Langsung ke konten utama

PUISI 18 APRIL, Oleh: Erka Ray

PERIHAL DIRIKU 

Aku tanah sore 
Jingga tubuh menantimu
Menangis tubuh 
Malam yang bernuansa hujan
Teduh,
Mendung matamu
Berkabut panjang
Hitam mata tak lagi bercahaya
Buang resah
Aku tak berarti sudah

Aku tanah depan rumah
Diinjak tubuh 
Harga diri tak utuh
Renggang,
Minus mata
Tak lagi bisa melihatmu
Berjalan dari pintu rumah

Aku siapa 
Benalu samping rumah 
Atau sore berkabut
Tak bermentari
Jingga pajangan
Dari kanvas-kanvas tua 
Lusuh warna 
Putih tulang matamu saat ini 

Sumenep, 18 April 2023

***

HILANGNYA SI PENYAIR

Tumpul tangan si penyair 
Puisi mandat
Tak bergerak 
Hingga bibirmu rata
Pikiran runyam 
Melanglang buana tak bertepi 
Sudut-sudut birahi di ujung sajak 
Bernostalgia lama soal cahaya berikutnya

Si penyair menjadi pengangguran
Kertas putih tak dibeli
Hingga diminta,
"Mana, biar aku tulisi."
Kekeh dengan pendirian 
Hingga tujuan
Tak bertuan lagi, Tuhan 
 
Puisi ini luntur 
Siapa gerangan penyebab 
Aku dan jemari yang tak lagi memihak
Seminggu dua kali berkunjung
Bermain mesra soal cinta 
Tak lagi mengenal sudah

Hilang pada akhirnya si penyair
Mata di lidah sendiri
Tidak ingin disebut
Nama pena tak urung menepati
Puas arti 
Berpuasa diri bersajak tepi 
Abjad sudah menekan janji

Pamekasan, 18 April 2023

***

MALAM TAK BERKASIH

Biar ku teguk
Malam dingin 
Gelas kaca lengang dengan air
Sebab piring sudah lebih dulu dicuci 
Bersih tak berdebu lagi 

Dapur-dapur tak padat 
Masih pada bekas tawa selepas taraweh
Merindukan toko-toko kelontong terbuka
Hendak membeli sesuatu katanya

Masih berkutat dengan Alif Ba Ta
Musnah sudah malam ini
Tertidur dengan tangan tak tergenggam 
Malam lengang
Tertidur di pundak
Sebab lelah di mata 
Berat kasih
Yang lama gak berkasih

Sumenep, 18 April 2023

***

REMBULAN LUSUH

Biarkan malam ini rembulan lusuh dengan ikhlas
Badan padi membungkuk
Background alam yang tercengang 
Sisi rumahmu yang gelap
Atau pipiku yang tak lagi merona 

Senyum luntur 
Rembulan tak berhati malam ini 
Ujung pena usang 
Kasih pasang surut di pelupuk mata
Tiada guna sudah bibir-bibir lembut menyanjungmu 
Kita sudah 

Biar rembulan lusuh tubuhnya
Biarkan malam ternoda di gorden jendelamu
Tetap aku duduk sebagai penghuni rumah
Meski sendiri,
Aku pulang untuk bertepi

Sesak rembulan lusuh 
Hilang sadar 
Hilang arah pulang 
Tempatmu yang kau sebut gelap 
Aku pulang ke sana 

Sumenep, 18 April 2023

***

LELAH

Bisa usap aku, Bu 
Bantal di rumah kita tidak nyaman 
Jendela hilang,
Entah siapa mencuri
Bu,
Aku terlihat kekanak-kanakan rupanya
Permen yang kau letakkan di atas meja, 
Aku kehilangan itu sekarang
Bu, 
Jika ujung bajumu kotor 
Aku bisa mencuci
Mungkin akan bersih 

Aku tidak duduk, Bu 
Tidak berdiri
Tidak berlari
Hanya diam
Bisa berbisik sebentar, Bu
Hanya ingin mata tertutup saja 

Sumenep, 18 April 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...