HARUS MATI
Teruslah mati dalam malam-malam panjang yang telah diciptakan Tuhan
Meski dingin, kau tau cara terbaik merayu sifat Tuhan yang Agung
Selipkan saja dibacaan kitab sucimu
Semoga luluh caramu meminta malam ini agar tenang
Setidaknya hanya ramai suara celoteh anak-anak menjelang malam
Teruslah mati di sujud lama seorang pendosa
Pipinya basah, hatinya gundah
Matilah di lidah orang miskin
Kau akan jarang menyentuh rasa manis dan asam
Rasa sakitmu ikut berpuasa
Kau mati akhirnya
Matilah di beberapa jam sebelum subuh
Atau sesudahnya
Mungkin kau masih diberikan kesempatan mati memeluk bunga
Embun yang sejuk,
Pagi yang dingin,
Kejam hanya ada pada lidahmu
Teruslah mati,
Kau,
Dia,
Mereka,
Pun aku sang penulis
Matilah dengan abadi di puisi ini
Sumenep, 15 April 2024
***
ANTAR AKU YANG DIIDAMKAN
Antara malam dan siang
Petang yang menyingkirkan siang
Mentari yang berlalu lalang
Matamu yang tak berkedip
Kau berkerudung merah muda
Berusaha menyaingi warna yang sama di pipimu
Antara fajar di tepian desa
Petani yang sibuk di sawahnya
Duhai, kau wanita yang sedang bercengkrama dengan angin di pelataran rumah
Mengelap mimpi di jendela-jendela
Mengabaikan seruan di tengah ladang yang memanas
Antara sunyi dan ramai
Kau diam di antara puisi rindu yang tengah ditulis si penyair
Ramai berubah indah di matamu
Ramai binar, ramai kasih
Sunyi, hanya ada pada bibirmu yang mengecup cinta dalam puisi-puisi syahdu
Antara dan antara yang lain
Kau salah satu di tengah-tengah padang bunga
Membungkuk melepas cinta
Kelopak yang seketika mati di kakimu
Pula rindu yang abadi di gerimis yang menutupi petang
Petang yang tak risau akan nasib malamnya
Pamekasan, 17 April 2024
Komentar
Posting Komentar