Jika sore ini daun jatuh di pekarangan
Jangan pernah halangi dia patah
Jika sore ini awan mendung kembali tumbang
Biarkan dia menangis dengan tenang
Dulu aku kira muara bisa dengan mudah kugapai dengan tangan
Ternyata butuh sampan dan dayung yang didayuh perlahan
Aku kira membujukmu adalah keahlian
Ternyata kesenianku tumpul di kata "sudah"
Aku seniman receh yang sedang kemiskinan
Kelaparan dengan semua kenyataan
Bayangkan dahan jatuh tanpa rangkulan
Apa pantas tanah disebut tempat pulang?
Nyatanya bangunan kotak tak pernah memberikan sudut-sudut nyaman
Meski tangan-tangan tersusun rapi jadi bantal
Aku malah kebingungan mencari tempat pembaringan
Tuhan, di mana letak tubuhku yang paling nyaman?
Kenapa malah ditoreh dengan perkataan bejat
Apa luka hanya bak bubur yang diaduk, saat kenyang lalu dibuang tanpa perlu dimakan?
Apa luka hanya sebagai pajangan tua yang sudah diabaikan oleh pembuatnya?
Ternyata semiskin itu kita jadi pemilik tubuh yang kaya
Lagi-lagi luka hanya barang murah yang mudah didapatkan
Sumenep, 15 Desember 2021
Komentar
Posting Komentar