Langsung ke konten utama

CERPEN "HUJAN DI EMPERAN TOKO (2)", Oleh: Erka Ray

Bagian 2

Namaku Rayana, seperti yang aku katakan sebelumnya. Nama sederhana yang tidak memiliki arti apapun. Tapi sebenarnya setiap orang tua memberikan nama untuk anaknya pasti memiliki arti yang tersirat atau tersurat. Begitu juga hari ini. sama sekali tidak ada artinya. Hanya sedang berdiri di halte bus, dan kebetulan hari ini tidak hujan, jadi tidak perlu berlari-lari mencari tempat berteduh ke emperan toko. 

"Ketemu lagi sama Rayana." 

Laki-laki ini tiba-tiba muncul di sampingku yang sedang berdiri menunggu bus dengan wajah yang tersenyum lebar.

Seperti perkataannya sebelum kita berpisah di waktu hujan itu, 'Semoga bertemu lagi ya.' Dan sekarang kita bertemu lagi dan lagi. Sudah sepekan laki-laki ini terus muncul di halte saat aku menunggu Bus untuk berangkat kuliah.

"Sebenarnya malas sekali harus pergi bekerja." Dia memulai percakapan. Kami lumayan dekat. Entah apa cuma. perasaanku saja, tapi laki-laki yang bernama Rayhan ini seperti berusaha mendekatkan diri.

Dia beberapa hari lalu bercerita kalau sudah diterima berkerja di salah satu perusahaan yang dekat dengan stasiun kereta. Waktu itu dia tersenyum malu waktu mengatakan soal pekerjaannya.

"Aku keterima jadi OB di sana. Tapi gak papa lah. Yang penting dapet kerja dulu dari pada nganggur. Kasian mulut tetangga yang selalu ngomong, 'Sarjana hukum kok pengangguran'. Jadi sekarang ada yang bisa dibanggakan meskipun jadi OB." Dia tertawa sambil mengatakan itu, aku juga ikut tertawa. Sempat-sempatnya dia menyinggung tetangganya itu.

Bus tiba-tiba datang, memecah lamunanku.

"Ayo Rayana, Busnya datang," ucap Rayhan.

Aku dan Rayhan naik ke dalam bus, kami duduk di bangku paling belakang. Busnya sedang penuh.

"Kamu kenapa milih jurusan sastra, Ray."

Rayhan bertanya. Dia memanggilku Ray, padahal aku biasanya dipanggil Ana atau Yana. Kata Rayhan, itu panggilan spesial darinya. Kebanyakan gombal laki-laki ini.

"Gak tahu, aku hanya suka menulis saja." Aku menjawab seadanya. Aku memang suka menulis. Menulis puisi cerpen dan lainnya. Yang penting nulis.

"Aku sempat baca puisi kamu loh di Blog kamu itu. Aku suka puisinya. Puisi bagus." Rayhan mengacungkan kedua jempolnya. Aku mengucapkan terima kasih karena telah membaca tulisanku.

Sebenarnya ada yang aneh dengan Rayhan ini. Entah apa, aku belum bisa menemukannya. Laki-laki ini baik. Sepekan terakhir rajin sekali menyapaku setiap pagi di halte. Selalu mengobrol di dalam Bus meskipun hanya hal-hal yang random. Sifatnya asik. Dia lucu juga, sering becanda. Siapapun yang bertemu dengan Rayhan akan langsung menyukai kepribadiannya.

Sayangnya percakapanku dengan Rayhan harus berhenti, aku telah sampai di depan kampus. Bus ini berhenti untuk menurunkan beberapa mahasiswa. Aku juga ikut turun.

Rayhan melambaikan tangan. 
"Sampai bertemu besok, Ray." Aku hanya mengangguk atas perkataannya.



Diselesaikan di Sumenep, 15 Februari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI NOVEL JANJI KARYA TERE LIYE, Oleh: Erka Ray

Judul Resensi: Sepanjang Janji Digenggam  Judul Buku: Janji Penulis: Tere Liye Bahasa: Indonesia Penerbit: Penerbit Sabak Grip Tahun Terbit: 28 Juli 2021 Jumlah Halaman: 488 halaman ISBN: 9786239726201 Harga Buku: -  Peresensi: Erka Ray* Penulis dengan nama asli Darwis ini terkenal dengan nama pena Tere Liye. Dunia buku dan tulis menulis tentu tidak akan asing lagi. Pria kelahiran Lahat Sumatera Selatan 21 Mei 1979 ini sudah mulai menulis sejak masih sekolah dimulai dari koran-koran lokal. Selain seorang penulis dia juga merupakan seorang Akuntan dan juga lulus Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Tere Liye memilih berbeda dengan penulis lainnya, dengan tidak terlalu mengumbar identitas dan jarang menghadiri seminar, workshop kepenulisan dan lain-lain. Novel Janji ini merupakan novel ke sekian yang telah ditulisnya. Mulai menulis sejak tahun 2005 dengan karya pertamanya yaitu "Hafalan Salat Delisa" yang telah diangkat menjaga film layar lebar. Selain itu j...

NOVELETTE - "KEPAL TANGAN", Oleh; Erka Ray

Pagi hari, kehidupan mulai menggeliat di sebuah pedesaan. Satu dua jendela rumah mulai dibuka oleh pemiliknya. Ayam tak berhenti berkokok sahut-sahutan dengan suara kicau burung di atas sana. Dari arah timur mentari mulai muncul. Cahayanya menyirami persawahan dengan padi yang mulai membungkuk memasuki usia panen, menyapa ladang penduduk dengan beranekaragam tanaman. Embun di rumput-rumput sebetis mulai menggelayut, diinjak oleh orang-orang yang mulai pergi ke ladang pagi ini. Menjemur punggung dibawah terik matahari sampai siang bahkan ada yang sampai sore hari.  Terdengar suara ibu-ibu memanggil seorang tukang sayur. Teriakan ibu-ibu memanggil anak-anak yang bandel susah disuruh mandi untuk berangkat sekolah. Teriakan ibu-ibu yang meminjam bumbu pada tetangganya. Kehidupan di desa ini sudah mulai menggeliat sejak subuh dengan suara air yang ramai di kamar mandi. Suara adzan yang nyaring sekali, terdengar kesemua penjuru.  Anak-anak berseragam dengan tas besar ter...

PUISI "SAJAK TOPLES KOSONG", Oleh: Erka Ray

Aku toples yang diambil pagi-pagi dalam lemari  Kemana aku dibawa Meja yang habis dilap itulah tempatku berada Aku toples yang dibuka dengan gembira  Tangan tuan rumah, tangan tamu-tamu menjamah isi dalamku Aku ditawarkan, "Mari makan" "Mari dicicipi" Aku toples yang gembira di hari raya Itu aku, Itu aku yang dulu Kemana aku hari ini? Aku adalah toples yang membisu di dalam lemari  Badanku kosong Tangan-tangan tua dan muda tak menjamahku Tuan rumah acuh kiranya, Kemana uangnya untuk membeli isi yang biasanya diletakkan pada tubuhku  Pun rumah ini sepi  Tuan rumah seperti mati di hari raya Di mana aku? Aku ada dalam lemari saat hari raya Aku tak diambil pagi-pagi untuk diletakkan di atas meja ruang tamu Tuanku tengah miskin  Tuanku tak ada uangnya Tuanku membuatku tak lagi diperlihatkan pada tamu-tamunya  Dan tuanku rumahnya tak bertamu Sumenep, 11 April 2024