Langsung ke konten utama

PUISI "SESEKALI RINDU INI TIDAK HATI-HATI - DAN 2 PUISI LAINNYA ....", Oleh: Erka Ray

FOTO YANG KAU KIRIMKAN

Foto yang kau kirim tadi 
Serempak senyum di wajahku mengikhlas 
Senyum di wajahku melebar
Seakan, aku ingin berada di antara angin yang usil mengganggu rambutmu

Foto yang kau kirim tadi 
Membuat aku layaknya tubuh yang bertemu kasur 
Tubuh yang berteduh dari panas 
Berlari menuju rentangan tangan 

Aku kira, kau lupa 
Aku juga tidak berusaha mengingatkan
Aku hanya menitipkan pesan di awal
Untuk akhir, biar kau yang menentukan

Foto yang kau kirim tadi 
Sekilas aku seperti bisa melihat jalan setapak yang kau lalui 
Bebatuan yang kau injak 
Pun rimbun rimba yang masih rapat berusaha menyapa kulitmu
Aku seakan melihat senyummu yang mencapai tujuan
Lalu pulang dengan rasa lega yang tak karuan

Di foto itu, 
Aku seperti melihat betapa bahagianya dirimu
Foto itu masuk ke aplikasi hijau 
Aku membukanya,
Senyumku ikut ada


Sumenep, 26 Juli 2023

***

SESEKALI RINDU INI TIDAK HATI-HATI

Hanya sesekali aku berbisik
Soal rindu yang terus saja bersajak 
Berkelit ucapan
Bermajas,
Meminta restu angin katanya
Padahal angin hanya angin yang sedikit usil menerbangkan ujung baju 

Hanya sesekali berkiprah
Berniat sangat dalam mengenai senyum-senyum yang terus seolah menghamba pada ujung nadi 
Yang lagi-lagi disangka akan berdetak karena namamu disebut 
Lagi-lagi nama itu hanya disebut tanpa sengaja

Membiarkan rindu berkembang biak setiap hari 
Sesekali terkecoh dengan sanubari yang seakan-akan tidak bisa pas dengan nadi
Yang lagi-lagi sebab namamu diucap dengan samar

Aku;
Yang berucap rindu 
Menafsirkan rindu adalah bahan pangan singkat yang esok lusa habis 
Namun aku menerima kemarau panjang
Dahaga diujung jurang
Berteriak ingin disentuh buaian
Sesekali aku merindukanmu dengan tidak hati-hati


Sumenep, 26 Juli 2023

***

KESALAHPAHAMAN YANG MENYALAHPAHAMKAN

Ketidakpahaman ini mencegat pergelangan tangan
Mencegah tangan membuka gorden rumah
Matahari yang disebut jalang yang datang menggoda di sela kisi-kisi

Ketidakpahaman menjadikan aku seolah-olah kenyang 
Namun saat diam berhasta hampa 
Aku kosong yang lapar tercekik tangan sendiri

Lirih dan luruh diam-diam
Telinga hampir mengutuk setiap kata yang menyalahpahamkan 
Hingga lidah menjadi rakus 
Menjilat dosa sendiri 
Berikrar tak ingin ikut sehidup semati 

Lain kali akan kutata lagi 
Kiprah hasrat yang menjuntai panjang di jemari 
Yang sengaja dililitkan di jeri manis 
Memaniskan kisah yang dirundung kekasih untuk sudah


Sumenep, 26 Juli 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...