Waktu itu pagi menjelang sore, maksudnya siang menjelang sore, aku ada di Rumah sakit umum kota karna aku menjenguk kakek yang sedang sakit, setelah berbincang-bincang dengan kakek dan melihat keadaan kakek aku memutuskan untuk duduk di kursi depan kamar kakek ditambah lagi ada beberapa tetangga yang juga dateng untuk menjenguk kakek, jadi aku keluar bergantian dengan tetangga yang hendak menjenguk kakek.
Lalu dari kejauhan terlihat emak-emak kita sebut saja Romlah. Dengan pakaian kebanyakan orang desa lainnya yaitu samper (sarung perempuan khas madura), kerudung segi empat yang hanya di lilitkan ke kepala tanpa peniti dan tas hitam di lengan, serta koyo salonpas di kedua pelipis. Sepertinya Romlah sudah agak lama tidak pulang dari rumah sakit karena merawat keluarganya disini.
Romlah berjalan melewati lorong rumah sakit sambil menelfon seseorang di seberang sana.
"Iya, Pa, makanya kamu cepet kesini, Pa."
Ia berhenti sejenak sepertinya orang disebrang tengah berbicara.
"Iya pa jangan lupa juga pa termos besar di dapur bawa."
Dia diam lagi sejenak.
"Oke, Pa." Telepon selesai.
"Widiihhh gaul banget emak-emak satu ini meskipun penampilannya sederhana tapi pake panggilan papa mama." Aku bergumam dalam hati sambil melihat si Romlah yang lewat di depanku setelah beberapa saat.
"Paa sini, Pa. Kamarnya di sebelah sini!!"
Romlah berteriak kepada seseorang yang dia panggil dengan sebutan papa. Aku melihat Romlah berteriak dari jauh sembari melihat ke ujung lorong, penasaran dengan sosok papa itu.
"Pa. sini, Pa!" Dia berteriak lebih kencang, sepertinya yang di sebrang kebingungan.
"Paaa!!! Mustopaa!!! Di sebelahh sini, Paa!!"
Aku reflek tersedak air yang kuminum demi mendengan teriakan romlah yang ke 3 kalinya. Ternyata selama ini aku salah duga, orang itu ternyata Mustopa, bukan papa.
Pamekasan, 23 Februari 2024
Komentar
Posting Komentar