Langsung ke konten utama

SENANDIKA "MASA LALU" Oleh ; Erka Ray

"Ada yang perlu diubah dari diri kita. Dan semuanya harus berawal dari niat kita. Karena niat ibarat fondasi dari sebuah bangunan. Jika fondasinya kokoh, maka bangunannya juga akan kokoh. Tidak akan goyang oleh bising- bising apapun."


-----*****-----


MASA LALU


 Dalam sebuah catatan usang. Aku pernah menulis namamu begitu tebal di sana. Agar untuk menghapusnya menjadi susah. Semua berawal dari tiga huruf yaitu, "Hai" hingga menjadi asal muasal ketimpangan ini. Dari balasan-balasan pendek yang kemudian memanjang. Salahku yang dengan mudah mengikat semuanya pada satu tiang, yang aku kira akan begitu kokoh, yang aku kira akan juga mengikatku dan tak mau melepaskanku. 

Entah aku yang salah mengeja kata demi kata, atau kamu yang terlalu banyak mempermainkan kata-kata. Aku kan jadi salah baca. Yang aku kira cinta, ternyata hanya makanan sisa yang tidak enak rasanya. Salahku juga yang terburu-buru menyilahkan tamu baru masuk ke rumahku. Dan dengan bodohnya mengatakan, "Anggap saja rumah sendiri". Lihatlah dia sekarang jadi semena-mena. Keluar masuk tanpa merasa berdosa telah meninggalkan luka. 

Hm... Seharusnya aku menjadi egois waktu kamu bilang "Pergi dari hidupku". Seharusnya aku tidak bersikeras untuk memegang tali yang sebenar lagi putus. Seharusnya aku lepaskan saja bukan. Dan seharusnya yang lain. 

Sayangnya meskipun kita telah melepaskan, bukan berarti telah melupakan. Karena kenangan dan masalalu, sudah seperti permen karet yang menempel di baju. Sudah melekat dan susah menghilangkannya. Meskipun hilang, pasti masih membekas. Tapi mau seberapa pahitnya itu, mau seberapa buruknya itu. Kita harus menjadi orang yang bisa menerima dengan lapang. Sebab dengan lapang kita akan merasa tenang, tidak akan terganggu dengan sakit-sakit yang telah berlalu.

Enyahlah. Kamu telah berikrar dengan orang baru. Tapi kenapa masih saja menjadi benalu di pikiranku. Aku yang salah waktu berdoa dulu. Aku malah meminta menjadi hujan di musim gugur, menjadi pelangi di malam hari, menjadi lampu di siang hari. Dan lebih bodohnya aku malah meminta untuk terus tetap mencintai, dan itu malah keterusan dan tanpa kepastian dan balasan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...