"AKU UNTUKMU"
Aku menyibak kesibukan di pikiranmu
Aku tak tahu seramai apa hatimu
Sesibuk apa pandangan matamu
Yang aku tahu, aku butuh kamu untuk duduk dan berbincang denganku
Aku masuk ke telingamu
Mengucap salam, tapi ternyata tidak perlu
Aku duduk di rambutmu
Tapi ternyata kamu lebih senang menutup setiap helainya
Aku melucuti setiap perkataanmu
Aku rengkuh setiap pandanganmu
Aku diamkan sejenak pendengaranmu
Kamu butuh rehat dari penat
Butuh lepas dari terikat
12 Juli 2022
--------****-------
"INI SOAL KITA"
Iya, kita pecundang di air mata itu
Kita warna merah di darah itu
Kita putih tulang di bola mata itu
Apa kita cukup menjadi abu-abu di warna baju
Kita tak pernah pasrah meski sudah menjadi langit biru
Masih meminta warna hijau pada daun-daun
Masih meminta bening pada air
Padahal kita keruh di muara
Kita juga laut yang pasang
Apa mau kita
Kita pincang yang tak mau disebut cacat
Kita luka yang tak mau sakit
Banyak yang membantu kita untuk pulih
Kita saja tuli dengan memotong telinga sendiri
Ini soal kita
Yang pincang si sana sini
Terus mencerca
Menoreh luka di muka sendiri
12 Juli 2022
----------****---------
"BENTUK SYUKUR"
Aku memberantas habis kabut di pipimu
Melukis warna merah merona di sana
Aku bilang, aku bisa melukis senyum di bibirmu
Aku yang memainkan anak rambutmu
Membuatnya bersyukur atas raut kusam yang tak pernah padam
Dari telinganya aku masukkan sedikit ucapan
Kamu tuli pada akhirnya, hanya mendengar bahwa kamu bisa
Daun bersyukur usianya telah menua
Ranting tersenyum dia patah untuk kesekian kalinya
Api riang membakar keduanya
Meski angin sering becanda membuatnya padam
Tanganmu telah kau usap demi menjamah muka
Jari-jari berbaris terdiam
Ada warna kuku yang masih setia menunggu bening
Ada kulit yang tadinya kering
Juga mata yang tadinya gersang
Kini luap dengan hanya memeluk diri
13 Juli 2022
---------*****---------
"AKU DAN KAMU"
Aku dan kamu;
Kita akan mendefinisikan diri kita lebih jauh
Kita menjadi sepasang sandal yang warnanya sama
Yang menipis digesek pada jalanan
Yang talinya kokoh tak putus meski jalannya tanpa arah
Yang jalannya kerikil
Dan lutut berdarah digores ujungnya
Jadilah jari yang saling bertautan ya
Menggenggam erat satu sama lain
Yang pada akhirnya kita merasa bangga menjadi kita
14 Juli 2022
Komentar
Posting Komentar