Langsung ke konten utama

PUISI "TIDAK PERNAH CUKUP", Oleh: Erka Ray

 Sempit apa kelopak mawar menjadi gaunmu

Jika kamu terus saja merasa kurang

Warnanya jadi hitam, tidak lagi merah

Tapi cukup sesuai denganmu


Seputih apa melati jika dibandingkan dengan kulitmu

Aku rasa, cukup aku yang hitam tanda tandingan

Tapi aku bangga tidak berduri untuk melukaimu

Terbanding terbalik jika harus melawan egomu


Aku tidak cukup meski menjadi warna hitam di rambutmu

Kamu warna pirang yang ingin terus berubah

Melambai-lambai pada perih yang merintih-rintih

Meringis tangis yang tak kunjung habis


Kamu jahat untuk bisa merenggut waktu

Menyuruh detik berdering cepat

Padahal sudah ada yang mengaturnya

Menjepit harapan di antara jamnya

Apa kamu tidak bisa sukarela untuk meikhlaskannya?


Aku terselip di ujung lidahmu

Dengan kisah kotor yang kau sebut aku sebagai tokohnya

Tapi aku tidak pernah tau itu

Kamu membalikkan fakta dengan segala cara


Kamu tidak cukup meski kuberi merah yang dikorbankan bunga

Tetap kurang meski duri telah menjadi dengan sukarela

Tanpa imbalan,

tanpa apa-apa darimu


Sumenep, 11 Agustus 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...