Langsung ke konten utama

HUMOR "KEJADIAN DI RUMAH SAKIT", Oleh: Erka Ray

Waktu itu pagi menjelang sore, maksudnya siang menjelang sore, aku ada di Rumah sakit umum kota karna aku menjenguk kakek yang sedang sakit, setelah berbincang-bincang dengan kakek dan melihat keadaan kakek aku memutuskan untuk duduk di kursi depan kamar kakek ditambah lagi ada beberapa tetangga yang juga dateng untuk menjenguk kakek, jadi aku keluar bergantian dengan tetangga yang hendak menjenguk kakek. 

Lalu dari kejauhan terlihat emak-emak kita sebut saja Romlah. Dengan pakaian kebanyakan orang desa lainnya yaitu samper (sarung perempuan khas madura), kerudung segi empat yang hanya di lilitkan ke kepala tanpa peniti dan tas hitam di lengan, serta koyo salonpas di kedua pelipis. Sepertinya Romlah sudah agak lama tidak pulang dari rumah sakit karena merawat keluarganya disini. 

Romlah berjalan melewati lorong rumah sakit sambil menelfon seseorang di seberang sana.

"Iya, Pa, makanya kamu cepet kesini, Pa." 

Ia berhenti sejenak sepertinya orang disebrang tengah berbicara.

"Iya pa jangan lupa juga pa termos besar di dapur bawa." 
Dia diam lagi sejenak.

"Oke, Pa." Telepon selesai.

"Widiihhh gaul banget emak-emak satu ini meskipun penampilannya sederhana tapi pake panggilan papa mama." Aku bergumam dalam hati sambil melihat si Romlah yang lewat di depanku setelah beberapa saat. 

"Paa sini, Pa. Kamarnya di sebelah sini!!" 

Romlah berteriak kepada seseorang yang dia panggil dengan sebutan papa. Aku melihat Romlah berteriak dari jauh sembari melihat ke ujung lorong, penasaran dengan sosok papa itu.

"Pa. sini, Pa!" Dia berteriak lebih kencang, sepertinya yang di sebrang kebingungan.

"Paaa!!! Mustopaa!!! Di sebelahh sini, Paa!!" 

Aku reflek tersedak air yang kuminum demi mendengan teriakan romlah yang ke 3 kalinya. Ternyata selama ini aku salah duga, orang itu ternyata Mustopa, bukan papa. 


Pamekasan, 23 Februari 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

PUISI PROSAIS "UNTUK KITA YANG BERANTAKAN", Oleh: Erka Ray

Coba ke sini, kita tulis puisi prosais sebentar, tidak perlu panjang. Yang penting kamu bisa tenang saat menulisnya. Kita rekap bersama kisah kita yang berantakan tahun lalu, bahkan saat ini masih juga berantakan. Kita butuh diri kita masing-masing untuk saling menata ulang agar kita tidak usai. Bukankah begitu? Iya aku tahu, tidak ada yang dengan suka rela untuk saat ini mengulurkan tangan masing-masing untuk memperbaiki, tapi setidaknya kita punya hati dan pikiran untuk saling mengerti. Meski aku tidak tahu, apa kita akan baik seperti bunga-bunga yang dengan santainya bermanja pada angin. Aku juga tidak tahu, apa kita selembut kapas saat menyentuh satu sama lain. Cobalah berdiskusi denganku sebentar, untuk kita yang sudah tak layar disebut usai. Kita memang putih bak dinding, tapi retak di sisi-sisinya. Tapi untuk patah, kita masih merekat.  Seberantakan apa kita hari ini? Aku tidak tahu, tapi jarak ini menjadi jawabannya. Sumenep, 07 Agustus 2022

PUISI "SELAMAT SAMPAI TUJUAN", Oleh: Erka Ray

Aku mengerjap mata pagi ini Menyebut namamu dengan hati-hati Embun yang mulai berselingkuh dengan dedaunan Satu pesanmu masuk, "Aku kedinginan." Dari seberang ke seberang Ada kita yang saling mengetik layar pipih cukup lama Berucap satu dua hal  Tuan berpulang hangat Selimutmu tebal saat disentuh  Hari menyelinap di kisahmu "Aku akan memulai berjalan pagi ini," ucapmu Aku iyakan  Kita berpisah  Aku bertuan pada khayalan Dan kamu yang menjadikan kenyataan Menelanjangi hadapan dengan egois Berjalan tapak menapak tak ingin berhenti "Hati-hati," ucapku Kamu akan kedinginan Berkisahlah dengan kasih Berpulanglah pada tanah kelahiran Lekas sembuh urat diperjalanan Tak menyisahkan kisahmu lagi  Selamat sampai tujuan Tuan pulang tersenyum mengetuk pintu rumah Sumenep, 17 Juni 2023