Langsung ke konten utama

CERMIN "TANGAN YANG HANYA TANGAN", Oleh: Erka Ray



Gadis itu menangis sejadi-jadinya di kamar kosan yang tidak terlalu besar. Melepas semua bebannya dari pagi hingga sore. Pintu ditutup rapat-rapat agar tidak terlihat oleh siapapun. Suara tangisan dikecilkan. Dia ingin sendiri di dalam kamar yang redup, hanya ada selarik cahaya yang masuk lewat kisi-kisi.

Gadis itu berkutat dengan impiannya dari pagi hingga sore. Menemui pihak ini dan pihak itu di kampusnya. Dari gedung yang satu kegedung yang lain. Sambil sesekali ucapan Ibunya yang selalu terngiang-ngiang di kepala.

"Semoga urusanmu lancar ya. Surat-suratnya bisa segera didapat untuk persyaratan mengikuti beasiswa." Begitulah kata Ibu si Gadis.

Maka pagi-pagi buta dengan sejuta harapan yang dia bawa di pundak, dia berangkat menggunakan Bus menuju kampusnya di Kota sebelah. Tidak peduli jika mentari baru muncul di ufuk timur. Tidak peduli Meksi beberapa lampu jalan belum dimatikan. Pagi itu dia berangkat.

Sayangnya hari ini tidak berjalan mulus. Dia harus membawa pulang tangan kosong.


"Maaf, kami tidak bisa memberikan surat keterangan aktif kuliah jika mbak belum membayar uang kuliah untuk semester ini." begitu kata salah satu ucapan dari tim administrasi akademik fakultas nya.

Dia gontai berjalan keluar. Gagal mendapatkan surat itu hari ini. Gadis itu belum membayar uang kuliahnya, sedangkan surat itu dibutuhkannya segera. Dia masih tidak patah semangat. Mencoba menghubungi Dekan Fakultas, seseorang yang memiliki jabatan tertinggi di fakultasnya. Dia hendak meminta surat rekomendasi.

"Maaf ya, saya saat ini tidak ada di ruangan. Baru saja pulang. Kembali hari Senin ya."

Gadis ini belum patah semangat, masih berusaha menghubungi nomor yang satunya. Dosen Pembimbing Akademik (DPA) nya. Berharap beliau ada di ruangan.

"Mungkin bisa cari dosen lainnya untuk meminta surat rekomendasi. Saya sedang ada di luar kota."

Kali ini mulia gontai. Jalannya linglung. Gadis ini terduduk di gazebo kampus sendirian. Hari ini hari libur kampus, jadi tidak ada mahasiswa yang berlalu-lalang.

Sore itu dia berjalan sendiri pulang ke kosannya di dekat kampus. Muka lesu, kerudung yang sudah tidak serapi tadi pagi. Hari ini dia tidak mendapatkan apa-apa. Padahal tadi pagi seperti yakin sekali akan mendapatkan semuanya sekarang.

Di kamar kosan yang tidak terlalu lebar itu dia menangis. Teringat orang tuanya, teringat biaya kuliahnya yang cukup besar. Pun seperti ada kaset di otaknya yang memutar kembali kenangan saat dulu dia ditolak menjadi penerima beasiswa padahal tinggal satu langkah lagi.

Dia menangis tanpa suara. Tertunduk dengan masih menggunakan kerudungnya.


"Aku akan kembali hari Senin. Aku akan dapat Beasiswa itu."

Dia beranjak membersihkan diri. Hendak mengadu pada Tuhannya tentang hari ini yang cukup mengecewakan.




Diselesaikan di Sumenep, 04 Februari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...