LUPA MEMBANGUNKANMU
Aku lupa membangunkanmu pagi tadi
Untuk bergegas mandi
Atau atau bergegas melipat selimut
Lupa menyuruhmu untuk memasak
Atau hanya sekedar membersihkan halaman
Lalu membuka jendela
Pagi tadi seharusnya kakimu telah basah
Pun rambutmu yang ikut basah
Pagi-pagi bercanda dengan riak air,
Apa kamu kedinginan?
Aku bahkan lupa untuk memintamu memakai baju tebal
Pagi tadi seharusnya kita duduk
Untuk menjeda kerumitan yang semakin berkelit
Lantak dalam malam-malam yang anggun membelai kita
Sampai kita terbuai mesra karenanya
Hingga aku lupa berbisik pada telingamu pagi tadi
"Ayo bangun."
Bergegaslah sebelum tangan terlipat karena tertinggal
Sumenep, 21 Juli 2023
***
MENCARI SENYUM
Yah,
Aku lihat pundakmu bergetar saat melihatku belum menjadi apa-apa
Aku melihat matamu bergedut mencari sesuap nasi
Yah,
Aku tahu punggungmu merintih pelan agar tidak terdengar
Mulutmu mengaduh,
Samar-samar dibekap
Aku yang belum bisa apa-apa
Hanya bisa menyatukan tangan
Yah,
Matahari tumbang di wajahmu saat kau pulang
Kakimu kotor untuk mempertahankan senyumku
Tanganmu demikian,
Aku jarang sekali menggenggamnya
Yah,
Bisa aku tawarkan senyumku
Aku ikut lelah melihat senyummu yang pudar perlahan
Entah kerasnya kehidupan mana yang merenggut
Aku melihat tubuhmu yang pelan-pelan berselimut dingin
Hendak rehat dari mencari senyum untukku
Yah,
Aku hanya memanggilmu Ayah
Sebagai malaikat yang tak bersayap
Kau mengotori tubuh untuk mencari seutas senyum
Sumenep, 21 Juli 2023
***
MASYGUL SEBAB JULI
Raut wajah masygul sepertinya
Ada apakah gerangan?
Apa aku yang menjadi sebab utama
Apakah sebab Juli akan pulang ke peraduan panjang
Setelah berkasih dan berkisah bersamamu
Ada apakah gerangan
Bermunajat panjang
Sampai fasih
Apakah sebab Juli akan pergi
Tak akan sigap menggenggam tanganmu
Masygullah dirimu hari ini
Murunglah wajahmu saat ini
Liat aku,
Kutemani resahmu saat ini
Berkisah kasih mesra
Meski tak semesra kecup risau dari Juli
Sebab Juli akan pergi,
Masygullah dirimu
Menabuh genderang pilu yang panjang
Tak cukup bermunajat perihal hasta yang masif dikosongkan
Sumenep, 21 Juli 2023
***
SAMPAI KAMU TERTIDUR
Tidurlah
Biar aku ceritakan dongeng-dongeng untukmu
Biar aku yang membaca kalimat perkalimat
Dari prolog sampai epilog
Biarkan aku yang bercerita di telingamu
Tidurlah
Kukecup pucuk kepalamu menyampaikan sebuah kerinduan
Dengarkanlah setelahnya ceritaku
Tentang seseorang yang miskin iman
Yang tebal dosa
Tidurlah,
Kemari,
Pangkuanku masih kosong
Aku akan bersenandung untukmu malam ini
Sebuah lagu pengantar tidur
Yang berlirik;
Si buta mencintai si tuli
Dan si biru memendam rasa untuk dirimu
Aku akan di sini menantimu sampai tertidur
Aku selimuti tubuhmu
Aku halau dirimu dari rasa cemburu
Biar aku dan mulutku yang mengaduh letih
Sebab cerita ini tak akan pernah selesai
Sebab aku mencintaimu
Sumenep, 21 Juli 2023
***
REMBULAN SABIT DAN DIRIMU
Rembulan sabit di atas kepala
Rindang pohon pisang di depan rumah
Menunduk di pijakanmu Maghrib tadi
Bernostalgia soal cinta yang di cita-citakan
Bulan sabit memandikan wajahmu dengan cahaya
Berlari di matamu yang tak kalah anggun
Sedang kepalamu terbalut mukenah
Berbisik mesra bersama sayang kekasih hati
Belakang punggungmu membelakangi punggungku
Kita berbeda shaf
Hanya menanti amin yang terus bergerilya
Memantik percikan asa yang buncah di pipimu
Berbalut mesra rembulan yang menyembah
Lalu menghamba
Pula mendamba yang panjang
Rembulan kembali mengecup pucuk kopiahmu yang berwarna hitam
Bersenandung santai di rambut-rambut yang basah sehabis berwudhu
Lalu basah pula di bibirmu yang berucap alfatihah
Sumenep, 21 Juli 2023
Komentar
Posting Komentar