidupan ponselmu  Mak, Kiranya mungkin aku pun jauh Entah kita mungkin tak membuka aplikasi yang sama di waktu yang sama Atau aku yang memberitahu terb...

PUISI "SAJAK TOPLES PENUH", Oleh: Erka Ray

Dan ya, Aku yang membeku kosong waktu itu Busuk badanku hanya terdiam Putih badanku, Berwarna mahkotaku  Kosong isiku Aku yang tak disambut  Kau tak mengambilku  Kau tak mencicipiku  Kau diamkan aku Tuanku tengah bersedih hati tak mengisiku Kini telah harum semerbak tubuhku  Berkilau mahkotaku  Terangkat tubuhku  Duduk anggun di meja-meja tamu Gemerlap bajuku Penuh dengan berbagai rasa isianku Aku tak ditutup dibalik almari lagi  Tuanku mengusahakan aku Tuanku kelimpungan mencariku yang kosong  Telah penuh tubuhku  Ambil aku, Tawarkan aku, Cicipi aku Katakan, aku telah menunggu di meja ruang tamu Sumenep, 30 Maret 2025

CERPEN "SINGKAT", OLEH: ERKA RAY

Ah suara-suara itu gaduh mengusik tidurku, baru saja terlelap karena dimarahi Mbah Putri untuk cepat tidur.  "Ka, tidur," katanya dengan nada tinggi, aku yang fokus dengan permainan game di handphone langsung buru-buru mematikannya. Aku malas sekali jika harus adu mulut dengan Mbah Putri.  Entah sekarang jam berapa, aku yang masih setengah sadar mendengar suara-suara tangis, suara-suara orang-orang yang entah siapa, suara kaki yang melangkah terburu-buru. Entah di kali keberapa aku terlelap lalu terbangun lagi dan terlelap lagi dan terbangun lagi.  "Mobilnya mana."  Patah-patah di separuh kesadaranku yang mengantuk berat, suara gaduh orang-orang terdengar lagi. Aku terlelap. Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pelan pipiku. Ah, siapa yang menganggu tidurku.  "Ka, Kafa. Bangun, ayo." Suara itu pelan sekali menyuruhku bangun. Mataku terbuka perlahan, mulai meraba-raba penglihatan sekitar, Tante Febi yang biasa ku panggil dengan sebutan Lek Febi. Lek dalam bahasa...

CERPEN "PLOT TWIST", Oleh: Erka Ray (PROSES PENULISAN)

Hari Rabu 24 Juli.  Sejauh mata memandang terlihat kesibukan. Ini masih pagi, tapi sepagi ini peluh orang-orang telah mengucur deras di dahi. Baju-baju kumal sudah tak terlihat warnanya. Suara bising dari mesin pemotong kayu memekakkan telinga. Masih jam delapan pagi, tapi matahari di atas sana sudah terik sekali. Truk-truk besar dan kotor hilir mudik kesana kemari membawa angkutannya, ban yang kasar, supir yang ugal-ugalan sebab lelah, debu-debu beterbangan dari bekas lindasan truk membuat mata merah.  "Ayo cepat, pindahkan kayunya ke atas truk." Seseorang berteriak dari samping truk pada orang-orang yang tengah asik mengelap keringat. Agaknya orang itu adalah mandornya. Dari pagi tadi sudah menyetrap para pekerjanya untuk bergerak, tidak boleh istirahat, membual ini itu, janji-janji kosong.  "Tidak istirahat dulu, Bos?" Seseorang bertanya dengan napas tersengal sebab lelah.  "Nanti kau dapat jatah istirahat lebih banyak jika kau berkerja lebih ker...

HUMOR "BULE SILANGAN", Oleh: Erka Ray

Asep, parjo dan Bambang berencana untuk liburan ke Bali saat libur kuliah. Mereka akan mengunjungi destinasi yang top di sana. Seperti pantai Pandawa, Kute, monumen Garuda Wisnu Kencana (GWK), mereka juga menyewa hotel karena akan berlibur selama 5 hari untuk menghilangkan penat setelah dihantam tugas dan UAS di kampus.  Sampai pada hari yang ditentukan, berangkatlah mereka dari semarang menuju bali. Sampai di Bali mereka langsung mencari hotel untuk menginap. Setelah sampai di hotel mereka memesan kamar dan mendapat kamar nomor 135, mereka pun bergegas mencari kamar tersebut sembari membawa koper dan barang-barang. Mereka menatap sekeliling sambil sesekali takjub pada lukisan yang menghiasi dinding hotel. Sampai di depan kamar mereka kedingungan untuk masuk, karena oleh petugas mereka hanya di beri kartu seperti KTP bukan kunci kamar.  "Waduh iki piyee carane masuk kalo ngene rek?" Bambang kebingungan. Asep dan paijo ikut bingung, sampai mereka menemukan ide untuk meminta ba...