Langsung ke konten utama

CERMIN "SAMPAI REMBULAN TERTIDUR", Oleh: Erka Ray



Sebenarnya jadi ibu rumah tangga itu susah-susah gampang. Susahnya harus serba tahu kalau sudah punya anak. Gampangnya, ya entahlah. Dan fase gampang susah ini terus turun naik tidak nentu. Lihat saja saat ini, Eni sedang bolak-balik ke dapur memasak untuk sarapan keluarganya. Sedang sibuk mengulek bumbu-bumbu, setelahnya sibuk mencuci piring. Balik lagi ke kompornya yang masih menyala.

"Haduh kenapa kalian ini baru bangun. Lihat sudah jam enam. Cepat mandi," pinta Eni pada kedua anak laki-lakinya. 

"Cepat makan dan bergegas ke sekolah," ucap Eni yang sambil menyuapi anak ke duanya yang masih PAUD.

"Kakak uang jajannya jangan lupa ditabung, jangan banyak jajan terus. Fokus belajar ya." Eni memasangkan tas sekolah anaknya. Lalu anak pertamanya mencium tangan Eni, dan bergegas ke sekolah.

Eni masih melanjutkan kerjaannya di dapur. Mencuci piring, lalu menyapu. Sedangkan matahari di luar sudah cukup manas. Eni menatap jendela teringat dengan cucian yang belum dijemur.

"Mas, bisa bantu aku jemur cucian gak? Aku lagi nyapu belum selesai," pinta Eni pada Romli suaminya yang tengah memasangkan seragam PAUD pada anak keduanya. Romli balik berteriak, mengiyakan permintaan istrinya. Bergegas menjemur pakaian. Menyuruh anaknya meminum segelas susu yang sudah disediakan di atas meja.

Matahari sudah meninggi, tampak Eni selesai mandi. Anak keduanya sudah tidak perlu diantar sekolah, tadi suaminya yang mengantarkan seolah, lalu ditinggal bekerja.

"Akhirnya bisa duduk santai setelah mengerjakan pekerjaan rumah." Eni terlihat santai sekarang. Kedua anaknya sudah pergi sekolah dan suaminya sudah pergi bekerja juga.

Selang tiga puluh menitan. Eni yang menonton TV melirik jam di dinding, ternyata sudah jam sepuluh siang, saatnya menjemput anaknya yang PAUD dari sekolah.

"Makan dulu, Adek, jangan langsung main. Sini dulu," Eni berteriak sambil membawa nasi. Hendak menyuapi. Dengan susah payah menyuapi, karena harus ada drama bermain dan kejar-kejaran dulu.

"Aduh kakakmu ke mana ya, Dek. Kok belum pulang jam segini. Udah gak dua belas." Eni khawatir, masalahnya anak pertamanya belum juga pulang dari sekolah. Padahal sudah waktunya pulang sekolah.

Selang tiga puluh menit anaknya pulang.

"Dari mana saja, Kak. Kan Bunda udah bilang, kalau pulang sekolah itu langsung pulang ke rumah, jangan mampir kemana-mana dulu." Eni mengomel, sambil mengambil alih tas sekolah anaknya.

"Maaf, Bun. Tadi masih mampir ke toko buat beli ini," ucap anak pertama Eni sambil menunjuk lato-lato yang beru dibeli.

"Kan Bunda sudah bilang, jangan beli itu lagi. Mending beli makanan biar kenyang," ucap Eni sambil berjalan menuju ruang tengah.

"Langsung ganti baju, Kak. Habis itu makan," pinta Eni pada anaknya.

Begitulah kesibukan rumah hari ini. Tapi setiap harinya memang begini sih. Dari subuh memang sudah sibuk memasak di dapur langsung menyiapkan seragam anak-anaknya. Membangunnya, mencuci baju dan piring, nyapu rumah. Belum lagi mengurus suami. Baru bisa bersantai sekitar jam sembilan siang. Itupun hanya sebentar, dilanjut lagi mengurus anak sampai dini hari.

"Ceritanya sudah tamat. Sekarang Adek tidur. Tuh lihat Kakak sudah tidur." Eni menunjuk anak pertama yang sudah tertidur di sisi dipan satunya. Anak keduanya yang masih PAUD ini harus dibacakan dongeng dulu baru akan tertidur.

Selang tiga puluh menitan, kedua anaknya sudah tidur pulas.

"Capek, ya?" tanya suami Eni.
Eni mengangguk sebagai jawabannya. Saatnya dia untuk beristirahat, untuk keesokan harinya kembali mengulang rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga dengan dua anak.

Tampak rembulan di luar sana sedang indah-indah memamerkan tubuhnya tanpa diganggu awan. Siap ikut menemani malam ini.



SELESAI ....

Sumenep, 20 Januari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...