Langsung ke konten utama

HUMOR "PANGKAS HABIS KENANGANNYA", Oleh: Erka Ray

 Hari ini panas sekali, sudah terasa seperti membakar kepala. percuma pakai topi tetap tidak melindungi kepala. sudah sekitar pukul sebelas siang. Tempat potong rambutku emang selalu sepi di jam-jam segini, paling hanya satu atau dua orang.


Jam-jam segini cocok sekali untuk bersantai, menikmati kipas yang berputar-putar memberi kesejukan. tiba-tiba masuklah masuklah seorang pria yang hendak memotong rambutnya.


"Selamat datang, Pak," aku menyapa ramah. Memang harus seperti itu pada pelanggan.


"Iya," ucap pelanggan itu. cuek sekali orang ini, ditambah dengan tubuhnya yang tinggi besar dan bidang dan wajah yang ... ya begitulah, cukup membuatnya terlihat agak seram.


"Mau dipotong yang seperti apa, Pak," sambil lalu menyodorkannya beberapa foto model rambut.


"Cukur habis setiap helai yang pernah dia belai, aku tidak ingin menyisakan satu kenangan pun bersamanya." Wah rupa-rupa Bapak-bapak ini anak senja.


"Betulan dicukur habis nih?" tanyaku ulang. Pelanggan itu hanya mengangguk mantap.


"Mau dimulai dari sebelah mana, Pak."

"Mulai dari saat pertama dia menyapaku dengan kata-kata manisnya." Waduh pasti kisahnya ini menyedihkannya sekali.


Ya sudah, kalau begitu aku akan kerjakan sesuai permintaan. Sambil bersenandung lagu-lagu yang aku putar nyaring sekarang, aku mulai cekatan memotongnya setiap helai yang konon pernah dia belai. Entah yang sebelah mana tepatnya. Sedangkan Bapak-bapak itu sudah memejamkan mata. pasrah sekali.


Selang sepuluh menit, akhirnya selesai juga.

"Sudah selesai, Pak." Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya, berusaha membangunkan. Alamak dia tidur beneran, padahal baru sepuluh menit.


"Kenapa jadi begini rambutku, kau apakan hah?" Bapak itu terkejut melihat rambutnya di kaca.

"Lah katanya tadi dicukur habis, Pak, bagaimana sih." Bapak-bapak ini aneh sekali, padahal aku sudah mengerjakan sesuai permintaan.

"Ya tapi maksudku tidak sampai botak begini," ucap Bapak-bapak itu sambil mengusap kepala yang botak total.

Ya siapa suruh tadi malah sok-soan jadi anak senja, ya sudah ku pangkas habis semua kenangan di rambutnya.


SELESAI....

Di Sumenep, 14 Agustus 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...