Aku memberimu puisi
Kamu tolak
Embel-embelnya tak ada bunga saat aku berpuisi
Pun, tak ada gelas-gelas kaca yang akan retak
Aku pulang
Akhirnya kutempel saja di dinding kamar
Meski catnya putih tulang
Masih bisa puisiku dibaca
Meski tak berbau mawar
Apalagi air jernih yang ternodai
Tidak ada pada puisiku
Akankah aku ditolak
Padahal tanganku panjang
Pena sudah kuajak menari
Berkali-kali
Sampai kau sendiri tak bisa menghitungnya
Puisiku memang tak berwarna merah
Layaknya mawar yang kau tampar karena rapuh
Haruskah aku berkisah dengan kiasan
Kalau daun-daun bersujud layaknya budak
Menunggu kamu membaca puisiku yang lebih rendah dari tanah-tanah riba
Aku berlebihan
Tapi itu maumu
Aku penuhi
Hingga aku harus membunuh puisi sendiri
Yang bersajak a-a b-b
Mungkin kamu sudah suka ini
Sumenep, 17 Februari 2023
Komentar
Posting Komentar