Langsung ke konten utama

PUISI "SAMPAI SUARA ITU MENYERTAIMU - AKU MATI DI KALIMAT TAKBIR", Oleh: Erka Ray

SAMPAI SUARA ITU MENYERTAIMU


Sampai suara itu gugup memasuki telingamu 
Sampai suara itu terselip di toa yang dekat dengan rumahmu 
Sampai larut malam menceritakan 
Malam ini kau diam lah
Perut yang lapar telah kau usaikan
Sampai gugup kalimat itu menuju hatimu
Sampai air matamu menetes 
Unjuk diri sayang,
Kau haru segera meluruskan perselisihan yang tak kunjung usai antara hati dan pikiran 

Esok, kenakanlah baju-baju baru dari lemari 
Sampai gugup kalimat itu di sajadah shalatmu
Esok, kenakanlah kerudung baru 
Sampai tak gentar suara itu melepas doa-doa di ujung-ujung buku tipis panduan tahlil

Hingga esok usai,
Mulai redalah suara itu 
Biarlah malam ini sampai gugup ini menemanimu tertidur 
Sampai larut,
Sampai sepi tetanggamu yang sibuk soal isi lemarinya

Sampai pelan iya tahu bahwa kau menangis menunggu dekapan 
Sampai dia tahu, kau telah berlenggak-lenggok mematut diri dengan baju baru di kaca yang buram


Sumenep, 09 April 2024

***

AKU MATI DI KALIMAT TAKBIR 


Kau lihat, 
Aku telah mati malam ini
Di mana?
Tentu saja diramaikan kalimat takbir

Aku telah mati malam ini
Tanganmulah yang menusukku untuk tidak ikut merayakan 
Padahal ramai sekali petasan meletus di samping rumah 
Kau kah yang sedang usil itu?

Aku akan mati 
Aku telah mati
Aku telah dikubur 
Di mana? 
Di dalam bibirmu yang basah dengan bacaan takbir 
Sembari kau berkomat-kamit
Aku mulai terkikis nadinya

Aku telah mati di sepanjang jalan pulangmu dari surau
Kau tak berniat menguburku di makanan yang akan kau makan setalah ini?

Aku telah mati,
Bawakan bunga pada novel-novel yang telah habis aku baca beberapa pekan terakhir 
Mungkin jejakku ada di sana
Padahal telah kubuat jadwal malam takbiran cerita itu rampung kubaca 



Sumenep, 09 April 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...