Langsung ke konten utama

PUISI "DI BUKUMU TIDAK ADA AKU", Oleh: Erka Ray

Kamu membuat dua kisah sekaligus

Yang katanya,

Salah satunya denganku

Kisah kita


Aku dengan suka rela menyempatkan diri mengetuk sampul bukumu

Cover hitam, kelam

Aku juga bercengkrama dengan nomor halaman pada bukumu

Ternyata lumayan tebal untuk memanjakan mataku saat membaca di bab pertama


Pada kata pengantar,

Kamu masih sempatnya menebar manis 

Huruf yang saling bercumbu mesra

Dan kalimat yang merangkap jadi paragraf

Indah, itu kataku


Di kata pengantar saja, kamu bilang kamu direngkuh

Banyak sisi yang ikut serta dalam rangkaian kisah yang menjadikannya indah

Aku suka pengantarmu,

Meski tidak ada aku


Aku pindah ke bab pertama,

Lucu, kata-katamu menampar keras 

Mencetak, menjejak, meninggalkan bekas dalam di mataku yang membacanya


Aku bersenandung dengan hurufnya, 

Berselingkuh dengan paragraf

Berselingkuh dengan alinea

Meski aku lagi-lagi tidak ada

Ceritamu cukup menghibur di kala gundah gulana 


Bab kedua dan bab-bab selanjutnya

Kamu bermain-main dengan perkataanmu sendiri

Berbincang dengan tanda seru dan tanda tanya yang saling adu sensasi

Dan aku tidak ada di situ meksipun jadi korban dari tokoh utama

Aku juga tidak jadi tokoh mendukung atau tokoh yang lain


Di akhir, selesai, 

Kamu puas dengan buku dan bio narasi yang menipu

Kamu riang dengan nomor halaman yang telah terlampau jauh


Terima kasih, 

Bukumu tanpa aku


Sumenep, 12 Agustus 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...