Suara lafadz-lapadz suci menggerus pendengaran makin dalam
Bercumbu dengan bibir yang disanjung
Langgar-langgar kayu memulai keteduhan
Anak-anak datang mengaitkan jiwa-jiwa tanpa dosa di anyaman bambu
Angin terdiam mendengarkan mulut melapalkan
Menggoda langit untuk menangis
Pada akhirnya hujan lah yang tiba
Speaker di atap genting becadu nyaring pada telingaku
Dari kejauhan kabut datang ingin mencari muka
Sandal-sandal hanyut di bawah langgar panggung
Berkata pada air, jangan sampai tubuhku yang hilang
Sudah menggigil iqra' di sudut langgar
Tawanya ikut mengintip disela-sela anyaman
Jiwa-jiwa tenang masih dengan kopyah kecil
dan mukena motif
Hujan masih tetap angkuh di atas sana
Tatapan terus berbinar
Seolah ini bukan masalah
Selepas isya datang
Cinta langit masih berpadu dengan hujan
Masih ditunggu dengan lampu gantung yang sudah menari
Sumenep, 30 Desember 2022
Komentar
Posting Komentar