Langsung ke konten utama

PUISI "KISAH SESINGKAT BUS", Oleh: Erka Ray

Untuk bisa menyebutku buram

Aku bisa melihat kaca-kaca Bus yang transparan

Bisa melihat orang-orang sibuk mereka-mereka jalanan


Untuk bisa disebut tuli

Aku bisa mendengar kernet Bus meminta uang bayaran 

Mendenger penumpang lain menyebutkan tujuan


Saat menatap keluar, 

Ada harapan yang menggantung di lampu merah

Ada warna hijau yang terus didamba

Tapi pada kaca Bus, aku menulis harapan-harapan ini

Merana di jalan-jalan yang terus dilalui


Aku bertanya, untuk apa Bus ini

Untuk apa terminal yang ramai ini

Jika untuk aku kenapa aku sesepi ini


Dari atap panjangn Bus, ada yang yang juga mengulur tanganmu yang panjang

Ada aku yang lesu duduk seharian

Harapan-harapan yang semakin digulis candunya Ban pada jalan

Semakin resah lemas di dilepaskan lewat asap Bus yang panas


Di undakan Bus pertama,

Aku diam menyaksikan sesak dan sempitnya harapanku berdesak-desakan

Miris kakiku yang berdiri menunggu kursi-kursi ditinggalkan

Risih duduk berdua,

Tapi sepi duduk sendiri saja


Hingga turun,

Aku masih bertanya

Kapan berhenti menyusuri yang itu-itu saja

Terus diulang sampai muak 


Aku berpaling

Ternyata aku ditinggal

Kita berpisah di harapanku yang hilang terbawa deru Bus yang sekali saja

Jadi cerita ini sudah


Sumenep, 12 Agustus 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...