Langsung ke konten utama

PUISI "AKU, TUBUH SI MISKIN" Oleh ; Erka Ray

Jika sore ini daun jatuh di pekarangan

Jangan pernah halangi dia patah

Jika sore ini awan mendung kembali tumbang

Biarkan dia menangis dengan tenang


Dulu aku kira muara bisa dengan mudah kugapai dengan tangan

Ternyata butuh sampan dan dayung yang didayuh perlahan

Aku kira membujukmu adalah keahlian

Ternyata kesenianku tumpul di kata "sudah"


Aku seniman receh yang sedang kemiskinan 

Kelaparan dengan semua kenyataan

Bayangkan dahan jatuh tanpa rangkulan

Apa pantas tanah disebut tempat pulang?


Nyatanya bangunan kotak tak pernah memberikan sudut-sudut nyaman

Meski tangan-tangan tersusun rapi jadi bantal

Aku malah kebingungan mencari tempat pembaringan


Tuhan, di mana letak tubuhku yang paling nyaman? 

Kenapa malah ditoreh dengan perkataan bejat

Apa luka hanya bak bubur yang diaduk, saat kenyang lalu dibuang tanpa perlu dimakan?

Apa luka hanya sebagai pajangan tua yang sudah diabaikan oleh pembuatnya?

Ternyata semiskin itu kita jadi pemilik tubuh yang kaya

Lagi-lagi luka hanya barang murah yang mudah didapatkan 


Sumenep, 15 Desember 2021


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...