Aku terkubur di kalimat belakangmu
Yang membuatku harus bertengkar hebat dengan mautku
Aku yang tidak ingin merenggang nyawa
Justru terkubur di kalimat yang mengganggu telinga
Aku dikafani di lidahmu
Saat riuh burung malah menjadi orkestra yang terdengar riang
Aku terbalut kesusahan saat hendak meminta rantang kosong
Sekedar ingin diisi dengan lidahku yang malang
Aku akhirnya bernisan
Saat bunga-bunga ada di kaki dengan penuh pertanyaan
Aku telah terbalut tanah dengan pandanganmu
Aku merenggut kainku di ujung-ujung
untuk menutup mataku yang lancang
Aku masih menggadaikan nyawa
Ingin terus bertarung dengan raga agar bisa menetralkan rasa
Liujung lidahmu
Aku terku malang sendiri saja
Dengan kafan-kafan bertulis nyawa yang terbuang sia-sia
Sumenep, 26 Desember 2022
Komentar
Posting Komentar