Langsung ke konten utama

PUISI "HARUM MEWANGI - BERSAKSI", Oleh: Erka Ray

HARUM MEWANGI

Harum tanah menyingsing di penciuman
Harus pula bakar-bakaran kemenyan
Hari berduka 
Sedih tak kerkira 
Senyum hanya iming-iming tak jelas semata

Tabur bunga yang tak harum 
Rumah-rumah penuh pilu tak berbakti pada ibu 
Bernostalgia,
Rasanya tak lagi pantas
Harum tanah bekas hujan 
Menyingsing anggun 
Mencium jalang bermain hati 

Tubuh-tubuh orang-orang miskin bersedih 
Mengikat perut di tengah wewangian
Malam makin menggigil
Menyuruh pulang si penagih hutang 
Harus di halaman rumah penuh mempersilahkan tidur


Sumenep, 07 Agustus 2023

***

BERSAKSI

Bersaksilah 
Bersuka cita benabur benih 
Berkecambah
Pucuk-pucuk dedaunan merona
Mentari singgah menabur harap
Berhijrah dari hatiku ke hatimu 

Pulanglah
Saat hanya aku yang masih duduk di kursi depan rumah
Lihat kaki-kaki penuh tanah 
Menyiram benih pagi-pagi yang berharap tubuh 
Siang yang tak sepanas kemarin

Bersaksilah,
Aku jengah menonton
Kamuflase hidup yang eksotis
Merambat pelan di ujung-ujung jari-jari yang tak kumuh 
Merawat hidup yang bertabur doa

Pagi-pagi sekali 
Orkestra burung-burung yang tak berhenti menyisipkan bercerita
Jalan-jalan syahdu dihiasi orang-orang hendak ke pematang sawah 
Tabur tuai hari ini 
Pagi sibuk beraksi


Sumenep, 07 Agustus 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...