Aku sandingkan embun pagi dan angin sore
menyelingsing pilu
ribut ingin pergi
sama seperti kaki yang makin mundur
tertabrak kenyataan yang nanar
Mungkin tidak sesejuk ini,
saat rimbun kabar bahagiamu menyusupiku
membuatku duduk
menatap lama ke hadapan
lalu bertanya, di mana objek bahagiamu
Saat embun-embun luruh
ada harapan yang siap menangkap
meski lemah
tetap berdiri di samping tubuhmu
Saat kubaluri kenyataan ini pada ragamu
akankah kain dapat menjadi baju yang menyempurnakanmu
apa tangan bisa jadi penyembuhmu
jika iya,
aku ada di sebelah warna putih yang bernoda
siap menjadi mahkotamu yang berharga
Tapi tubuh-tubuh ini lemas
lemah untuk melata di air mata
tak sanggup untuk mengucap meski lirih
hilang diujung lidah
Sumenep, 19 Agustus 2022
Komentar
Posting Komentar