Langsung ke konten utama

PUISI "AKU YANG AKAN DICARI (NANTI) - AKU DAN JIKA", Oleh: Erka Ray

AKU YANG AKAN DICARI (NANTI)

Aku mungkin bisa menjadi amin yang lewat di pita suaramu
Menjadi nama yang sering kau cari di layar HP
Tubuh yang selalu didekap;
Nanti,
Begitulah,

Aku akan menjadi mata yang akan kau pandang tulus
Menjadi jemari yang akan disematkan cincin
Lalu digenggam setelah dengan lantang mengucapkan ijab kabul
Menjabat tangan ayahku
Nanti, 
Begitulah, 

Nanti aku yang kau cari,
Setelah membuka pintu rumah sebelum menanyakan menu
Aku yang akan dicari,
Saat baju-bajumu tidak ditemukan
Lalu diajak terlelap bersama saat malam 

Aku yang esok harinya bangun lebih pagi 
Membujukmu melepas selimut
Membuka gorden rumah
Lalu beberapa saat kemudian memasangkan dasi jika kamu bekerja di kantor
Lalu mencium tanganmu yang dibalas kecupan kening


Sumenep, 15 Juli 2023

***

AKU DAN JIKA 

AKU

Aku;
Seperti langitmu pagi ini
Sedikit redup
Tapi tidak bisa disebut murung
Aku;
Adalah apa yang sempat dikisahkan dengan sederhana olehmu
Disebut orang yang tepat
Hanya salah tempat
Disebut nyaman
Disebut tempat pulang 
Pun disebut rindu
Aku;
Adalah detak jantungmu yang terlalu kencang
Dulu,
Saat kamu diam-diam sumringah melirik
Saat kamu diam-diam menaruh harap

Lalu aku adalah;
Seseorang yang kemudian tak kau toleh
Aku;
Seseorang yang ditinggal karena alasan yang kau sebut baik
Aku;
Air mata yang tak kau hapus lagi 
Aku juga adalah; 
Orang yang semakin kau jauhi 


JIKA

Hujan tak bisa disebut hujan jika setetes
Panas disebut menghilang jika mendung
Bunga disebut buruk jika layu
Rumah belum sempurna jika tak berpintu
Jendela pun kurang jika tak ada kaca
Aku;
Jangankan untuk disebut kita
Itu tidak bisa,
Jika tidak ada kamu

Jika;
Kalimat pengandaian dari aku
Jika;
Adalah angan yang diharapkan terjadi
Jika;
Adalah aku yang terus optimis menjadikanmu masa depan
Jika;
Adakah kata yang disatukan dengan objek kamu
Sayangnya, Jika hanya sebatas jika 
Jika tak ada kamu,
Aku bukan lagi kalimat pengandaian yang sempurna


Sumenep, 15 Juli 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...