Langsung ke konten utama

EMPAT PUISI, "DARIKU PADAKU" Oleh; Erka Ray

 "AKU UNTUKMU"


Aku menyibak kesibukan di pikiranmu

Aku tak tahu seramai apa hatimu

Sesibuk apa pandangan matamu 

Yang aku tahu, aku butuh kamu untuk duduk dan berbincang denganku


Aku masuk ke telingamu

Mengucap salam, tapi ternyata tidak perlu

Aku duduk di rambutmu

Tapi ternyata kamu lebih senang menutup setiap helainya


Aku melucuti setiap perkataanmu

Aku rengkuh setiap pandanganmu

Aku diamkan sejenak pendengaranmu

Kamu butuh rehat dari penat

Butuh lepas dari terikat


12 Juli 2022


--------****-------


"INI SOAL KITA"


Iya, kita pecundang di air mata itu

Kita warna merah di darah itu

Kita putih tulang di bola mata itu

Apa kita cukup menjadi abu-abu di warna baju


Kita tak pernah pasrah meski sudah menjadi langit biru

Masih meminta warna hijau pada daun-daun

Masih meminta bening pada air

Padahal kita keruh di muara

Kita juga laut yang pasang


Apa mau kita

Kita pincang yang tak mau disebut cacat

Kita luka yang tak mau sakit

Banyak yang membantu kita untuk pulih

Kita saja tuli dengan memotong telinga sendiri


Ini soal kita

Yang pincang si sana sini

Terus mencerca 

Menoreh luka di muka sendiri 


12 Juli 2022


----------****---------


"BENTUK SYUKUR"


Aku memberantas habis kabut di pipimu

Melukis warna merah merona di sana

Aku bilang, aku bisa melukis senyum di bibirmu


Aku yang memainkan anak rambutmu

Membuatnya bersyukur atas raut kusam yang tak pernah padam

Dari telinganya aku masukkan sedikit ucapan

Kamu tuli pada akhirnya, hanya mendengar bahwa kamu bisa


Daun bersyukur usianya telah menua

Ranting tersenyum dia patah untuk kesekian kalinya 

Api riang membakar keduanya

Meski angin sering becanda membuatnya padam


Tanganmu telah kau usap demi menjamah muka

Jari-jari berbaris terdiam

Ada warna kuku yang masih setia menunggu bening

Ada kulit yang tadinya kering 

Juga mata yang tadinya gersang 

Kini luap dengan hanya memeluk diri


13 Juli 2022


---------*****---------


"AKU DAN KAMU"


Aku dan kamu; 

Kita akan mendefinisikan diri kita lebih jauh

Kita menjadi sepasang sandal yang warnanya sama

Yang menipis digesek pada jalanan 

Yang talinya kokoh tak putus meski jalannya tanpa arah

Yang jalannya kerikil

Dan lutut berdarah digores ujungnya 


Jadilah jari yang saling bertautan ya

Menggenggam erat satu sama lain

Yang pada akhirnya kita merasa bangga menjadi kita


14 Juli 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...