Aku memang menutup matamu,
Tapi aku bingung kenapa kamu masih bisa melihatku
aku menjadikanmu senja yang akan segera pergi
tapi kamu malah betah di sini
Aku mengusirmu sekali dua kali dan berkali-kali
apa yang kamu mau
saat diam-diam tanah merindukan hujan
saat daun menua bersama ranting
apa kamu cukup dengan ketidak pastian ini
membuatmu melata pada jalanan
aku iba perlahan
tapi sudah kubilang,
jangan diam-diam membuat debu dari api yang membakarnya
Diam kali ini bukan aku yang diterbangkan oleh angin
bukan pula aku yang jauh dari tempatku berpijak
yang lupa pada asalku dulu
Kamu masih berdiri di sana
dengan kaki yang tak tau apa gunanya
berdiri atau terus berjalan meski pelan
sudah kubilang aku untukmu saat ini
kita bukan hal yang cocok untuk duduk santai dan berbincang-bincang soal nyali
Nyali yang menciut
aku yang takut
tapi kamu yang tak pernah bertekuk lutut
Sumenep, 11 Agustus 2022
Komentar
Posting Komentar