Langsung ke konten utama

SENANDIKA "SIKLUS KITA" Oleh ; Erka Ray

"Hal-hal yang tak terduga sering saja terjadi, beberapa memberi kabar bahagia, sisanya bisa saja berisi luka." 

------****------

Akan tiba saatnya yang dulunya selalu ada, kini menjadi tidak ada. Yang dulunya tanpa alasan, kini sudah mencari-cari alasan. Siklus yang lumrah terjadi. Orang lama digantikan orang baru. Ada yang datang, ada yang pergi. Tapi masih ada beberapa yang memilih menetap. Yang menetap itulah yang harus dijaga. Mereka memilih setia karena rasa nyaman atau rasa percaya yang sudah diberikan. 
Siklus itupun terjadi pada kita. Ya kita yang awalnya seperti orang yang tidak akan pernah punya alasan untuk pergi, kini malah entahlah. Sepertinya kita sendiri telah lupa bahwa pernah berikrar untuk bersama. Yang awalnya terang, kini malah remang dan pudar perlahan. 

Orang yang dimabuk cinta lumrah saja berandai-andai, merangkai yang sepertinya sudah pasti. Tapi tidak ada yang tahu kedepannya kan. Buktinya, untuk esok lusanya kita sudah bukan siapa-siapa lagi. Sudah tidak saling menyapa meski hanya di linimasa, apalagi di dunia nyata. Kita orang asing sekarang. Yang dulunya pernah indah, kini hanya sisa kenangannya saja. Manis, kayak kopi. Tapi kopi masih ada pahitnya kan. Jadi begitulah kenangan kita, ada pahit manisnya saat dikenang. 

Perihal saat ini, aku tidak tahu. Apa aku sesuka itu dengan siklus ini. Aku menyuruhmu untuk bertahan, kita masih punya jalan keluar tapi mungkin agak sedikit rumit. Tapi aku lupa, kamu bukan tipikal orang yang suka kerumitan. Jadi kamu dengan segera berpamitan. See you good bye. Aku tertawa pada waktu itu. Sambil membesarkan hati ; akan datang yang lebih baik dari yang baik. Nanti. 

Ternyata benar, jika ada yang pergi maka akan ada yang datang. Semisterius itu memang alur Tuhan. Yang tak diduga, datang dengan keapa-adaannya. Siklusnya indah jika terus begini. Tapi nyatanya, ada yang harus berperang dulu untuk melupakan. Malah ada yang tidak perlu berbuat apa-apa. Itu tipe orang yang menganut keyakinan ; jika sudah selesai, ya selesai. Tidak perlu diambil pusing. 

Singkatnya, ikhlaskan saja yang sudah-sudah. Lalu rentangan tangan untuk menyambut yang lebih menjanjikan. 

Catatan, 28 Juli 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...