SENYUMAN
Bu, bajuku tidak disetrika
Aku hendak ke sekolah pagi ini
Tasku kosong, Bu
Buku kemarin dirobek teman
Bu,
Aku sedang mengangkat tudung saji,
Ada masakanmu
Kotak bekal yang penuh
Ada sendok dan garpu pula
Bu,
Teman meminjam penaku dengan senyum
Aku memberi dengan senyum
Mengiyakan,
Dua hari, penaku tak dipulangkan
Aku tak punya alat tulis
Tidak, Bu
Aku tidak ingin yang baru
Kembalikan saja jika masih bisa,
Pun tas sekolahku
Aku tidak ingin yang baru
Biar koyak,
Dan rusak tepiannya
Tak apa,
Bisa kupakai
Setrikakan bajuku, Bu
Meski senyum tak serapi itu
Tapi mungkin aku bisa menyesuaikan
Tengah hari yang panas,
Aku pulang kerumah dengan sahaja
Mengetuk pintu,
Senyummu lah yang menyambut
Pamekasan, 16 Mei 2023
***
DARI RUMAHMU
Jalan pagi ini menghampar
Jauh sepanjang tapak kaki bisa menjejal
Kuatkan aku
Pagi hari yang sibuk memotret kaki menua berjalan tanpa alas
Ladang-ladang penuh,
Meski sebagian tetap menyeduh kopi
"Aku ada di dekat rumahmu," ucapku tempo lalu
Sengaja berdiri,
Pegal kaki
Angin yang menerbangkan sehelai rambut
Pupus,
Saat pintu rumahmu tertutup
"Aku pulang," ucapku juga
Sedang senja melipat tubuh
Berusaha ikut meninabobokan
Hari temaram di ekor penglihatan
Berharap penuh nun jauh di sana soal cahaya
Tubuh yang tiba-tiba menghampiri
Pulang usai seharian bertukar mental
"Aku tidak ingin pergi ke rumahmu." Aku mantap mengucapkan
Pamekasan, 16 Mei 2023
***
MERAPIKAN SAMPAI RAPI
Kamar petak tempatku rebah
Bangun pagi
Sepertinya cerita telah dimulai
Memandang atap
Abu-abu,
Mungkin hari ini minimal biru
Saat mata membuka lalu membuka pintu
Sahut-menyahut,
Nyaring di pendengaran
Sudah tak asing
Buru-buru membasuh muka
Berharap lantang akan air menjadikan suci
Sudah saatnya,
Melipat selimut sisa semalam
Melirik bekas tissue yang berserat
Tangan merapikan
Pun tempat tidur,
Tak lagi berantakan
Hingga akhirnya melihat kaca
Setelah mandi,
Pakaian paling rapi
Tapi tak membuat rapi yang lain
Pamekasan, 16 Mei 2023
***
BIBIR RANUM
Bibir ranummu menjadi tempat pulang
Aku,
Sebut aku yang tak bisa memiliki
Terjerembab,
Urung menjamu dirimu
Tempat pulang
Malam terpelintir kenangan
Mengusung diri sebagai calon
Tubuh siap
Sigap
Tegap
Memperjuangkan
Aku yang sebentar lagi beralaskan tanah
Pulang meminta senyum di bibirmu
Dipoles lipstik?
Tidak murni merah merekah
Saat kasih tak pulang
Punggung tangan yang lebam
Sekian,
Terimalah bau tanah yang menyengat
Meminta diri lebur
Larut menjemukan diri
Saat dipasung percakapan terakhir
Tak lagi bernama kita
Aku,
Sebut aku yang tak bisa
Pulangkan aku pada bibirmu yang lagi-lagi ranum
Pamekasan, 16 Mei 2023
***
KURSI-KURSI DEPAN
Penglihatan lurus ke depan
Proyektor menyala
Mulut-mulut tertempel di dinding
Pun kaca,
AC tak berguna
Membeku, membisu
Tak bisa diharapakan
Untuk sekejap,
Buku-buku sibuk dibuka
Pun pikiran
Ternyata lebih parah
Mendoktrin kanan kiri
Membuat lancang argumentasi melucuti jati diri
Di ruang yang terbilang lebar
Hanya tanganmu yang tak lebar
Pengharapan yang kerdil
Pulpen yang tak kalah kurus dengan akal
Berteman,
Melempar senyum
Menertawakan,
Seru,
Dan di kursi-kursi depan ternyata sedang tak bertuan
Hanya membisu
Larut dengan tawa-tawa di belakang
Pamekasan, 16 Mei 2023
Komentar
Posting Komentar