Hujan yang kukira mati
Ternyata berpindah rumah pada matamu
Tubuh terbujur kaku,
Lidah kelu menyebut namamu
Meminta pertanggung jawaban, aku mati terlentang di matamu
Aku yang mengira tubuh ini telah dijamah lidahmu
Ternyata Puisimu yang suka rela ada di sana
Tangan-tangan meski masih menyabotase tangis
Namun rela terluka demi mengecup umur yang tua
Aku masih meninabobokkan hujan yang mati di matamu
Masih bercerita panjang
Mulutku berbusa meneguk puisimu
Aku berlutut,
Jika aku mati, biarkan tubuh ini membusuk di puisimu
Meski aku tahu, hujan telah mendominasi semuanya semaunya
Aku siapa yang berharap dipeluk dingin dan dihangatkan panas
Yang berpindah pada matamu
Aku tertunduk dalam,
Sudah mati mendekam
Sumenep, 29 Desember 2022
Komentar
Posting Komentar