Langsung ke konten utama

TIGA PUISI JENIS ROMANSA, Oleh Erka Ray

"BUTUH KELENGKAPAN"


Haruskah ranting patah untuk menangis?

Harus api membakar dulu untuk menciptakan abu?

Haruskah aku korbankan sesuatu?


Katanya sesederhana api yang panas dulu

Tapi ternyata serumit salju untuk membeku

Katanya juga se lapang lapangan

Tapi perlu hijau untuk ada keindahan


Jika hanya satu, maka tidak lengkap

Seperti gambar yang kau buat

Tanpa warna redup sekali


Apa aku harus mengerti?

Jika kalimat masih butuh huruf

Jika mata masih butuh kamu sebagai objeknya


Sumenep, 26 Juli 2022


-----------*****----------


"PENJABARAN" 


Warna mawar terlalu merah untuk memujamu

Kelopaknya juga terlalu sempit jika untukmu

Apalagi aku


Aku terlalu rumit untuk sekedar mengutarakan

Serumit angin yang harus berlenggak lenggok meski hanya untuk menyapamu

Serumit awan yang harus hitam demi turun hujan


Tapi bentuk perasaan ini sederhana

Sesederhana sunset yang pergi tanpa pamit

Juga segelap malam yang menjadi latar


Kamu terlalu tinggi untuk kuwarnai biru layaknya langit

Terlalu rumit untuk diapit

Aku siapa untuk itu


Perasaan ini kamu

Kamu yang aku ceritakan berulang kali

Yang aku junjung tinggi

Aku kerdil sekali untuk bisa menyaingi 


Sumenep, 26 Juli 2022


---------*****---------


"MEMUJAMU SEMUA IRI"


Jika aku berhasil mendekapmu

Apa yang bisa dikorbankan hujan pada tanah yang kering

Saat aku menjadikanmu satu

Serela apa warna pelangi menjadikanmu tak kosong


Sesederhana apa hujan memeluk bumi

Saat hanya mata yang memujamu sampai membuat semua iri

Aku hanya tanah yang lagi-lagi butuh dirimu 

Yang warna coklatnya terlalu pekat untuk menyaingimu


Sumenep, 26 Juli 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

PUISI PROSAIS "UNTUK KITA YANG BERANTAKAN", Oleh: Erka Ray

Coba ke sini, kita tulis puisi prosais sebentar, tidak perlu panjang. Yang penting kamu bisa tenang saat menulisnya. Kita rekap bersama kisah kita yang berantakan tahun lalu, bahkan saat ini masih juga berantakan. Kita butuh diri kita masing-masing untuk saling menata ulang agar kita tidak usai. Bukankah begitu? Iya aku tahu, tidak ada yang dengan suka rela untuk saat ini mengulurkan tangan masing-masing untuk memperbaiki, tapi setidaknya kita punya hati dan pikiran untuk saling mengerti. Meski aku tidak tahu, apa kita akan baik seperti bunga-bunga yang dengan santainya bermanja pada angin. Aku juga tidak tahu, apa kita selembut kapas saat menyentuh satu sama lain. Cobalah berdiskusi denganku sebentar, untuk kita yang sudah tak layar disebut usai. Kita memang putih bak dinding, tapi retak di sisi-sisinya. Tapi untuk patah, kita masih merekat.  Seberantakan apa kita hari ini? Aku tidak tahu, tapi jarak ini menjadi jawabannya. Sumenep, 07 Agustus 2022

PUISI "SELAMAT SAMPAI TUJUAN", Oleh: Erka Ray

Aku mengerjap mata pagi ini Menyebut namamu dengan hati-hati Embun yang mulai berselingkuh dengan dedaunan Satu pesanmu masuk, "Aku kedinginan." Dari seberang ke seberang Ada kita yang saling mengetik layar pipih cukup lama Berucap satu dua hal  Tuan berpulang hangat Selimutmu tebal saat disentuh  Hari menyelinap di kisahmu "Aku akan memulai berjalan pagi ini," ucapmu Aku iyakan  Kita berpisah  Aku bertuan pada khayalan Dan kamu yang menjadikan kenyataan Menelanjangi hadapan dengan egois Berjalan tapak menapak tak ingin berhenti "Hati-hati," ucapku Kamu akan kedinginan Berkisahlah dengan kasih Berpulanglah pada tanah kelahiran Lekas sembuh urat diperjalanan Tak menyisahkan kisahmu lagi  Selamat sampai tujuan Tuan pulang tersenyum mengetuk pintu rumah Sumenep, 17 Juni 2023