TENDA PINGGIR JALAN
Biar aku menjadi tenda-tenda yang beragam warna
Di pinggir-pinggir jalan
Dengan kesibukan yang tak kunjung sudah
Orang-orang yang mampir dan pergi kemudian
Biarkan aku tenggelam di mangkuk-mangkuk bercap ayam
Sedikit kepanasan sebab siang dan jalanan beraspal
Lalu di bungkus hendak dibawa pulang
Biar aku menjadi selada yang layu disiram kuah
Diseruput tamu-tamu yang bergelar tuan
Aku akan berdiam
Di bubur putih yang diaduk rata
Pasrah akhirnya disatukan
Meski beberapa orang berdecit tak suka
Selanjutnya berdebat soal diaduk atau tidak
Padahal aku sedang tertunduk di centong-centong yang lihai memindahkan kuah-kuah
Kenang aku di beberapa tenda-tenda yang berdampingan
Tak seperti kita yang berjauhan
Sumenep, 23 Juli 2023
***
BAKUL NASI
Seperti bakul nasi di rumahmu saat jam dua belas malam
Kosong tanpa isi
Centongnya diam membisu
Tudung saji yang tertutup rapat
Suasana rumahmu yang sunyi
Menikmati malam sampai terlelap
Gelas-gelas yang tanpa isi
Air-air tak lagi ribut saat dituang
Lampu-lampu yang mati
Sisa cahaya rembulan yang menyelusup dari celah-celah genting
Dan lagi-lagi bakul nasimu yang kosong layaknya aku
Sumenep, 23 Juli 2023
***
KENANGLAH AKU
Serampak seperti tapak-tapak kali yang berlari
Tak ampun menyusuri kepala
Kenang,
Kenanglah aku
Yang tak pernah diam di buka-buku yang warnanya kecoklatan
Yang selalu bergerak menuju alam mimpimu tak pernah diharap
Aku layaknya bunga
Melepas jati diri dengan warna merah yang menjadi tanda pengenal
Melepas duri-duri yang tanpa sengaja membuat mulutmu mengaduh
Kenang aku
Kenanglah
Sebagai apa yang selalu membuatmu tersipu
Sumenep, 23 Juli 2023
Komentar
Posting Komentar