Langsung ke konten utama

PUISI "SEHIDUP SEMATI - (TAK) SEDERHANA", Oleh: Erka Ray

SEHIDUP SEMATI

Pulang senang 
Wajah tunduk 
Kaki kotor 
Sebabmulah 
Demikian akibatnya
Pulang susah 
Hati gundah 
Seperti hilang sebelah

Rumput mati diberi obat 
Ilalang sedih 
Pulang harap 
Cemas di ujung muka 
Tadah hujan hanya dengan tangan 
Basah bukan salah tuan 

Singgah hari berujung mimpi 
Mimpi indah sebuah halusinasi
Pulang tuan mematut diri 
Sang putri bermimpi menjadi satu sehari 
Bersanding 
Bersandar
Bersama beriringan 

Harap-harap depan pintu
Ada yang membuka mempersilahkan
Tuan pulang meminang putri
Meski ditimpa musibah diri 
Berlalu
Beriringan 
Senyum dipamerkan
Sudah indah akhir hayat
Hari baru 
Tuan membaca
Pucuk-pucuk sunyi 
Embun haru menyertai
Hingga akhirnya sehidup semati


Sumenep, 17 Juli 2023

***

(TAK) SEDERHANA

Tak sederhana
Lapuk kainku mengawinimu 
Berselendang batik menghapus air matamu
Tak sederhana
Saat aku tekuk berlutut
Rayuan-rayuan membasahi bibir 
Ranummu ingin sekali kukecup 
Mengajakmu berdansa 
Menyabdakan kisah-kisah kita 

Hingga sederhana
Seperti cinta langit memberi hujan 
Daun-daun yang merelakan tubuhnya tak suci 
Pun saat di depan rumahmu gak secantik dulu 
Menyayangkan hadirnya belukar 
Mematut diri seolah paling sakti 
Lalu memujimu dengan janji 

Sederhana 
Namun nyatanya tidak
Berlenggak menyapamu
Bertanding siapa paling sebanding
Membujuk kakimu mengarah padaku 
Sederhana
Menghias wajahmu dengan tanganku 
Mendekap bahumu di sampingku
Sederhana tampaknya


Sumenep, 17 Juli 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...