Langsung ke konten utama

PUISI "PUISIKU KALI INI", oleh: Erka Ray

Tidak sederhana itu saat menulis puisi

Jika objeknya kamu

Aku harus meminta izin pada mata agar tidak menangis

Harus menutup mulut agak menyebutmu

Harus membolak-balikkan pikiran agar tidak diisi olehmu


Kata pertama adalah mudah

Tapi nyatanya harus melilit huruf-huruf demi kalimat

Berjuang merangkai pada yang sepertinya tidak ada

Berusaha menjadikannya ada


Jika puisi ini kurung

Aku sudah tidak tau apa menyebabkan bahagia dulu

Mungkin senyum ini hanya cat dinding yang mudah mengelupas

Hanya spidol warna yang tidak permanen

Jadi lusanya sudah lupa bahagia


Tapi tadi, puisi ini tersenyum

Entah objeknya siapa

Huruf-hurufnya bahagia

Huruf-hurufnya riang sekali merayu-rayu makna untuk tersirat


Kali ini, meski puisi ini kurang 

Tetep berusaha merangkap terang

Meski redup terus mengungkung,

Tetep akan ada kalimat yang satu paragrafnya meminta secercah cahaya yang membuatnya tertidur

Lelap dalam imajinasi yang kebingungan dipertigaan

Entah harus ke kiri atau ke kanan

Mungkin puisi cukup jika tanpa objek yang nyata


Sumenep, 13 Agustus 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...