Langsung ke konten utama

PUISI "KAKI INI LENGKAP SEPASANG", Oleh: Erka Ray

Apa kaki ini hanya sebelah?

Kenapa aku pincang saat berjalan?

Tidak seimbang

Ingin rasanya sejajar, 

Tapi tetap tidak kuat

Dan aku ingat, aku siapa.


Apa aku masih memiliki kaki?

Saat aku menunduk, tentu iya

Dan aku jari-jariku saling harap berharap

Meski jalan hanya omongan yang tak tau harus diapakan


Kaki ini lengkap

Tapi aku merasa kurang saat berdiri

Jari ini sepuluh,

Tapi seperti tanggal separuh

Apa aku berhalusinasi?

Aku rasa tidak


Kakiku dua kanan kiri

Aku berdiri

Tapi tidak kunjung berjalan

Aku diam,

Tapi pikiran yang sibuk gentayangan

 

Mari melangkah,

Meskipun satu langkah

Harus maju jangan mundur meski cuma halu

Ada tanah yang harap-harap cemas menunggu diinjak

Ada langit yang siap jadi atap

Ada diri sendiri yang menunggu berhasil


Sumenep, 12 Agustus 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

PUISI PROSAIS "UNTUK KITA YANG BERANTAKAN", Oleh: Erka Ray

Coba ke sini, kita tulis puisi prosais sebentar, tidak perlu panjang. Yang penting kamu bisa tenang saat menulisnya. Kita rekap bersama kisah kita yang berantakan tahun lalu, bahkan saat ini masih juga berantakan. Kita butuh diri kita masing-masing untuk saling menata ulang agar kita tidak usai. Bukankah begitu? Iya aku tahu, tidak ada yang dengan suka rela untuk saat ini mengulurkan tangan masing-masing untuk memperbaiki, tapi setidaknya kita punya hati dan pikiran untuk saling mengerti. Meski aku tidak tahu, apa kita akan baik seperti bunga-bunga yang dengan santainya bermanja pada angin. Aku juga tidak tahu, apa kita selembut kapas saat menyentuh satu sama lain. Cobalah berdiskusi denganku sebentar, untuk kita yang sudah tak layar disebut usai. Kita memang putih bak dinding, tapi retak di sisi-sisinya. Tapi untuk patah, kita masih merekat.  Seberantakan apa kita hari ini? Aku tidak tahu, tapi jarak ini menjadi jawabannya. Sumenep, 07 Agustus 2022

PUISI "SELAMAT SAMPAI TUJUAN", Oleh: Erka Ray

Aku mengerjap mata pagi ini Menyebut namamu dengan hati-hati Embun yang mulai berselingkuh dengan dedaunan Satu pesanmu masuk, "Aku kedinginan." Dari seberang ke seberang Ada kita yang saling mengetik layar pipih cukup lama Berucap satu dua hal  Tuan berpulang hangat Selimutmu tebal saat disentuh  Hari menyelinap di kisahmu "Aku akan memulai berjalan pagi ini," ucapmu Aku iyakan  Kita berpisah  Aku bertuan pada khayalan Dan kamu yang menjadikan kenyataan Menelanjangi hadapan dengan egois Berjalan tapak menapak tak ingin berhenti "Hati-hati," ucapku Kamu akan kedinginan Berkisahlah dengan kasih Berpulanglah pada tanah kelahiran Lekas sembuh urat diperjalanan Tak menyisahkan kisahmu lagi  Selamat sampai tujuan Tuan pulang tersenyum mengetuk pintu rumah Sumenep, 17 Juni 2023