Tanpa alas kain tipis
Jidatku dibenturkan dengan harapan yang diharap tinggi
Tanganku dijunjung tinggi
Berusaha menyaingi perkataan yang terus berganti
Lidahku dipotong, sebab aku terlalu malah bermesraan dengan kata
Saat semua berbaris dengan saksama
Aku malah salah memilih dari mereka
Sebab aku buta warna
Saat langit memeluk awan yang tengah menangis
Di situlah aku terus mengemis
Saat ranting-ranting pohon bergerak pelan
Aku sedang menata jemariku yang malang
Haruskah aku menduakan huruf yang telah setia menjadi pesan pembuka
Haruskah aku melucuti jubah-jubah yang seakan-akan menjadikanku mulia
Meski aku membagi setiap bagian depan rata
Pada akhirnya, aku tetap menjadi diriku yang sebenarnya
Catatan, 20 Agustus 2021
Komentar
Posting Komentar