SEHIDUP SEMATI
Pulang senang
Wajah tunduk
Kaki kotor
Sebabmulah
Demikian akibatnya
Pulang susah
Hati gundah
Seperti hilang sebelah
Rumput mati diberi obat
Ilalang sedih
Pulang harap
Cemas di ujung muka
Tadah hujan hanya dengan tangan
Basah bukan salah tuan
Singgah hari berujung mimpi
Mimpi indah sebuah halusinasi
Pulang tuan mematut diri
Sang putri bermimpi menjadi satu sehari
Bersanding
Bersandar
Bersama beriringan
Harap-harap depan pintu
Ada yang membuka mempersilahkan
Tuan pulang meminang putri
Meski ditimpa musibah diri
Berlalu
Beriringan
Senyum dipamerkan
Sudah indah akhir hayat
Hari baru
Tuan membaca
Pucuk-pucuk sunyi
Embun haru menyertai
Hingga akhirnya sehidup semati
Sumenep, 17 Juli 2023
***
(TAK) SEDERHANA
Tak sederhana
Lapuk kainku mengawinimu
Berselendang batik menghapus air matamu
Tak sederhana
Saat aku tekuk berlutut
Rayuan-rayuan membasahi bibir
Ranummu ingin sekali kukecup
Mengajakmu berdansa
Menyabdakan kisah-kisah kita
Hingga sederhana
Seperti cinta langit memberi hujan
Daun-daun yang merelakan tubuhnya tak suci
Pun saat di depan rumahmu gak secantik dulu
Menyayangkan hadirnya belukar
Mematut diri seolah paling sakti
Lalu memujimu dengan janji
Sederhana
Namun nyatanya tidak
Berlenggak menyapamu
Bertanding siapa paling sebanding
Membujuk kakimu mengarah padaku
Sederhana
Menghias wajahmu dengan tanganku
Mendekap bahumu di sampingku
Sederhana tampaknya
Sumenep, 17 Juli 2023
Komentar
Posting Komentar