SAMPAI SUARA ITU MENYERTAIMU
Sampai suara itu terselip di toa yang dekat dengan rumahmu
Sampai larut malam menceritakan
Malam ini kau diam lah
Perut yang lapar telah kau usaikan
Sampai gugup kalimat itu menuju hatimu
Sampai air matamu menetes
Unjuk diri sayang,
Kau haru segera meluruskan perselisihan yang tak kunjung usai antara hati dan pikiran
Esok, kenakanlah baju-baju baru dari lemari
Sampai gugup kalimat itu di sajadah shalatmu
Esok, kenakanlah kerudung baru
Sampai tak gentar suara itu melepas doa-doa di ujung-ujung buku tipis panduan tahlil
Hingga esok usai,
Mulai redalah suara itu
Biarlah malam ini sampai gugup ini menemanimu tertidur
Sampai larut,
Sampai sepi tetanggamu yang sibuk soal isi lemarinya
Sampai pelan iya tahu bahwa kau menangis menunggu dekapan
Sampai dia tahu, kau telah berlenggak-lenggok mematut diri dengan baju baru di kaca yang buram
Sumenep, 09 April 2024
***
AKU MATI DI KALIMAT TAKBIR
Kau lihat,
Aku telah mati malam ini
Di mana?
Tentu saja diramaikan kalimat takbir
Aku telah mati malam ini
Tanganmulah yang menusukku untuk tidak ikut merayakan
Padahal ramai sekali petasan meletus di samping rumah
Kau kah yang sedang usil itu?
Aku akan mati
Aku telah mati
Aku telah dikubur
Di mana?
Di dalam bibirmu yang basah dengan bacaan takbir
Sembari kau berkomat-kamit
Aku mulai terkikis nadinya
Aku telah mati di sepanjang jalan pulangmu dari surau
Kau tak berniat menguburku di makanan yang akan kau makan setalah ini?
Aku telah mati,
Bawakan bunga pada novel-novel yang telah habis aku baca beberapa pekan terakhir
Mungkin jejakku ada di sana
Padahal telah kubuat jadwal malam takbiran cerita itu rampung kubaca
Sumenep, 09 April 2024
Komentar
Posting Komentar