Gadis itu menangis sejadi-jadinya di kamar kosan yang tidak terlalu besar. Melepas semua bebannya dari pagi hingga sore. Pintu ditutup rapat-rapat agar tidak terlihat oleh siapapun. Suara tangisan dikecilkan. Dia ingin sendiri di dalam kamar yang redup, hanya ada selarik cahaya yang masuk lewat kisi-kisi.
Gadis itu berkutat dengan impiannya dari pagi hingga sore. Menemui pihak ini dan pihak itu di kampusnya. Dari gedung yang satu kegedung yang lain. Sambil sesekali ucapan Ibunya yang selalu terngiang-ngiang di kepala.
"Semoga urusanmu lancar ya. Surat-suratnya bisa segera didapat untuk persyaratan mengikuti beasiswa." Begitulah kata Ibu si Gadis.
Maka pagi-pagi buta dengan sejuta harapan yang dia bawa di pundak, dia berangkat menggunakan Bus menuju kampusnya di Kota sebelah. Tidak peduli jika mentari baru muncul di ufuk timur. Tidak peduli Meksi beberapa lampu jalan belum dimatikan. Pagi itu dia berangkat.
Sayangnya hari ini tidak berjalan mulus. Dia harus membawa pulang tangan kosong.
"Maaf, kami tidak bisa memberikan surat keterangan aktif kuliah jika mbak belum membayar uang kuliah untuk semester ini." begitu kata salah satu ucapan dari tim administrasi akademik fakultas nya.
Dia gontai berjalan keluar. Gagal mendapatkan surat itu hari ini. Gadis itu belum membayar uang kuliahnya, sedangkan surat itu dibutuhkannya segera. Dia masih tidak patah semangat. Mencoba menghubungi Dekan Fakultas, seseorang yang memiliki jabatan tertinggi di fakultasnya. Dia hendak meminta surat rekomendasi.
"Maaf ya, saya saat ini tidak ada di ruangan. Baru saja pulang. Kembali hari Senin ya."
Gadis ini belum patah semangat, masih berusaha menghubungi nomor yang satunya. Dosen Pembimbing Akademik (DPA) nya. Berharap beliau ada di ruangan.
"Mungkin bisa cari dosen lainnya untuk meminta surat rekomendasi. Saya sedang ada di luar kota."
Kali ini mulia gontai. Jalannya linglung. Gadis ini terduduk di gazebo kampus sendirian. Hari ini hari libur kampus, jadi tidak ada mahasiswa yang berlalu-lalang.
Sore itu dia berjalan sendiri pulang ke kosannya di dekat kampus. Muka lesu, kerudung yang sudah tidak serapi tadi pagi. Hari ini dia tidak mendapatkan apa-apa. Padahal tadi pagi seperti yakin sekali akan mendapatkan semuanya sekarang.
Di kamar kosan yang tidak terlalu lebar itu dia menangis. Teringat orang tuanya, teringat biaya kuliahnya yang cukup besar. Pun seperti ada kaset di otaknya yang memutar kembali kenangan saat dulu dia ditolak menjadi penerima beasiswa padahal tinggal satu langkah lagi.
Dia menangis tanpa suara. Tertunduk dengan masih menggunakan kerudungnya.
"Aku akan kembali hari Senin. Aku akan dapat Beasiswa itu."
Dia beranjak membersihkan diri. Hendak mengadu pada Tuhannya tentang hari ini yang cukup mengecewakan.
Diselesaikan di Sumenep, 04 Februari 2023
Komentar
Posting Komentar