SENYUMMU YANG MENYELINAP DI BUBUR PUTIH
Melihat senyummu terpancar indah masamu
Kalah hanya bubur putih pada piring yang terlihat hambar
Senyummu menyelinap sebagai kuah santan
Toping telur dan kacang seakan menjadi hiruk-pikuk yang akan lewat di bibirmu
Sanjung disanjung
Bibir pula senyummu
Hanya karena piring putih belum ternoda bertekad menyaingi
Sama saja saat kukatakan senyummu datar
Bubur di dapur rumah mulai mengepul
Disendok,
Dipindahkan,
Senyummu menyelinap di asap-asap
Berharap singgah pada hidung
Berleha-leha sebentar menunggu
Tunggulah aku,
Yang hendak tersenyum disuapan pertama saat bubur putih disendok
Berpadu dengan lidah yang merasa tersaingi
Menyambut senyummu yang ingin ikut pula bergerilya manja
Tunggu aku yang ingin ikut tersenyum
Sumenep, 27 Juli 2023
***
HENDAK KERUMAHMU YANG DICURI
Lihatlah sesekali menyapaku
Hendak kemana aku
Tanyakan lah
Mungkin aku hendak ke rumah dengan genting yang baru saja dicuri
Atau mungkin hendak pergi samping rumah yang rimbun
Aku tidak pernah berhati-hati
Melihat halaman rumah dengan penuh batu
Kaki yang tak beralas
Menjadi alasan terkena tajamnya batu
Mulut lihai pula mengoceh di telinga soal kaki yang terluka
Bertanyalah sesekali
Aku hendak ke mana
Mungkin aku hendak ke pangkuanmu yang kala ini sedang tidak ada seorang di sana
Menghibur diri yang didepannya terdapat kamu
Aku menyambangi rumah tua dengan dinding yang mengelupaskan cerita
Sesekali berbincang denganku yang tak tau akan warna dinding yang semestinya
Pantaskah sudah?
Aku masih bertanya-tanya
Namun tujuanku pada rumahmu yang telah dicuri
Sumenep, 27 Juli 2023
Komentar
Posting Komentar