Langsung ke konten utama

HUMOR "JODOHNYA BREWOKAN", Oleh: Erka Ray



Hari yang cerah. Tentu panas begini masih mau bilang hari yang suram. Hidupmu saja yang suram. Masalah terus yang dipikirin bukan diselesaikan.

Hari ini hari Minggu, weekend. Hari libur. Dan juga hari bersih-bersih rumah. Dari tadi subuh Ibu sudah berteriak-teriak menyuruh bersih-bersih ini itu.

"Anak gadis kalau pagi bersih-bersih rumah, Minah." Begitulah kata ibu.

"Kalau bersih-bersih itu harus bersih tidak tertinggal satupun. Nanti suaminya brewokan kalau tidak bersih." Nah begitu juga kelanjutan dari teriakan ibu pagi tadi. 

Karena aku bosan diteriaki berkali-kali, jadilah aku bergegas membersihkan rumah. Mulai dari mencuci baju dan cuci piring. Dilanjut dengan membersihkan tempat tidur dan kamar tercinta. Dilanjut lagi dengan mengelap kaca, mengepel dan menyapu. 

Saat menyapu lagi-lagi ibu berteriak. 
"Kamu gimana nyapunya, Minah. Liat di kolong meja masih ada debunya. Tuh juga di pojok yang itu masih ada sarang laba-laba." Begitulah kata ibu. Aku mengiyakan saja dari pada dia terus mengomel. 


Setelah selesai bersih-bersih aku mulai duduk santai di sofa ruang tamu, selonjoran. Nikmat sekali. Ibu datang membawa camilan. Dan segelas teh hangat.

"Kamu kalau bersih-bersih itu harus bersih, yang bener. Emang kamu mau suamimu nanti brewokan," ucap ibu yang masih sibuk menuangkan teh pada gelas plastik. 

"Mau, Bu. Kalau suaminya modelan Refal Hady kenapa enggak mau. Aku terima dia sama brewoknya itu," ucapku mantap. Kenapa harus menolak kan kalau seperti Refal Hady atau seperti Shahrukh Khan boleh juga. Aku makin semangat nanti menyapu yang tidak bersih. Atau perlu tidak ku sapu sekalian. Aku tertawa di dalam hati.

"Halah kamu ini. Ngehalu lagi. Sudah siang, jangan kebanyakan mimpi. Yang modelan mereka itu gak mau sama kamu," Ibu berkata sinis.

Ibu sama sekali tidak mendukung cita-cita memiliki suami seperti Refal Hady. Kan enak punya mantu brewokan ganteng.



Diselesaikan di Sumenep, 24 Januari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...