Langsung ke konten utama

PUISI "BUKAN KITA YANG DUDUK BERASMARA - DAN 4 PUISI LAINNYA ....", Oleh: Erka Ray

KEMARAU MELEPAS HUJAN 

Panas gersang tanah depan rumah
Hujan tiba-tiba deras 
Lebih deras dari yang mengalir di matamu
Kemarau panjang
Kering,
Seperti bibir-bibir menyulam dosa tanpa disangka 
Pupus yang dirindu sebab kebohongan
Hujan datang tiba-tiba menyatakan cinta

Kemarin kemarau panjang menyapa pipi yang ikut kering 
Bibir-bibir menumpuk dosa setiap hari
Berbalut tubuh yang juga ikut mendosa 

Kemarin hujan 
Kemarin gugur menyatu dalam cintaku 
Memeluk aku yang hanya seorang diri
Mengadu soal cintanya panjang melumuri lidah 
Sampai sesat menyiasati
Mengungkap lewat dinding-dinding kamar yang kedinginan sebab hujan

Pipimu merintih basah
Bibirmu berbau dosa menyatakan cinta murni
Apa semurni cintaku juga
Hingga kemarau dilepas hujan yang jatuh pertama
Yang kering menjadi basah
Kayaknya pipimu


Sumenep, 20 Juli 2023

***

MUARA BERKASIH

Hari riang
Kecipak air di muara terdengar
Bisik bibirmu yang tak kalah syahdu 
Menyatu lewat senyum tipis yang membuat runtuh bendungan-bendungan menahan air 

Kecipak air di muara menerima kasih 
Menyatakan betapa syahdunya angan yang lembut 
Mengelus matamu,
Mataku,
Memeluk kasih bersandar di bahu


Sumenep, 20 Juli 2023

***

MAWAR DAN DOAMU

Mawar merah 
Pekat warnanya
Berisik rindunya
Tumpah di mukenamu yang sedang mengucap amin 

Mawar merah melepas mahkota
Kelopaknya menyembahmu
Menyusuri doa yang kapan saja siap bernegosiasi

Hingga merah turut serta mengimbangi bibirmu 
Merah yang berani tak ingin menduakanmu 
Aminmu ikut berani meminta sang mawar tak menangis di ujung hayatnya

Sumenep, 20 Juli 2023

***

WANGI DI LANGIT-LANGIT SORE

Harum semerbak bungamu 
Halaman rumah yang berwarna 
Menyatu di pandanganku
Yang lancang menyentuh pipimu untuk kasih 

Aku merajuk panjang 
Hari yang semakin menggelap di arah barat 
Bunga-bunga bersanding anggun di rambut-rambut hitam 
Menjuntai harap 
Cemas juga sesekali
Berlangsung ricuh menurut sore

Harum semerbak wangimu 
Berlatih mengayun hati saat langit-langit sore ramai 
Handak dilipat untuk tertidur anggun
Meyakinkan diri jika setelah ini akan gelap 
Lalu tertidur di pundakmu

Hingga bernyanyi langit sore 
Menebar baru sepanjang bajumu 
Yang sudah menari ikut irama 
Jingga berpamit dengan pelan 
Luruh di pipimu


Sumenep, 20 Juli 2023

***

BUKAN KITA YANG DUDUK BERASMARA

Kita yang tepekur malam ini 
Merajut mimpi-mimpi yang semakin menyudut
Berlinang harap yang bertahap
Aku berangan;
Kita yang akan bertemu di jalan 
Meski tak pandai berpura-pura kenal
Hanya berpaling muka
Memainkan rasa

Kita;
Aku menduga kita yang baru saja duduk 
Bercerita celotehan hujan tadi
Yang berasmara romantis
Menuai mimpi yang semakin kesudut
Sudut di matamu yang tak memandangku

Kita akhirnya pulang menggulirkan harap
Berbinar mata menyambut mimpi 
Kita tak akan duduk berdua untuk bernyanyi memori hujan 
Apalagi tatkala kita bersorak untuk cerita yang mengikat jari manis 


Sumenep, 20 Juli 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...